Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Kampung Kauman dan Masa Kecil KH Ahmad Dahlan

    Aug 12 202238 Dilihat

    BANDUNGMU.COM — Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan tidak bisa terpisahkan dengan kampung Kauman karena tokoh bangsa sekaligus pahlawan nasional ini lahir di sana.

    Ya, KH Ahmad Dahlan lahir pada 1868, bertepatan dengan tahun 1285 Hijriah, di perkampungan Kauman, dekat dengan Keraton Yogyakarta.

    Kauman adalah nama sebuah kampung yang terletak di pusat kota Yogyakarta. Kawasan ini dahulu terbelah oleh lorong yang berdebu dan gang yang sempit.

    Di antara rumah-rumah yang berdempetan, hanya ada satu-dua yang berhalaman luas. Namun, suasananya begitu damai dan sejuk.

    Hampir seluruh penghuninya masih memiliki hubungan darah satu sama lain dan merupakan penganut Islam yang taat.

    Arti Kauman

    Mengutip buku “Manusia di Panggung Sejarah” karya Kholid O Santosa, nama Kauman sendiri merupakan hadiah yang pemberian Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

    Artinya (Kauman) yakni permukiman para kaum, ulama, atau juga berarti kaum yang beriman, atau jika mengambil dari bahasa Arab, qaimuddin, yang berarti para penegak agama Islam.

    Belakangan nama Kauman lekat dengan kampung yang terletak di lokasi masjid agung di seluruh kota/kabupaten dan kawedanan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Biasanya lengkap dengan lapangan atau alun-alun yang terhampar di depan setiap masjid agung.

    Meski demikian, kehidupan masyarakat Kauman masih lekat dengan tradisi priayi dan menganut sistem feodal sebagai akibat masih tebalnya pengaruh “aristokrasi” dan “feodalisme” di masa itu yang menyelimuti seluruh daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

    Oleh karena itu, meskipun masyarakat Kauman umumnya terdiri atas kaum beragama, sifat kebekuan dan kekolotan masih menguasai alam pikiran mereka.

    Para ulamanya juga merupakan ulama-ulama keraton yang nasib kehidupan sehari-harinya berada dalam kekuasaan sultan. Mereka umumnya adalah pegawai-pegawai yang mendapat gaji dari sultan.

    Suasana lingkungan aristokrasi dan feodalisme tersebut menyebabkan masyarakat Kauman hidup dalam alam dan lingkungan yang statis. Di tengah lingkungan yang demikian itulah KH Ahmad Dahlan lahir.

    Maulana Ishak dan Maulana Ibrahim

    Nama kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Tokoh pembaru Islam ini lahir dari pasangan orangtua yang terkenal sebagai pemuka agama Islam.

    Ayahnya, yakni KH Abu Bakar, merupakan seorang khatib dan imam di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Sementara ibunya merupakan anak seorang penghulu bernama Ibrahim.

    Silsilah keturunannya menunjukkan bahwa KH Ahmad Dahlan memiliki keturunan priayi dan kiai sekaligus.

    Ayahnya Abu Bakar adalah putra dari KH Muhammad Sulaiman, putra Kiai Murtadla, putra Kiai Ilyas, putra Demang Djurang Djuru Kapindo, putra Demang Djurang Djuru Sapisan, putra Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig, putra Maulana Ishak, dan putra Maulana Ibrahim.

    Muhammad Darwis menjalani kehidupan kecilnya dengan bergaul secara intens dengan kawan-kawan dan tetangga-tetangganya. Ia dikenal sebagai seorang anak yang rajin, jujur, suka menolong, dan punya banyak kelebihan.

    Muhammad Darwis juga terkenal sebagai anak yang cerdas pikirannya, pesat dengan kemajuan yang dicapainya, suka memperhatikan kata-kata, dan gemar bertanya terhadap apa yang ia belum mengetahuinya.

    Oleh karena itu, teman-teman dan tetangga-tetangganya menyukai dirinya. Ia memiliki kepandaian membuat kerajinan tangan dan gemar bermain layang-layang serta gangsing. Hingga menginjak usia remaja, semua kegemaran tersebut tidak hilang.

    Belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi

    Dalam bidang pendidikan, Muhammad Darwis mengalami pendidikan masa kecilnya dengan mendapat asuhan dan didikan langsung dari orangtuanya.

    Dari ayahnya ia belajar tentang berbagai ilmu agama Islam dan membaca Al-Quran. Namun, untuk melengkapi pengetahuan Islamnya, Muhammad Darwis juga mengikuti pengajian bagi anak-anak di kampung lain.

    Pada 1890, saat usia masih remaja, Muhammad Darwis diminta ayahnya untuk menunaikan ibadah haji sambil memperdalam Islam di Tanah Suci.

    Di sana Muhammad Darwis bermukim selama beberapa tahun untuk menekuni ilmu kiraat, tauhid, fikih, tasawuf, ilmu falak, dan berbagai ilmu lainnya.

    Di Tanah Suci pula Muhammad Darwis bertemu dan belajar kepada seorang ulama masyhur asal Minangkabau yakni Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.

    Semangat pembaruan Islam

    Setelah sekian tahun bermukim di negeri orang dan belajar ilmu agama, Muhammad Darwis kembali ke Nusantara dengan nama baru, yakni Ahmad Dahlan.

    Ia begitu bersemangat untuk sebuah cita-cita melakukan pembaruan pemikiran dan pengamalan Islam. Ia mengawali cita-citanya itu dengan mengubah arah kiblat shalat pada arah yang semestinya.

    Ia juga mengorganisasi kawan-kawannya di daerah Kauman untuk melakukan pekerjaan sosial dengan memperbaiki kondisi higienis daerahnya dengan memperbaiki dan membersihkan jalan-jalan dan parit-parit.

    Perubahan-perubahan hasil inisiasi KH Ahmad Dahlan boleh jadi kecil artinya. Namun, hal itu justru memperlihatkan kesadaran KH Ahmad Dahlan tentang perlunya membuang kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak baik, dan dalam pandangannya, memang tidak sesuai dengan ajaran Islam.***

    __________________________________________

    Sumber: diolah dari “Manusia di Panggung Sejarah” karya Kholid O Santosa

    Editor: Feri A




    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Sd Al Islam Morowudi

    260 Siswa SD Al Islam Morowudi Ikuti Pro...

    by Feb 06 2025

    SD Al Islam Morowudi meluncurkan program baru bernama Murajaah Akbar yang diikuti oleh 260 siswa dar...

    MIAS bungah

    Siswa MIAS Bungah Jadi “Guru Kecil...

    by Feb 03 2025

    Suasana ceria menyelimuti halaman TK di sekitar MI ASSA’ADAH MIAS Bungah saat para siswa madrasah ...

    SD Muhammadiyah 1 Wringinanom

    SD Muhammadiyah 1 Wringinanom Gelar Pawa...

    by Feb 02 2025

    SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) memperingati Isra’ Mi’raj 1446 H/2025 M dengan menggela...

    Kajian Ahad Pagi

    Ustadz Abdul Basith: “Kesalehan Bukan ...

    by Feb 02 2025

    Girimu.com – Kesalehan harus didasari dengan keimanan dan keikhlasan, bukan dijadikan alasan untuk...

    SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo

    Peringatan Isra Miraj di Spemia: Bangun ...

    by Feb 02 2025

    SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo (Spemia) memperingati Isra Miraj 1446 H pada Jumat (31/01/25). Acara i...

    MIAS Bungah

    Siswa MI ASSA’ADAH MIAS Bungah Antusia...

    by Feb 01 2025

    Girimu.com – Siswa MI ASSA’ADAH MIAS Bungah kembali menunjukkan semangat mereka dalam kegiatan P...

    No comments yet.

    Please write your comment.

    Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) must be filled.

    *

    *

    back to top