GIRImu.com — Dr H Taufiqullah Ahmady, MPdI akhirnya benar-benar mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik. Mundurnya Taufiqullah disetujui dalam Musyawarah Pimpinan Daerah (Musypimda), Senin (7/2/2022) di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik.
Posisinya kini digantikan oleh Drs KH Moh. In’am, MPdI yang sebelumnya salah satu wakil ketua PDM Gresik. Sementara Taufiqullah selanjutnya memilih fokus sebagai pengasuh pondok pesantren di Bantul, Yogyakarta.
Sebelumnya, pengunduran diri doktor lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu telah disetujui oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur melalui surat nomor 2516/II.0/D/2022 tertanggal 31 Januari 2022 dan rapat pleno pimpinan PDM Gresik tanggal 1 Februari 2022.
Alasan pengunduran diri Taufiqullah adalah karena ia pindah domisili dan menjadi pengasuh sebuah pesantren di Bantul,, Yogyakarta. “Sebenarnya periode kepemimpinan PDM saat ini sudah selesai (2015-2020), namun diperpanjang karena pandemi Covid-19,” terangnya.
Namun aktivitas barunya sebagai pengasuh pesantren di Bantul, Yogyakarta tidak memungkinkannya sebagai ketua PDM. “Akan ada kesulitan dalam penandatanganan surat penting dan urgen jika saya tetap sebagai ketua,” lanjutnya.
Kepada peserta Musypimda yang berasal dari unsur pimpinan PDM, UPP dan Ortom tingkat daerah, serta PCM, Taufiqullah berpesan tentang penjabaran visi kepemimpinannya yang merupakan turunan dari Muktamar, yakni “Gerakan Pencerahan untuk Gresik Berkemajuan”.
Menurutnya, ada empat aspek sebuah gerakan bisa disebut berkemajuan. Keempatnya adalah menghargai waktu, meningkatkan kompetensi kader, berpikir proyektif (masa depan), dan selalu melakukan perbaikan.
Menghargai waktu, sambung pendakwah yang juga dikenal sebagai qari’ tersebut, artinya sebagai pengurus Muhammadiyah harus benar-benar memperhatikan program kerja yang disusun untuk dijalankan selama periode yang diamanahkan.
Sementara meningkatkan kompetensi kader berarti Muhammadiyah perlu melakukan kapasitas intelektual, variasi skill, dan diaspora kemanfaatan publik. Berpikir proyektif berarti pimpinan tidak boleh terjebak pada capaian masa lalu dan membuat gebrakan yang sesuai kebutuhan masa depan. Terakhir, adalah terus berupaya melakukan perubahan menuju perbaikan. (zin)