MUHAMMADIYAH.OR.ID, PONTIANAK – Laksmi Dhewanthi, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim menyampaikan bahwa kondisi pandemi yang dihadapi di belakangnya ada perubahan yang lebih besar yaitu perubahan iklim dan dibelakangnya ada yang lebih besar lagi yakni kepunahan ekosistem makhluk hidup.
“Gelombang itu akan datang kalau kita tidak melakukan apa-apa. Kalau kita tidak merubah cara-cara kita membangun, gaya hidup, kondisi-kondisi yang selama ini membuat kita nyaman,” tutur Laksmi, dalam Seminar Pra Muktamar Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak, Sabtu (9/4).
Maka, ia sepakat dengan pemaparan materi sebelumnya yang disampaikan Prof. Emil Salim bahwa perlunya manusia kembali mempelajari kepada al-Qur’an untuk bisa memenangkan dan menghadapi tantangan-tantangan berbagai krisis yang akan datang.
Kalau bicara tentang alam, lanjut Laksmi, alam ini sebuah ruang publik penjaga peradaban. Alam ini tersusun dari berbagai keragaman yang mencerminkan keragaman banyak hal. Kalau di Indonesia konteksnya keberagaman wilayah.
“Yang pasti kita harus paham bahwa kalau kita bicara tentang ekologi/ekosistem maka kita bicara sesuatu yang sangat kompleks. Di mana ada komunitas, tanaman, hewan, makhluk hidup lainnya yang saling berinteraksi satu unit yang sama-sama punya fungsi masing-masing. Jadi tidak ada satupun yang tidak ada fungsinya di alam ini. Maka harus dikelola dan dihargai agar fungsi-fungsi itu dapat berjalan dengan baik,” jelasnya.
Pada saat kita bicara soal pengelolaan sumber daya alam, kata Laksmi, maka kita bicara mengenai mengelola makhluk hidup terutama manusia-manusia yang memanfaatkan alam. “Yang kita harapkan adalah pemanfaatan alam yang dilakukan harus secara bijaksana dan secara bertanggung jawab. Kita juga bicara tentang kepentingan politik, hukum, ekonomi dan sosial antar pemangku kepentingan di wilayah atau tempat di ekosistem tersebut. Sehingga kita tidak hanya bicara pengelolaan alam sekedar untuk mengelola atau membudidayakan tanaman langka saja misalnya. Tapi kita juga harus bicara bagaimana tanaman langka itu berinteraksi dengan manusia sekitarnya,” papar Laksmi.
“Pada saat kita bicara bagaimana Indonesia mencoba untuk menatanya, mencoba untuk memastikan agar alam dan lingkungan hidup yang sekarang kita punya, rasakan, dan manfaatkan ini akan kita kembalikan kepada pemiliknya yakni generasi yang akan datang dengan kondisi dan kualitas yang sama baiknya,” sambungnya.
Rencana jangka panjang Indonesia terhadap keberlangsungan lingkungan memiliki visi dan misi di sana. Disebut Laksmi bahwa visi terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri. dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Lalu ada beberapa misi dan agenda di dalamnya.
“Kita punya cita-cita indonesia 100 tahun di tahun 2045. Untuk mencapai ke sana kita perlu menyiapkan generasi muda untuk bisa membawa Indonesia maju sebagai bagian paling penting. Tapi kita tidak bisa membawa generasi muda, kalau tidak dibekali. Salah satunya dibekali dengan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang punya kualitas dan bisa dimanfaatkan generasi muda,” terangnya.