Tarjih Muhammadiyah • Jul 25 2022 • 59 Dilihat
Takbir, tahlil, dan tahmid berkumandang dengan mengagungkan dan membesarkan nama-Mu karena hanya Engkaulah pemilik sejati kebesaran dan keagungan itu. Di pagi hari yang cerah ini, kaum muslimin berbodong-bondong datang ke lapangan dan masjid-masjid untuk menunaikan shalat ‘Idul Adha yang telah Engkau syari’atkan melalui Rasul-Mu, Muhammad saw. Setelah itu, mereka melaksanakan pemotongan hewan qurban karena memenuhi perintah-Mu dan dipersembahkan hanya untuk-Mu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd. Hadirin jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah. Ada dua peristiwa penting dalam kehidupan kita sebagai orang Islam sekarang ini. Pertama, tanggal 9 Dzulhijjah, jama’ah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah yang jumlahnya pada tahun ini hanya 1 juta orang akibat pandemi Covid 19 yang masih berlangsung. Mereka berkumpul di sana untuk melaksanakan wuquf dalam menjalankan rangkaian manasik haji. Mereka berkumpul dengan mengenakan pakaian yang sama, pakaian yang serba putih yaitu pakaian ihram. Mereka melepaskan semua jenis pakaian sesuai status, pangkat dan jabatannya masing-masing. Secara simbolik hal tersebut menunjukkan bahwa Allah tidak membedakan hamba-hamba-Nya. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan Allah. Allah tidak membedakan antara pejabat dengan rakyat jelata. Allah tidak membedakan antara bangsawan dengan rakyat kebanyakan. Allah juga tidak membedakan antara yang berkulit putih dengan yang kulit berwarna. Yang membedakan mereka hanyalah derajat ketakwaannya. Inna akramakum ’indallâhi atqâkum.
Oleh karena itu, mereka semua berkumpul di padang Arafah untuk memohon rahmat dan maghfirah-Nya. Semuanya melakukan doa’ dan introspeksi diri, mawas diri serta muhasabah tentang arti, hakekat dan tujuan hidup ini; tentang pahala dan dosa yang telah dilakukan; dan akhirnya mereka bermuhasabah tentang bekal untuk masa depan yakni kehidupan untuk masa depan di akhirat kelak. Dari muhasabah tersebut diharapkan mereka dapat menemukan jati diri yang sesunguhnya (‘arafa nafsahu) sehingga tempat itu diberi nama “Arafah” pengenalan dalam arti pengenalan terhadap jati dirinya sebagai hamba Allah (‘abdullah) yang harus selalu beribadah, tunduk dan patuh hanya kepada Allah dan sebagai khalifah-Nya di muka bumi (khalifatullah fil ardh) yang bertugas memakmurkan bumi, bukan mengeksploitasi dan merusaknya sehingga timbul kerusakan di mana-mana baik di darat, laut dan udara.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd. Hadirin jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah.
…………….
Klik tautan di bawah ini untuk melanjutkan membaca naskah khutbah Shalat Iduladha 1443 H
KHUTBAH IDULADHA 1443 H (MENELADANI NABI IBRAHIM AS)
Makassar – Seminar Nasional Sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) kembali digelar di ...
ALASAN MEMILIH KHGT Salah satu keputusan penting Munas Tarjih Pekalongan 23-25 Februari 2024 adalah ...
PENDAHULUAN Istilah Manhaj Tarjih akhir-akhir ini semakin menempati posisi penting dalam pemikiran k...
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima beberapa pertanyaan dari beberapa pih...
Berita Resmi Muhammadiyah edisi Nomor 03/2022–2027/Syakban 1445 H/Februari 2024 M ini memuat 3 Tan...
Makassar – Seminar Nasional Sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) kolaborasi Majelis ...
No comments yet.