Pembelajaran ISMUBA dengan Simulasi Persidangan, Tanamkan Toleransi di SMA Muhammadiyah 1 Gresik

GIRIMU.COM — SMA Muhammadiyah 1 Gresik (Smamsatu) kembali menunjukkan inovasinya dalam metode pembelajaran. Kali ini melalui mata pelajaran Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab (ISMUBA), para murid kelas XII berpartisipasi dalam simulasi persidangan bertajuk “Pengadilan Toleransi,” sebuah model pembelajaran yang dirancang untuk memperdalam pemahaman tentang isu-isu sosial dan etika dalam kerangka ajaran Islam.

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh guru ISMUBA SMA Muhammadiyah 1 Gresik, M. Islahuddin, MPd, untuk menjembatani teori dan praktik. Dalam pembelajaran ini, para murid tidak hanya belajar konsep, tetapi juga menerapkannya dalam situasi yang mendekati nyata. Dalam simulasi ini, murid berperan sebagai berbagai pihak yang terlibat dalam sebuah persidangan, yakni hakim, jaksa penuntut, pembela, saksi, dan juga terdakwa.

Kasus yang disidangkan adalah fiktif, namun mencerminkan realitas yang sering terjadi di lingkungan remaja, yaitu konflik yang berakar dari perbedaan pandangan atau keyakinan. Dengan alur cerita yang terstruktur, murid diajak untuk menganalisis kasus, mengumpulkan “bukti,” dan menyusun argumen berdasarkan nilai-nilai Islam yang relevan, seperti toleransi (tasamuh), keadilan (‘adalah), dan persatuan (ukhuwah).

Nilai-nilai Islam dalam Aksi
Guru ISMUBA SMA Muhammadiyah 1 Gresik, M. Islahuddin, MPd, menyatakan, bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk membentuk karakter murid yang berwawasan luas dan berakhlak mulia.

“Kami tidak ingin murid hanya hafal dalil atau ayat-ayat Al Quran saja. Melalui simulasi persidangan ini, mereka belajar bagaimana menginterpretasikan dan mengimplementasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi keberagaman,” ujar Pak Islah, sapaan akrabnya, Selasa (5/8/2025).

Salah satu siswa, Hanif, yang berperan sebagai hakim dalam simulasi tersebut, mengungkapkan pengalamannya.

“Awalnya saya kira ini hanya main-main, tapi ternyata sangat menantang. Kami harus benar-benar memahami kasus dari berbagai sudut pandang dan mencari dasar hukumnya dari Al Quran dan hadis. Ini membuat kami sadar betapa pentingnya toleransi dan tidak mudah menghakimi orang lain,” ungkapnya.

Metode pembelajaran simulasi persidangan ini tidak hanya mengasah kemampuan akademik, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kerja sama. Siswa dilatih untuk berani berpendapat, menyusun argumen yang logis, dan mendengarkan pandangan orang lain dengan penuh penghargaan.

Masa Depan yang Lebih Toleran
Kegiatan “Pengadilan Toleransi” di SMA Muhammadiyah 1 Gresik ini merupakan contoh nyata bagaimana institusi pendidikan dapat berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Dengan pendekatan yang inovatif dan relevan dengan kehidupan siswa, pembelajaran tidak lagi hanya menjadi mata pelajaran hafalan, melainkan sebuah wahana untuk membentuk pribadi yang berintegritas dan siap menghadapi tantangan zaman dengan bekal akhlak mulia.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif, yang tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis, tetapi juga membangun karakter siswa sebagai insan yang beriman, berilmu, dan berakhlak karimah. (*)

Kontributor: M. Islahuddin

Author