Mengubah Cara Pandang dan Aktualisasi Al Qur’an dalam Laku, Kunci Kepemimpinan Kiai Dahlan Mengembangkan Muhammadiyah

MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Kiai Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, namun kepemimpinannya tidak lebih dari 11 tahun. Usai beliau juga relatif singkat, yakni 54 tahun 6 bulan. Namun di kepemimpinannya yang singkat tersebut, Kiai Dahlan berhasil dalam mengembangkan Muhammadiyah.

Demikian menurut Dahlan Rais, Ketua PP Muhammadiyah di acara Muktamar Talk pada, Jumat (22/4) yang disiarkan melalui media sosial milik jaringan persyarikatan. Menurutnya, keberhasilan yang ditorehkan Kiai Dahlan yang paling nampak jelas adalah terkait dengan pengubahan cara pandang masyarakat Islam di zamannya.

Selain itu, Kiai Dahlan merupakan mata air keteladanan. Di mana tampuk kepemimpinan yang diemban olehnya, bukan hanya kuat pada narasi-narasi tapi juga peletakkan dasar-dasar yang jelas melalui aktualisasi laku pada dirinya. Model kepemimpinan ini yang menurut Dahlan Rais menjadikan Muhammadiyah bertahan sampai sekarang.

Dahlan Rais mencontohkan, bahwa sudut pandang baru yang diajarkan oleh Kiai Dahlan diantaranya adalah Al Qur’an sebagai kitab suci umat muslim tidak cukup hanya dibaca dan dihafal, lebih-lebih dikompetisikan. Akan tetapi yang terpenting menurut beliau adalah pesan-pesan Al Qur’an bisa membumi.

“Bagaimana kemudian Firman Allah itu bisa merespon keadaan, yang sekaligus juga memecahkan masalah yang ada,” ungkapnya.

Menurut Dahlan, Muhammadiyah merupakan produk pemikiran yang kemudian diorganisir yang bisa menjadi wujud nyata sebagai solusi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu kepemimpinan di Muhammadiyah selain dibutuhkan modal pengetahuan yang cukup, tapi juga aktualisasi atas pengetahuan tersebut menjadi laku solutif di masyarakat.

Model kepemimpinan ini kata Dahlan Rais, terinspirasi dari model kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Selain model itu, kaderisasi yang dilakukan oleh Kiai Dahlan untuk menyiapkan penyambung kepemimpinan Muhammadiyah di masa setelahnya juga terinspirasi dari Rasulullah Muhammad.

Di mana Kiai waktu itu membuat circle-circle kader yang siap menggantikan dirinya, hal ini seperti seperti lingkaran sahabat yang dibuat oleh Rasulullah. “Yang diteruskan oleh santri-santrinya yaitu setelah Kiai Dahlan, kemudian dipimpin oleh Kiai Ibrahim, Kiai Sudja’, dan yang lain-lain yang mereka itu adalah santri-santri beliau”. Katanya.

Model kepemimpinan ini dilakukan karena pada masa itu lingkup Muhammadiyah hanya di Yogyakarta dan sekitarnya. Akan tetapi setelah Muhammadiyah meluas dan merata di seluruh pelosok Indonesia, terjadilah perubahan-perubahan dalam model kepemimpinan di Muhammadiyah.

sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Padukan Kreativitas dan Kesalihan Sosial, Ini yang Dilakukan Siswa Spemupat Kebomas

Read Next

Buka Puasa Siswa Spemdalas agar Ada Kenangan Indah | PWMU.CO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular