GIRIMU.COM — SMA Muhammadiyah 1 (SMAMSATU) Gresik kembali menunjukkan inovasi dan kepekaannya dalam mendidik karakter siswa, kali ini melalui sebuah langkah yang tak hanya unik, tapi juga inspiratif dan sangat mengena. Sekolah ini berhasil memadukan kurikulum pendidikan karakter dengan aksi kemanusiaan yang spektakuler: menggalang dana untuk korban bencana di Sumatera melalui cara yang khas dan elegan.
Buwuh ala SMAMSATU ini terinspirasi tradisi Jawa dalam semangat berbagi. Langkah cerdas ini berpusat pada agenda Ujian Karakter Munakahat tahunan yang memang wajib diikuti oleh setiap siswa. Namun, alih-alih sekadar simulasi akad nikah, SMAMSATU memberikan sentuhan kearifan lokal yang mendalam, yakni mewajibkan setiap siswa untuk buwuh istilah Jawa yang berarti memberikan sumbangan (dalam bentuk uang atau barang) kepada mempelai di acara pernikahan.
Bedanya, dalam konteks ini, buwuh wajib dari para siswa tidak ditujukan ke pengantin, melainkan disalurkan sebagai infak kemanusiaan untuk korban bencana banjir bandang di wilayah Sumatra melalui Kantor Layanan Lazismu SMAMSATU Gresik (KLL SMAMSATU).
Guru senior SMAMSATU Gresik, KH Anas Thohir, MPdI, menjelaskan, kegiatan ini adalah manifestasi dari visi sekolah untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga kaya hati.
“Kami ingin mendidik siswa, bahwa karakter luhur itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Konsep ‘buwuh‘ ini adalah jembatan, di mana mereka belajar tradisi, namun output-nya adalah kepedulian universal. Ini adalah cara elegan untuk mengajarkan, bahwa membantu sesama adalah bagian intrinsik dari ujian kehidupan mereka,” tegas Kiai Anas.
Sementara itu, Ketua KLL SMAMSATU Gresik, Wiwit, memastikan, bahwa dana yang terkumpul akan disalurkan secara transparan dan tepat sasaran.
“Kantor Layanan Lazismu bertugas sebagai wadah amanah. Setiap rupiah dari buwuhan siswa ini adalah infak yang tulus, dan kami pastikan hasilnya langsung didistribusikan untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana di Sumatera. Ini membuktikan, bahwa anak-anak SMAMSATU memiliki jiwa filantropi yang tinggi,” ujar Wiwit.
Konsep ini tergolong brilian, karena terjadinya integrasi karakter dan filantropi, membawa budaya ke kekolah, dan efektivitas penggalangan dana yang signifikan dan terstruktur. Apa yang dilakukan SMAMSATU Gresik bukan sekadar penggalangan dana biasa. Ini adalah sebuah pernyataan, bahwa pendidikan karakter sejati harus diterjemahkan ke dalam aksi nyata yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Aksi spektakuler ini membuktikan, bahwa sekolah dapat menjadi agen perubahan dan kemanusiaan yang efektif, mengubah rutinitas kurikulum menjadi kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai luhur. Konsep unik, elegan, dan mengena dari SMAMSATU melalui Buwuh Kemanusiaan ini adalah model yang sangat patut dicontoh oleh institusi pendidikan lain di Indonesia. (*)
Kontributor: M. Islahuddin
