Tuesday, October 22, 2024
35.6 C
Gresik

Khotbah Idul Adha di Hadapan Jamaah Muhammadiyah Suci, Prof Biyanto Singgung Keteladanan Keluarga Ibrahim

Girimu.com — Sekitar 2.000 jamaah membanjiri lapangan parkir Market Komplek Pondok Permata Suci (PPS) untuk mengikuti sholat Idul Adha 1445 H, Senin (17/6/2024) pagi. Menghadirkan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Prof Biyanto, sebagai khotib, rangkaian Idul Adha yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Suci, Kecamatan Manyar, Gresik ini menyembelih 27 ekor sapi dan 14 kambing.

Dalam khutbahnya, Prof Biyanto menyampaikan ibrah yang bisa diteladani dari pelaksanaan ibadah haji dan keluarga Nabi Ibrahim. Dikatakan, menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki kemampuan di bidang finansial, kesehatan, dan keagamaan. Ketiga aspek itu saling menguatkan, sehingga jika salah satu tak terpenuhi, maka pelaksanaannya akan pincang, bahkan tak bisa direalisasikan.

“Punya uang banyak. tapi kalau kesehatan tidak mendukung juga tidak bisa berangkat. Bagitu juga sebaliknya,” kata Prof Biyanto.

Prof Biyanto menjabarkan, setidaknya terdapat 4 pelaku sejarah terkait dengan cerita ibadah haji. Keempatnya adalah Nabi Ibrahim; putra Nabi Ibrahim, Ismail; Siti Hajar; dan setan.  Karena itu, untuk menguatkan akidah dan memantabkan ibadah, perlu dipahami karakter dari pemeran keempay personel tersebut.

Menurut dia, ada 3 sifat Nabi Ibrahim yang layak direnungkan dan sebagai bahan pelajaran kehidupan. Ketiganya, pertama adalah nilai-nilai tauhid. Dikisahkan, ketika Nabi Ibrahim dalam kebimbangan dalam mencari sosok Tuhannya, ia menengadah ke atas dan melihat bintang-bintang. Semula Ibrahim menganggap keberadaan bintang yang di atas itu sebagai Tuhan. Tetapi, karena rotasinya sehingga suatu saat hilang dari pandangan mata, ketika itu Ibrahim memastikan, bahwa bintang bukanlah Tuhan, sebab tidak mungkin Tuhan bisa hilang. Begitu sseterusnya, hatinya galau dan pikirannya teru menerawang untuk mencari dan memastikan siapa Tuhan itu, aat melihat bulan dan matahari.

“Ibrahim kembali menolak benda-benda langit yang dilihatnya sebagai Tuhan, karena tidak mungkin Tuhan jumlahnya banyak,” kisah Prof Biyanto.

Kedua, lanjut Prof Biyanto, kebiasaan menjadikan hewan untuk berkurban, sebagai prinsip nilai keagamaan. Dan ketiga, Nabi Ibrahim merupakan satu-satunya nabi yang berdoa bagaimana cara menghidupkan orang mati. Untuk membuktikannya, ia mengambil 4 burung, lalu dicincang-cincang tubuhnya dan dicampur secara acak. Kemudian serpihan tubuh keempat burung yang telah dicincang itu, dibagi menjadi 4 lalu ditaruh di puncak gunung yang berbeda. Dengan izin Allah, lalu dipanggillah burung-burung itu, yang seketika burung-burung itu pun datang dengan tubuh seperti semula. Pesan moralnya, kekuatan dan kehendak Allah mampu menjadikan yang sesuatu yang secara akal sekila tidak mungkin, menjadi serba mungkin.

“Itulah kekuatan akidah dan munajat atau doa yang bisa menjadi pilar yang kuat untuk menopang aspek-aspek lainnya,” ujarnya. (*)

Penulis: Isa Iskandar

Author

Hot this week

Topics

spot_img

Related Articles