MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Menjalankan ibadah puasa bukan hanya sekedar menghitung jumlahnya, akan tetapi seberapa besar dampaknya aktivitas ibadah puasa itu terhadap ketaqwaan seorang hamba. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, jangan sampai semakin bertambah usia seorang hamba dan semakin banyak frekuensi ibadah puasanya namun tidak termanifestasi nyata dalam ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Merujuk kepada akar katanya, taqwa itu sebangun dengan kata waspada. Maka Haedar mengingatkan kepada seorang muslim yang bertaqwa untuk senantiasa waspada agar tidak melanggar, meninggalkan perintah Allah, dan waspada akan melakukan hal-hal buruk yang dilarang-Nya.
Merujuk Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 134, Haedar menyebutkan bahwa identifikasi sederhana yang pertama atas ketaqwaan seorang hamba adalah senantiasa berinfak – shadaqah baik itu di waktu lapang maupun sempit.
“Di kala lapang maupun sempit kita masih bisa berinfak dan bersedekah itulah orang bertaqwa, sesuai dengan kadar kemampuan kita”. Ucap Haedar pada (14/4) di acara Kajian Ramadan Berkah yang diadakan SMP Labschool Cirendeu UNJ.
Identifikasi yang kedua adalah menahan marah. Menurutnya, di era media sosial sekarang ini amat susah menahan marah. Bahkan tidak jarang dijumpai di medsos, bahwa menegakkan agama pun dengan kemarahan. Meskipun punya alasan untuk marah, akan tetapi lebih baik untuk menahan marah. Atau di sisi lain, sambung Haedar, bukan kita yang marah tapi dari konten yang kita tampilkan memicu kemarahan dari orang lain.
“Ada memang di hal-hal tertentu kita boleh marah, tetapi tetap marah karena prinsip yaitu marahnya orang beriman, marahnya orang bertauhid, bukan marahnya orang yang liar, orang yang bebas mengumbar hawa nafsu,” tuturnya.
Identifikasi selanjutnya atau yang ketiga adalah memberi maaf kepada orang lain. Perilaku ini terkesan berat dilakukan, terlebih memberi maaf kepada orang yang telah berbuat salah dan kita berada pada keadaan yang benar. “Ini taqwa tingkat tinggi,” imbuhnya.
Tiga identifikasi sederhana ini menurut Haedar Nashir untuk bisa dijadikan parameter atau indeks tahunan. Menurutnya, jika ketiga identifikasi sederhana ketaqwaan ini meningkat maka besar kemungkinan ibadah puasa yang dilakukan itu berhasil.