Jika Misi Tanwir Jadi Identitas Setiap Warga Muhammadiyah, Peradaban Islam Akan Kembali Lahir

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Bersama Tajdid (pembaharuan), Tanwir atau pencerahan adalah tema utama gerakan Muhammadiyah. Misi Tanwir inilah yang dipesankan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syafiq Mughni agar ditonjolkan oleh seluruh kader dan anggota Muhammadiyah.

“Kita umat Islam harus menjadi umat yang tercerahkan sekaligus mencerahkan. Kita tercerahkan oleh agama kita sekaligus mencerahkan dunia ini seluruhnya,” tutur Syafiq dalam Pengajian Ramadan 1443 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Selasa petang (5/4).

Dia lalu menjelaskan bahwa misi Tanwir ini tidak hanya dilakukan untuk umat muslim saja, tapi kepada seluruh manusia selaras dengan keyakinan Muhammadiyah untuk menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil-‘alamin yang membawa kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.

Di dalam menjalankan misinya, Tanwir kata Syafiq mesti memuat tiga hal secara integratif, yaitu sisi spiritualitas, sisi ilmu pengetahuan, dan sisi akhlak. Sisi spiritualitas menjadi fondasi sebagai pedoman utama kehidupan. Sisi ilmu pengetahuan digunakan sebagai alat untuk mengelola dunia. Sedangkan sisi akhlak berfungsi untuk menampilkan keutamaan agama Islam.

“Kita yakin bahwa Islam adalah agama yang mencerahkan. Dengan Islam inilah dunia dicerahkan. Ajaran-ajaran kebenaran, kebajikan, moralitas tinggi diajarkan agama tentu dimaksudkan untuk membawa pencerahan bagi alam semesta,” terangnya.

Meski Tanwir bermakna pencerahan, tetapi pencerahan di dalam Islam berbeda dengan pencerahan yang pernah terjadi di Barat (Enlightenment atau Aufklarung). Pencerahan di dalam Islam memiliki dua dimensi taklif (tanggung jawab), yaitu dimensi individual dan dimensi publik. Pada dimensi individual, umat muslim dituntut ber-Islam secara totalitas (kaffah). Sedangkan pada dimensi publik, umat muslim dituntut menjadi umat tengahan (umatan wasathan) yang moderat.

“Di Alquran ditafsirkan sebagai ‘khairu ummah’. Umat terbaik yang pantas jadi teladan dan contoh. Ini adalah norma-norma yang dipasang oleh ajaran agama kita, tuntutannya sangat tinggi dan ideal,” jelas Syafiq.

Adapun dalam pengamalannya, dua dimensi taklif itu bersifat sehingga umat muslim dilarang menghakimi tingkat keimanan manusia lainnya. Alquran menjelaskannya di dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-286.

“Religiusitas pada seseorang selalu mengalami perkembangan. Islam menuntut hal yang ideal, tapi pada realitasnya sering terjadi kesenjangan sehingga religusitas mengalami pasang surut. Tapi yang penting adalah usaha setiap muslim menuju kondisi yang ideal. Karena itu kita jangan sekali-kali mengklaim seseorang lebih Islam dari yang lain karena kondisinya berbeda-beda,” jelasnya.

Jika umat Islam telah mampu membawa misi Tanwir beserta pedoman-pedoman di atas dalam kehidupan, Syafiq percaya umat Islam akan mampu melahirkan peradaban baru yang sama cemerlangnya dengan peradaban Islam masa lalu.

“Peradaban Islam adalah contoh realitas bagaimana umat Islam itu berpikir yang pada masa silam bisa teraktualisasikan sehingga terjadi masa-masa gemilang di mana peradaban Islam maju dibandingkan dengan kehduapn umat berbeda pada masa yang sama,” pungkasnya. (afn)

sumber berita

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Berbekal Sertifikat Peserta, Siswa Smamsatu yang Rajin Mengaji Ini, Diterima di Unair Lewat Jalur SNMPTN

Read Next

Kisah di Balik Lagu Berbahasa Arab SDMM: Thohir Qulubana ya Allah | PWMU.CO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular