Doa dan Musibah – bandungmu.com

banner 468x60

Oleh: Prof Dr KH Dadang Kahmad MSi, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

BANDUNGMU.COM — “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS Al-Baqarah: 186).

Musibah yang menimpa kehidupan kita kerap melahirkan pengharapan atas pertolongan Allah. Entah itu harapan agar Allah mengeluarkan kita dari musibah atau mampu tidaknya mengatasi dengan keyakinan.

Di tengah musibah, kita memunajatkan diri kepada Allah dengan berdoa. Oleh karena itu, dalam aktivitas berdoa terkandung sebuah pengharapan dan keyakinan.

Dengan berdoa kita meyakini bahwa Allah akan mengabulkan apa yang kita harapkan. Tak heran jika doa disebut sebagai inti sari ibadah. Doa juga adalah tiang agama, cahaya langit, dan bumi.

Dalam bahasa lain, doa juga adalah senjata bagi seorang muslim. Doa adalah obat segala penyakit hati. Doa adalah benteng dari segala mara bahaya. Doa adalah pintu segala kebaikan.

Dengan izin Allah, doa akan menjadi kekuatan luar biasa yang mampu mengubah segalanya kendati diluar akal pikiran.

Doa sebetulnya merupakan lambang rasa rendah diri dan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah, serta wujud penghambaan (ubudiyah) tanpa syarat kepada-Nya.

Namun, kita sering berdoa ketika sedang terhimpit berbagai kesulitan. Kita hanya mengingat Allah pada saat membutuhkan.

Sementara ketika diuji dengan kebahagiaan, rezeki yang melimpah, kesenangan dalam kehidupan duniawi, ia lupa untuk berdoa. Padahal doa adalah kebutuhan.

Doa harus senantiasa ada pada saat senang ataupun susah. Allah menyukai hamba-Nya yang banyak berdoa dan berjanji akan mengabulkannya. Jika kita tidak berdoa, justru kita dianggap sombong.

Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mu’min: 60).

Ibnu Katsir menyatakan dalam tafsirnya bahwa Allah tidak akan menolak permintaan orang yang berdoa dan tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan Dia dari memperhatikan doa hamba-Nya. Bahkan Dia Maha Mendengar doa.

Di sini ada penekanan, dorongan, dan anjuran untuk berdoa, karena doa itu tidaklah disia-siakan di sisi Allah.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa atau gagal.” (HR Ahmad).

Hal ini menjadi sebuah jaminan bahwa Allah akan selalu mengabulkan doa hamba-Nya apabila syarat-syaratnya terpenuhi, yakni ketaatan pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ibnu Jauzi berkata, “Ketahuilah bahwa doa orang mukmin itu tidak akan ditolak, hanya saja terkadang yang lebih utama baginya itu diundur jawabannya atau diganti dengan yang lebih baik dari permintaanya cepat atau lambat.”

Keyakinan seutuhnya kepada Allah bahwa doa kita akan dikabulkan menjadi syarat utama. Setelah itu, ialah memurnikan tujuan doa kita, jangan mengotorinya atau merusaknya dengan prasangka buruk pada Allah, atau dengan perbuatan-perbuatan maksiat yang dibenci-Nya. Dia (Allah) pasti akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.

Namun, terkadang kita salah memahami perkara ini. Kita mengira bahwa yang disebut dikabulkannya doa adalah persis sesuai dengan permintaan dan tepat pada waktu yang ia mintakan dalam doanya.

Sementara menurut Allah terdapat berbagai macam cara dan bentuk pengabulan doa bagi setiap hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi setiap makhluk-Nya. Tak ada satu pun doa yang luput dari pendengaran-Nya.

Sebagai seorang hamba-Nya, kita jangan berputus asa dan merasa bahwa doa tidak terkabul hanya karena apa yang didapatkan tidaklah sesuai dengan apa yang kita pinta.

Tetaplah berprasangka baik kepada Allah. Boleh jadi doa itu tidak terkabul karena ia tertolak, ada syarat yang tidak terpenuhi atau ada faktor yang menghalangi. Boleh jadi pula doa itu terkabulkan dalam bentuk dan cara lain yang tidak disadari dan dipahami kita.

Doa yang kita panjatkan bisa dikabulkan dalam bentuk persis sesuai permintaan, tapi bisa juga digantikan dengan yang lebih baik. Dihindarkannya kita dari keburukan dan marabahaya juga salah satu bentuk dikabulkannya doa.

Kalaupun tidak diberikan di dunia ini, Allah akan menyimpan doa-doa kita untuk dicatat sebagai nilai pahala di akhirat nanti.

Salah seorang sahabat Nabi pernah berkata, “Ketika Nabi Muhammad sedang duduk di masjid, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki masuk lalu shalat. Setelah shalat ia membaca doa.”

Maka waktu itu Rasulullah pun bersabda: “Wahai kawan, engkau terburu-buru. Jika engkau shalat, duduklah dahulu kemudian bacalah puji-pujian kepada Allah. Karena Dia yang memiliki pujian itu. Lalu engkau baca shalawat untuk Nabi. Selanjutnya berdoalah, maka akan dipenuhi.” (HR Tirmidzi).***

____

Sumber: digubah dari buku “Musibah Pasti Berlalu” (Quanta, 2014)

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author