MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Dalam lingkup global, kesehatan mental manusia secara umum terpengaruh akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Angka penderita kesehatan mental juga meningkat drastis selama pandemi.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menyebut sekira 20% atau sekira 60 juta dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami gangguan mental. Dengan demikian rata-rata satu dari lima orang di Indonesia mengalami gangguan mental.
“Walaupun tentu saja tingkatannya berbeda-beda mulai dari yang ringan seperti stres biasa atau mungkin depresi atau mungkin ya obsesi kompulsif dan berbagai macam gangguan mental dan gangguan jiwa yang lainnya,” terang Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Dalam program Kolak Tvmu, Kamis (14/4) dirinya menyebut angka bunuh diri juga tinggi dikarenakan hal itu. Mengutip data Kemenkes, menurut Mu’ti ada sekira 1.800 orang yang bunuh diri dalam setahun yang mana sebagian besar pelakunya adalah usia muda dan usia produktif.
“Bisa kita bayangkan betapa beratnya persoalan mental spiritual di masyarakat kita dan bisa kita bayangkan betapa beratnya tanggungjawab sosial kita kalau kemudian kita kaitkan jumlah mereka yang mengalami gangguan jiwa dengan jumlah pelayanan kesehatan jiwa apakah dia konselor ataukah dia itu psychiatry begitu jumlahnya hanya 1.053 orang,” ungkap Mu’ti.
“Dan kalau kita bandingkan jumlah ini dengan jumlah penduduk Indonesia maka satu orang konselor atau satu orang psikiater itu harus melayani satu dibanding 250.000 orang bisa kita bayangkan betapa itu sangat berat dan mungkin sepertinya tidak mungkin satu orang bisa melayani 250.000 orang sehingga tentu diperlukan aktor-aktor lain,” imbuhnya.
Aktor lain dalam ikhtiar penyembuhan ini menurut Mu’ti bisa berupa tenaga non-medis seperti kaum agamawan hingga keluarga terdekat untuk melakukan bimbingan agar mereka bangkit tanpa bersifat judgemental atau menghakimi.
“Semuanya menunjukkan kepada kita betapa arti pentingnya kekuatan spiritual dan betapa pentingnya kekuatan dan motivasi untuk kita ini bangkit dalam proses recovery itu. ini tentu saja ikhtiar melalui perawatan dokter sangat penting tapi faktor mental juga tidak kalah pentingnya,” kata Mu’ti.
Dalam hal ini, momentum puasa Ramadan dia sebut memiliki peran penting untuk meningkatkan spiritualitas umat muslim terutama dalam meningkatkan iman dan keteguhan jiwanya agar segera pulih dari masalah mental yang mereka alami.
“Selain itu diperlukan kekuatan yang berasal dari dalam diri kita sendiri bagaimana ditengah berbagai himpitan dan kesulitan hidup itu kita tetap optimis dan kita tetap menjadi orang-orang Ia memiliki rasa percaya diri,” pungkasnya. (afn)