LLSMS 2025 Dimulai: Gerakan Sekolah Sehat Muhammadiyah Gresik Jangkau 80 Sekolah hingga Pulau Bawean

banner 468x60

GIRIMU.COM — Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS) ke-3 tahun 2025 secara resmi dimulai pada Senin (21/7/2025) hari ini. Program kolaboratif yang digagas oleh Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) bersama Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini akan berlangsung selama hampir dua bulan, menjangkau lebih dari 80 sekolah dan madrasah Muhammadiyah dari kawasan kota hingga pelosok wilayah Kabupaten Gresik.

LLSMS bukan sekadar lomba tahunan. Program ini tumbuh menjadi gerakan kolektif yang mendorong perubahan nyata di sekolah-sekolah Muhammadiyah, menjadikannya lingkungan yang bersih, hijau, sehat, dan nyaman sebagai rumah kedua bagi peserta didik.

“Kami ingin setiap sekolah Muhammadiyah menjadi rumah kedua yang sesungguhnya bagi anak-anak, bukan hanya tempat belajar secara akademik, tetapi juga tempat tumbuh secara sehat, nyaman, dan manusiawi. Lomba ini bukan sekadar ajang mencari juara, tetapi bagian dari gerakan budaya. Budaya bersih, budaya tertib, budaya peduli lingkungan. Itu semua bagian dari pendidikan karakter,” ujar M. Fadloli Aziz, MPd, Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Gresik, Senin (21/7/2025).

Banyutengah Jadi Titik Awal

Hari pertama pelaksanaan LLMS diawali dengan visitasi ke tiga sekolah di Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng. Ketiganya: MI Muhammadiyah 5, MTs Muhammadiyah 6, dan MA Muhammadiyah 2. Penilaian dilakukan langsung oleh dua tokoh penyelenggara, yakni M. Fadloli Aziz dan Sekretaris MLH, M. Nor Qomari, SSi.

“Kami tidak hanya membawa formulir penilaian. Kami datang untuk menyapa, mendengar, dan mendampingi. Visitasi ini bukan sekadar teknis, tetapi ruang pembinaan. Karena perubahan yang kita harapkan tidak lahir dari kompetisi, melainkan dari kesadaran kolektif,” tambah Aziz.

Ketua Panitia LLSMS 2025, Drs Mohammad Nurfatoni, menjelaskan, kegiatan ini menilai sekolah berdasarkan empat kategori utama yang mencerminkan wajah ideal lingkungan belajar yang sehat dan manusiawi. Keempat kategori itu adalah:

Sekolah Tebersih dan Ternyaman
Pada kategori ini, aspek yang dinilai adalah kebersihan ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, toilet, dan halaman. Kenyamanan dilihat dari ventilasi, pencahayaan, dan kerapian. Pengelolaan sampah terpilah, alat kebersihan, jadwal piket siswa, dan edukasi kebersihan juga menjadi bagian penting.

Sekolah Terindang
Kategori ini mengukur penghijauan sekolah melalui keberadaan taman, pohon pelindung, tanaman toga, dan keterlibatan siswa dalam perawatan. Ketersediaan tempat duduk, keran air, serta slogan edukatif turut dinilai.

Kantin Terhigienis
Ini mencakup kebersihan dapur dan ruang makan, alat makan, kelayakan makanan, dan perilaku penjamah. Dilengkapi dengan poster jajanan sehat, pengelolaan limbah, serta edukasi gizi dan literasi kantin.

Toilet Tebersih
Kategori ini meliputi kebersihan fisik, ketersediaan air dan sabun, tempat sampah, sistem pembuangan, serta kontrol kebersihan. Poster adab dan keterlibatan petugas kebersihan memperkuat nilai sanitasi sekolah.

Dari Gerakan Sanitasi ke Kepedulian Sosial

Dijelaskan, LLSMS bukan program instan. Sejak kali pertama digelar pada 2018 kemudian pada 2022, program ini telah mendorong perubahan nyata di lingkungan sekolah Muhammadiyah. Banyak sekolah mulai memperhatikan kualitas sanitasi, menata ulang toilet, memperindah taman, dan menciptakan suasana belajar yang lebih sehat dan nyaman.

Dampaknya, lanjutnya, tidak berhenti pada aspek fisik. LLSMS juga menumbuhkan kesadaran sosial yang meluas di kalangan siswa dan guru. Dari sinilah lahir program Filantropi Cilik, yang menggerakkan siswa untuk menyisihkan sebagian uang saku demi membantu sekolah lain yang membutuhkan. Gerakan ini memperkuat karakter gotong royong, kepedulian, dan solidaritas antarwarga sekolah—menjadikan LLSMS bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga pembentukan nilai.

“Akhirnya hal itu kami komunikasikan dengan pihak Lazismu. Dan dari sana muncul program Filantropi Cilik, di mana kami menggerakkan kepedulian anak-anak sekolah Muhammadiyah untuk saling membantu—antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya, antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Mereka berkontribusi dengan menyisihkan sebagian uang sakunya,” jelas Aziz.

Dana tersebut, digunakan untuk memperbaiki toilet, menyediakan tempat sampah, hingga pengadaan air bersih dan taman sekolah. Dari kepedulian itulah gerakan ini terus bergulir dan menjadi pelengkap jiwa LLSMS.

“Kami ingin anak-anak belajar menyisihkan, bukan sekadar memberi. Mereka belajar bahwa kepedulian bukan soal besar-kecilnya bantuan, tetapi tentang keterlibatan. Di situlah nilai gotong royong dibangun sejak dini,” kata Nurfatoni.

Penilaian LLSMS 2025 melibatkan 15 juri dari Majelis Dikdasmen dan PNF serta Majelis Lingkungan Hidup PDM Gresik. Mereka dibagi dalam tim-tim kecil berisi dua hingga tiga orang, dengan komposisi yang bergiliran setiap hari. Penugasan mencakup seluruh wilayah Gresik, dari kota hingga desa dan kepulauan, dengan jadwal rotasi selama lebih dari 40 hari.

Penilaian akan ditutup di Pulau Bawean pada Sabtu, 6 September 2025. Pembagian ini dirancang agar setiap sekolah dinilai dari berbagai sudut pandang: pendidikan, lingkungan, dan kesehatan.

“Kami ingin memastikan bahwa semangat sekolah sehat menjangkau semua, termasuk saudara-saudara kita di Bawean. Tidak boleh ada yang tertinggal,” ujar Nurfatoni.

Kolaborasi  Pendidikan Beradab

Sebagai bentuk sinergi antarlembaga, program ini telah dilaporkan secara resmi kepada Dinas Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Kementerian Agama Kabupaten Gresik. Selain itu, panitia membuka ruang kemitraan bagi dunia industri dan masyarakat umum untuk mendukung gerakan ini melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR/Corporate Social Responsibility).

“Kami membuka ruang kolaborasi. Siapa pun yang peduli pendidikan dan lingkungan bisa bergabung. LLSMS adalah investasi masa depan, bukan sekadar kegiatan seremonial,” tutur Aziz.

Pelaksanaan LLSMS 2025 akan ditutup dengan Awarding Ceremony pada 22 November 2025, bertepatan dengan Milad Muhammadiyah dan Hari Guru Nasional (HGN). Direncanakan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Abdul Mu’ti hadir dalam acara tersebut. Namun panitia menekankan, yang terpenting bukan siapa yang mendapat juara, tetapi siapa yang mampu menumbuhkan budaya.

“Kami tidak ingin lomba ini berhenti di piagam atau trofi. Kami ingin budaya bersih, sehat, dan peduli lingkungan menjadi karakter yang hidup dan diwariskan,” pungkas Aziz. (*)

Kontributor: Mardliyatul Faizun

Author

Berita Yang lain