Umat Islam Berduka, Tokoh Muhammadiyah dan Mantan Menteri, Prof Malik Fadjar Meninggal

GIRImu.com – Umat Islam Indonesia, khususnya warga persyarikatan Muhammadiyah berduka. Prof Dr H. Abdul Malik Fadjar, MSc, Menteri Agama di era Presiden B.J. Habibie ini meninggal dunia, Senin (7/9/2020) sekitar 19.00 WIB di Jakarta. 

“Beliau wafat pada jam 19.00 WIB. Mohon doanya,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, seperti dikutip Republika, Senin (7/9/2020).

Abdul Malik Fadjar meninggal dalam usia 81 tahun setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jakarta. Tokoh kelahiran Yogyakarta, 22 Februari 1939 ini telah malang melintang di pemerintahan, khususnya sejak Era Reformasi. Tak hanya memimpin Kementerian Agama pada era Presiden B.J. Habibie, ia juga tercatat pernah menjadi Menteri Pendidikan Nasional periode 2001-2004. Antara tahun 2015 dan 2019 ia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI. Sebelumnya, Malik Fadjar menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 1983-2000.

Abdul Malik Fadjar dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Sebagai anak seorang guru yang juga aktivis Muhammadiyah, Malik Fadjar adalah sosok yang mewarisi jiwa aktivisme dan kepemimpinan ayahnya, Fadjar Martodiharjo yang di kalangan Muhammadiyah dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan mengayomi.

Darah guru terbukti menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Selanjutnya, perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan.

Selepas dari SRN Taliwang, ia berturut-turut kemudian mengajar di Sekolah Guru Bantu (SGB) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbawa Besar NTB pada rentang 1960-1963, dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang pada 1972, dosen dan dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 1983, dan kemudian menjadi rektor di dua kampus, yaitu di UMM pada 1983-2000 dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1994-1995.

Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.

Kesuksesannya dalam mengembangkan pendidikan, terutama pendidikan Islam, membuat namanya kian disegani dalam dunia pendidikan Indonesia.

Terlebih, Malik Fadjar mampu membawa UMM yang semula tak begitu dipandang menjadi kampus yang amat disegani dalam konteks nasional bahkan internasional. Hal itu membuatnya dipercaya sebagai Menteri Agama di era Presiden B.J. Habibie pada 1998-1999 dan Menteri Pendidikan Nasional di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri 2001-2004.

Bahkan, ia juga sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004. Di samping itu, Malik juga aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).

Jati diri Malik Fadjar sebagai seorang pendidik, begitu pula karakter kepemimpinannya yang memiliki pengaruh demikian besar itu tidak terjadi begitu saja. Dari riwayat pendidikannya, terlihat bahwa ia memang memiliki passion yang amat besar untuk menjadi seorang guru.

Malik Fadjar memulai pendidikannya di SRN Pangenan Kertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada 1947. Ia selanjutnya bersekolah di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) Magelang pada 1953 dan Pendidikan Guru Agama Atas Negeri (PGAAN) Yogyakarta pada 1957.

Ia kemudian kuliah di IAIN Sunan Ampel Malang pada 1963 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Kemasyarakatan Islam pada 1972. Tujuh tahun setelahnya, yaitu pada 1979, ia melanjutkan studinya di Florida State University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Science di bidang pengembangan pendidikan pada 1981.

Kepakarannya di bidang pendidikan kian lengkap setelah Malik Fadjar dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada 1995. Kemudian pada 2001, ia mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Tak perlu diragukan lagi, pada diri tokoh pendidikan yang tak pernah berhenti berkarya ini, mengalir darah guru dan darah Muhammadiyah,” demikian ungkap Anwar Hudijono, penulis perjalanan hidup Malik Fadjar, seperti dikutip ngopibareng.id.

Sungguh lengkap kiprah Malik Fadjar, mulai dari praktisi pendidikan paling dasar, birokrat pendidikan, hingga cendekiawan Muslim yang senantiasa berpikir soal kemajuan bangsanya. Ibarat pena, Malik Fadjar adalah tinta yang tak pernah habis.

Guru adalah jiwanya. Penghayatan terhadap filosofi guru menjadikannya seorang guru yang sebenar-benarnya guru, hingga menjadi menterinya para Guru (Mendiknas) di negeeri ini. (sto)

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Abdul Mu’ti : Toleransi Dalam Pendidikan Adalah Keniscayaan

Read Next

Manfaatkan Medsos untuk Branding dan Promosi Sekolah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular