girimu.com – Pemandangan tak biasa terlihat di halaman SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) Gresik hari ini. Sebanyak 372 siswa dan 32 guru karyawan tampak memadati area sekolah dengan balutan pakaian serba putih. Mereka begitu antusias mengikuti kegiatan manasik haji yang digelar sekolah menjelang datangnya bulan Dzulhijjah. Ini merupakan manasik haji pertama yang diselenggarakan secara mandiri oleh SD Muwri, setelah sebelumnya selalu bergabung dengan sekolah lain.
Kegiatan ini berlangsung di halaman sekolah dan sebagian wilayah desa Wringinanom yang berada di sekitar lingkungan sekolah. Sejak pagi, seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 telah mengenakan pakaian ihram dari rumah masing-masing. Mereka dengan semangat menjalani setiap prosesi manasik yang telah disiapkan panitia sekolah, didampingi oleh para guru dan wali kelas.
Menurut Mufidatul Latifah, Kaur Kesiswaan SD Muwri, kegiatan manasik ini sengaja digelar untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran langsung tentang tata cara ibadah haji. “Kegiatan ini penting sebagai bagian dari pendidikan karakter dan spiritual. Kami ingin anak-anak memiliki gambaran nyata mengenai ibadah haji, bukan hanya dari buku atau cerita, tetapi mereka bisa merasakannya secara langsung meski dalam bentuk simulasi,” jelas Mufidatul.
Untuk mendukung kegiatan ini, SD Muwri telah menyiapkan berbagai miniatur perangkat haji yang lengkap. Mulai dari replika Ka’bah, Hijr Ismail, Maqam Ibrahim, tempat melempar jumrah (jumrah ula, wustha, dan aqabah), hingga lintasan untuk Sa’i antara Shafa dan Marwah. Semua replika dirancang menyerupai bentuk aslinya agar siswa semakin mudah memahami dan mengingat setiap rukun serta tahapan haji.
Prosesi manasik dimulai dengan pengarahan dari kepala sekolah. Dengan memakai kain ihram, siswa diajak melaksanakan langsung rukun haji beserta doanya. Ibadah haji dimulai dengan mengambil miqat di Bir Ali (Dzulhulaifah) disertai niat haji. Suara lantunan talbiyah menggema selama perjalanan, dilanjutkan dengan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, thawaf mengelilingi miniatur Ka’bah, minum air zamzam, sa’i antara miniatur Shafa dan Marwah yang dibuat dari properti menarik, serta ditutup dengan kegiatan tahallul sebagai penutup rangkaian manasik.
“Anak-anak mengikuti semua proses dengan riang gembira. Meskipun cuaca cukup terik, semangat mereka tidak surut. Mereka begitu serius menjalani setiap tahapan, bahkan ada yang sampai bertanya lebih lanjut tentang makna dari masing-masing rukun haji,” tambah Mufidatul.
Kegiatan ini juga menjadi salah satu metode pembelajaran tematik integratif di SD Muwri. Dengan melibatkan berbagai aspek seperti pendidikan agama Islam, sosial, bahasa, dan seni budaya, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik nyata yang bisa membekas dalam ingatan mereka.
Respons positif juga datang dari para orang tua. Ibu Lestari, salah satu wali murid kelas 3, menyampaikan rasa senangnya atas inisiatif sekolah. “Kami sangat mendukung kegiatan seperti ini. Anak saya pulang dengan cerita yang menyenangkan dan penuh semangat. Ini pengalaman yang luar biasa baginya,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, SD Muwri berharap dapat menanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini, terutama tentang rukun Islam kelima, yaitu menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Meskipun belum bisa berangkat ke Tanah Suci, namun melalui manasik ini siswa mendapatkan pemahaman dan pengalaman yang bermakna.
Kegiatan manasik haji di SD Muwri tahun ini juga dimeriahkan dengan sesi swafoto di depan photo booth. Sekolah mengabadikan momen tersebut dalam dokumentasi foto dan video untuk dijadikan bahan refleksi pembelajaran dan laporan kepada orang tua. Semangat siswa-siswi SD Muwri dalam mengikuti manasik haji menjadi bukti bahwa pendidikan berbasis praktik dan pengalaman langsung mampu memberikan dampak yang positif bagi perkembangan karakter dan spiritual anak.
Kontributor: Rahmat Syayid Syuhur