GIRImu.com – Pengelola SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik tak kehabisan akal untuk mengembangkan permainan tradisional, meski di masa pandemi Covid-19 yang hingga kini belum berakhir. Melalui pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring/online), sekolah di komplek Perumahan Griya Karya Giri Asri (GKGA) Kedanyang ini melestarikan permainan tradisional ini lewat praktik pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan.
Di saat kondisi normal, SD Almadany memiliki program Cilukba (Cintai Lingkungan Alam Bersama Almadany). Dalam program ini, setiap pagi sebelum memulai aktivitas belajar, siswa diajak bermain bersama. Namun, begitu pandemi melanda seperti saat ini, hal itu tidak dapat dilakukan lagi. Untuk itulah, pada Jumat (7/8/2020), penugasan dilakukan lewat permainan tradisional pilihan bersama keluarga dan sahabat di lingkungan rumah siswa masing-masing.
Adalah Isra Kenzie Nazhari yang mengajak kawan-kawan di sekitar rumahnya untuk melakukan permainan tradisional. Ia memilih gobak sodor karena permainan tradisional ini dinilai dinamis dalam menggerakkan tubuh dan mengasyikkan.
Beda lagi dengan Hanifa Arin Widiyangmuda yang mengajak bundanya bermain dakon. Permainan ini menggunakan alat yang terbuat dari plastik memanjang 50 cm dengan ujung melengkung (menyerupai lesung, alat penumbuk padi tradisional), yang pada bagian atasnya memiliki 12 lubang kecil dan 2 lubang besar di kedua sisi ujungnya.
Sementara Mohammad Bani Mikail Fareh Putra memilih bermain dam-daman. Bersama bundanya, ia bermain penuh ceria dan sesekali terdengar tawa renyahnya saat berhasil memenangkan permainan.
“ Horee, Putra menang, Umi,“ teriak Putra di hadapan ibunya.
Beda lagi dengan M. Zanuba Fitrah Aqso yang menjadikan layang-layang sebagai pilihan praktik pelajarannya.
“Tarik … tarik, Kak. Yaa… ya kalah, “ teriak Zanu kecewa setelah benang layang-layang yang dimainkannya bersama kakak kandungnya putus dan kalah sambitan dengan layang-layang temannya di lapangan dekat rumahnya. Zanu memilih permainan layang-layang ini karena saat ini tengah booming.
Tidak mau kalah dengan Zanu, Aisyah Jasmine Zaini mengajak adik dan kakaknya bermain cublak-cublak suweng. Adiknya diminta mengambil posisi seperti tengah bersujud di lantai. Sementara dirinya dan kedua saudaranya meletakkan telapak tangannya sembari mengelilingkan batu kerikil disertai nyanyian cublak-cublak suweng. Ketika lagu selesai dinyanyikan, adiknya bangkit dari sujudnya dan menerka di tangan siapa batu kerikil itu disembunyikan.
”Adik salah. Batu kerikilnya ada di tanganku,“ ujar Aisyah, siswa mutasi dari SD swasta favorit di Gresik kota ini.
Kegembiraan bermain tradisional yang dilakukan oleh Kenzie, Arin, Putra, Zanu, dan Aisyah di rumah atau lingkungan sekitar rumah itu juga dirasakan dan dilakukan oleh kawan-kawan lainnya. Seperti Muhammad Wildan Nadhif Rizqullah yang bermain nekeran (kelereng), perang-perangan dengan senapan pelepah daun pisang ala Darrel Altair Putra Hermanto, permainan catur tradisional yang dimainkan Arcelia Lavinie Namia, Saif Al Faraok yang memainkan permainan do mi ka do. Sementara engkle dilakukan olah Fatma Norafindya, Kayra Allena Makayla Putri, Kanaya Janitra al Khalifi, Kayra Shafa Archilla, dan Ayra Queen Malika yang memainkan bola bekel.
Wakil Kepala SD Almadany Lilik Isnawati menyambut baik penugasan ini. Selain bernilai olah raga, karena fisik anak-anak dipacu untuk bergerak, permainan yang mereka perankan sekaligus ikut melestarikan dan mengembangkan khazanah permainan tradisional yang nyaris punah.
“Permainan (tradisional) ini sudah banyak ditinggalkan anak-anak saat ini. Karena itu, ini model pembelajaran yang bagus untuk ikut nguri-nguri atau melestarikan budaya tradisional,” ujar guru dari SD Muhammadiyah 1 Gresik.
Ketua Paguyuban Kelas III, Yuli Ernawati, mengaku turut senang dengan penugasan dari sekolah ini. “Terimakasih SD Almadany yang telah memberikan tugas yang sangat positif ini,” ujar ibu dari Isra Kenzie Nazhari ini.
Selain memenuhi kewajiban menyelesaikan tugas pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan, menurutnya, penugasan ini juga mengenalkan anak-anak pada macam-macam permainan tradisional. Anak-anak, lanjutnya, merasa bermain meskipun pada hakikatnya mereka juga berolah raga. (fud)
Kontributor: Mahfudz Efendi