Girimu.com – Siswa SMA Muhammadiyah 5 (Smala) Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, melaksanakan outing class untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) di Azilda Bird Farm, Desa Telogo Sadang, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Rabu (12/2/2025). Kegiatan yang diikuti oleh siswa kelas XII ini merupakan salah satu materi pembelajaran PKWU bab Budi Daya Unggas.
Sesampainya di lokasi, para siswa disambut hangat oleh Iril, pemilik Azilda Bird Farm beserta istri. Jenis unggas yang dibudidayakan di sana adalah burung Murai Batu.
“Selamat datang anak-anak SMA Muhammadiyah 5 Dukun. Saya ucapkan terima kasih atas kunjungannya. Saya sangat bersyukur karena tempat saya bisa menjadi wadah bagi kalian semua untuk belajar. Silakan tanya apa pun yang ingin kalian ketahui, ya! Tidak perlu malu dan akan saya jawab sebisa saya,” kata Iril dalam sambutan pembukanya.
Setelah pembukaan outing class oleh pemilik Azilda Bird Farm, para siswa secara bergantian diajak berkeliling kandang untuk mengamati morfologi burung Murai Batu, serta cara perawatannya. Pada sesi ini, siswa juga melakukan wawancara dengan mengajukan berbagai macam pertanyaan.
Yanuardi Panca Nugroho, siswa kelas XII-2 mengatakan, outing class di peternakan seperti ini adalah pengalaman yang menyenangkan baginya. “Saya sangat terkesan. Mas iril ini ternyata memulai bisnisnya dari hobi. Beliau dulu sering ikut kontes burung Murai Batu dan mendapat juara. Dari situlah beliau mendapat kepercayaan dari para rekannya untuk membangun bisnis ini. Burung-burung hasil peliharaannya dipercaya memiliki kualitas yang baik,” ungkapnya.
Yanuardi juga menjelaskan dari hasil wawancaranya, bahwa budi daya Murai Batu ini bisa menjadi sumber pendapatan primer, karena omzet per bulannya mencapai puluhan juta rupiah. “Tapi, saya tadi juga tanya apakah ada risiko-risiko yang sering ditanggung oleh para peternak burung Murai, ternyata kata mas Iril adalah kematian burung-burung itu sendiri. Ada beberapa penyakit seperti nyilet dan telo. Cuaca juga sangat mempengaruhi kesehatan burung Murai Batu, sehingga kebersihan kandang juga perlu diperhatikan,” lanjutnya menjelaskan.
“Keluarga saya adalah peternak ayam pedaging. Jadi saya cukup paham dengan penjelasan mas Iril, soalnya cara perawatannya tidak beda jauh. Bahkan mas Iril memakai vitamin dan obat-obatan ayam jika burung Murai Batu di sini terserang penyakit,” imbuhnya.
Di sisi lain, Aulia Irfatul Ilmi, siswi kelas XII-2 merasa tertarik dengan morfologi burung Murai Batu. Ia mengaku merasa terkesima dengan ekor burung Murai Batu yang panjang dan warnanya yang eksotis. “Di sini ada burung yang panjang ekornya mencapai 30 cm, indah sekali,” katanya.
“Jadi kata mas Iril, para pecinta burung Murai Batu itu melihat burung ini dari tiga hal, yaitu panjang ekor, warna bulu, dan kicauan suaranya yang biasanya dikonteskan. Semakin panjang bulu, semakin bagus warna, dan semakin banyak burung itu bisa menirukan suara-suara lain, maka semakin mahal harga pasarannya,” lanjut Irfa menyampaikan hasil wawancaranya.
Ia terkejut jika harga burung Murai Batu bisa mencapai puluhan juta hingga milyaran rupiah. “Yang sering menang kontes bahkan bisa seharga 2 milyar!” ujarnya.
Mirrich, SPd, guru PKWU Smala merasa senang melihat antusiasme para siswanya. Ia mengaku, bahwa kunjungan seperti ini penting untuk membuka wawasan para siswa di bidang wirausaha ternak.
“Outing class ini saya harap mampu membuka pemikiran mereka terkait bisnis ternak yang bahkan mungkin belum terpikirkan oleh mereka selama ini. Yang mereka bayangkan sejauh ini adalah ternak ayam, bebek, dan burung puyuh. Kali ini saya kenalkan wirausaha budi daya unggas lain, yakni burung Murai Batu, yang tidak kalah besar pangsa pasarnya,” ungkap Mirrich. (*)
Kontributor: Terry Angria Putri Perdana