Thursday, November 21, 2024
30 C
Gresik

Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah, Menguatkan Pesan untuk Peduli pada Kondisi Umat

Girimu.com — Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk melakukan pemberdayaan sosial untuk umat. Gerak perjuangannya tidak memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompok, tetapi lebih peduli pada kepentingan umat. Itulah yang membuat persyrikatan Muhammadiyah terus eksis dan berkembang hingga kini, yang usianya memasuki 112 tahun. 

Hal itu disampaikan Ustadz M. Rifqi Rosyidi, Lc, Mag, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim dalam Pengajian Ahad Pagi yang dihelat Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kebomas, Gresik di Masjid At-Taqwa Komplek Pendidikan Muhamadiyah Giri, Kebomas, Gresik, Ahad (17/11/2024).

Hadir dalam kajian yang dimulai pukul 06.00 WIB itu, selain pengurus PCM dan sesepuh Muhammadiyah Giri, juga para warga Muhammadiyah se-Kecamatan Kebomas dan beberapa daerah sekitar, serta para guru di sekolah-sekolah yang dibawahkan PCM Kebomas.

Seperti biasa, seusai kajian, ratusan jamaah yang hadir mendapat jamuan sarapan pagi bersama. Selain itu, panitia juga menyiapkan paket sayur-mayur bagi peserta kajian untuk dibawa pulang. Para jamaah yang memadati ruang utama masjid hingga meluber ke serambi masjid nampak hidmat mengikuti kajian bertema “Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah” itu.

Dalam paparan kajiannya, Ustadz Rifqi, mengungkapkan, ada dua termininologi terkait dengan tema milad Muhamadiyah tahun ini, yakni “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua“ itu. Keduanya adalah  sholih dan muslih yang menjadi spirit perjuangan persyarikatan. Sholih itu, katanya, semangat melakukan kebaikan untuk kepentingan diri sendiri. Sementara muslih melakukan kebaikan atau kebajikan untuk diri sendiri, sekaligus orang lain atau bahkan umat.

“Sebagai warga Muhammadiyah, kita tidak cukup menjadi orang yang sholih, tetapi abai atau tidak respek dengan kepentingan sosial lingkungan. Orang Muhammadiyah itu harus sholih sekaligus muslih, artinya peduli untuk memperbaiki lingkungan sosial yang rusak. Itulah yang pesan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang selalu didengungkan Muhammadiyah,” jelasnya.  

Dikatakan, spirit Al-Ma’un, salah satu surat dalam Al-Quran yang diajarkan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, hingga kini menjadi fondasi atau landasan gerakan kader persyarikatan. Dari 7 ayat yang terhimpun dalam Al-Ma’un, hanya satu ayat yang berorientasi pada kepentingan diri sendiri. Sementara enam ayat lainnya lebih untuk kepentingan orang lain atau sosial.

“Implementasinya, orang Muhammadiyah harus memiliki kepeduli sosial yang baik pada lingkungan kemasyarakatan dan lainnya, tidak pelit, suka membantu, dan gemar meringankan beban orang lain,” ujarnya.

Dalam konteks tema milad ke-112 Muhammadiyah, yakni “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, jelas Ustadz Rifqi, selama ini orang cenderung membatasi kemakmuran itu pada pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Padahal, lanjutnya, ada parameter yang lebih mendasar yang mestinya juga harus diperhatikan, pemenuhan kebutuhan hati atau spiritual. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, sudah selayaknya menerapkan pribadi ihsan.

“Ap itu ihsan? Dalam hadis Nabi Muhammad dijelaskan, beribadalah seakan kita melihat Allah. Kalaupun tidak mampu, yakinkan diri bahwa Allah melihat kita. Dalam melakukan sesuatu, hendaknya ikhlas, tanpa perlu mendapat pujian atau sanjungan orang lain. Hati-hati, dalam dunia media sosial (medsos), kita sering tidak sadar dengan kebiasaan memposting kegiatan baik yang terkesan meminta pengakuan orang lain. Ini mesti dihindari,” pesannya.

Di sisi lain, hendaknya setiap pribadi jangan merasa diri lebih baik dari orang lain. Pada gilirannya, tidak gampang menyalahkan orang lain, merendahkan orang lain, bahkan tidak mudah mengkafirkan orang lain.

“Jangan membuat standar kebaikan dengan menyandarkan pada dirinya dan membuat standar kesalahan dengan melihat orang lain,” tandasnya. (har)

Author

Hot this week

Topics

spot_img

Related Articles