Muhammadiyah • Oct 10 2022 • 28 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—National Young Inventors Award (NYIA) merupakan ajang kompetisi bagi remaja dalam melakukan inovasi dan invensi di bidang teknologi. Kegiatan yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini bertujuan untuk memberikan peluang ide-ide riset dan inovasi pada generasi Z. Peserta NYIA adalah remaja setingkat siswa SD, SMP dan SMA. Mereka harus bersaing dengan ribuan sekolah dan ratusan ribu siswa di seluruh Indonesia.
“Kegiatan ini diselenggarakan tiap tahun oleh BRIN (dulu LIPI). Untuk bisa mendapatkan finalis ini tidak mudah karena jurinya, karya ilmiahnya juga diuji, kriterianya mana yang punya potensi inovasi,” tutur Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Abdulah Mukti kepada tim redaksi Muhammadiyah.or.id pada Ahad (09/10).
Dalam NYIA ke-15 yang diselenggarakan tahun 2022, dari 50 sekolah, dua sekolah Muhammadiyah berhasil masuk final. Mereka adalah Abdurrahman dan Siti Azzahra Ramadhani Larekeng dari SMP Muhammadiyah 36 Jakarta, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Keduanya menulis karya dengan judul: “Swist” Aplikasi Scooter Wisata Berbasis Android dan Microcontroller Arduino Mega. Selain itu, Muhammad Husni Rahardian dari SD Muhammadiyah Birrul Walidain Kudus, Kudus, Jawa Tengah juga berhasil masuk final dengan karya berjudul HICANE (Tongkat Hiking Pramuka Anti Nyasar).
Keberhasilan dua sekolah Muhammadiyah ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi keluarga besar persyarikatan. Hal ini menjadi penanda bahwa sekolah-sekolah yang bernaung di Muhammadiyah, dapat bersaing ketat dengan sekolah unggulan lainnya dalam skala nasional.
“Ini sangat luarbiasa. Dua sekolah Muhammadiyah masuk final dalam kompetisi nasional yang bergengsi. Tidak semua pelajar bisa mencapai tahap ini. Mereka adalah peneliti muda masa depan bangsa dan persyarikatan,” ucap Abdulah Mukti.
Mukti juga membeberkan rahasia kesuksesan dua sekolah Muhammadiyah ini dalam mencetak kader ilmuwan di masa depan. Peran Kepala Sekolah, guru, dan sistem yang ditunjang dalam memberikan kesempatan melakukan riset pada siswa merupakan faktor yang sangat dominan. Selain faktor eksternal, faktor internal berupa spirit siswa dalam melakukan kajian inovasi dan teknologi juga tidak kalah penting. Dengan adanya dua faktor ini, budaya riset di sekolah akan tumbuh mekar.
Selain itu, Mukti juga menegaskan arti penting Islam Berkemajuan dalam institusi pendidikan Muhammadiyah. Menurutnya, pemahaman Islam yang fleksibel, selaras dengan zaman, yang dianut Muhammadiyah juga turut mendorong lahirnya budaya riset di lingkungan sekolah persyarikatan. Struktur DNA Muhammadiyah adalah DNA yang gandrung dengan dunia penelitian ilmiah.
“Ini memang membutuhkan budaya riset di kalangan sekolah, guru, siswa. Semoga kedepannya banyak sekolah-sekolah Muhammadiyah yang lain bisa menjadi ruang yang baik untuk menciptakan budaya riset di sekolah,” ucap Mukti.
Sumber Foto : Beta TV
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.