Gugum Gumbira dan Populernya Tari Jaipong

banner 468x60

BANDUNGMU.COM — Sosok yang satu ini kontribusinya untuk kesenian Sunda, khususnya tari jaipong, sangat besar. Sosok ini pula yang turu mengembangkan tari terkenal dari tanah Sunda di ke masyarakat luas.

Ya, inilah Drs Gugum Gumbira Tirasondjaja. Tokoh masyhur ini lahir pada 04 April 1945.

Gugum Gumbira merupakan seorang komposer Sunda, pemimpin orkestra, koreografer, dan pengusaha dari Bandung.

Pada 1961, Presiden Indonesia, Sukarno, melarang musik rock and roll dan genre Barat lainnya. Oleh sebab larangan tersebut justru membuat musisi Indonesia tertantang untuk menghidupkan kembali seni pribumi.

Salah satunya Gugum Gumbira. Dia pun mengambil tantangan. Dia belajar tari perdesaan dan festival musik selama 12 tahun.

Jaipongan atau Jaipong adalah hasil yang paling populer dari studinya yang memperbarui musik ritual desa bernama ketuk tilu dengan gerakan dari pencak silat, seni bela diri Indonesia, dan musik dari tarian teater bertopeng, topeng banjet, dan teater wayang golek.

Dalam ketuk tilu asli, kelompok biasanya terdiri atas pot-gong ketuk tilu, gong kecil lainnya, rebab, drum barel, dan seorang perempuan penyanyi-penari (ronggeng) yang sering juga melacur mengajak laki-laki untuk menari dengannya secara sensual.

Gugum Gumbira memperluas bagian drum sebagai bagian dari gamelan perkotaan, mempercepat musik, mendefinisikan ulang penyanyi hanya sebagai penyanyi (sinden), dan datang dengan nama onomatope yang menarik.

Banyak masyarakat pendengar menganggap bahwa musik ini sangat kompleks dengan irama yang sangat dinamis.

Tampil di depan umum

Jaipongan memulai debutnya pada 1974 ketika Gugum Gumbira beserta gamelan dan penari pertamanya tampil di depan umum.

Pemerintah sporadis berupaya untuk menekan ini karena amoralitas (katanya mewarisi beberapa sensualitas ketuk tilu) yang justru hal tersebut membuat tari Jaipong lebih populer.

Tarian ini selamat bahkan setelah larangan resmi Indonesia pada musik pop asing selama beberapa tahun dan menggila pada 1980-an.

Pada pertengahan 1980-an, jaipongan sebagai tarian sosial telah memudar, tetapi tetap populer sebagai tari panggung, dilakukan oleh perempuan, pasangan campuran, atau sebagai solo.

Album Jaipongan yang paling banyak tersedia di luar Indonesia adalah “Tonggeret” oleh Idjah Hadidjah dan Gugum Gumbira Jugala orkestra, yang dirilis pada 1987 dan kembali dirilis sebagai Jawa Barat: Jaipong Sunda dan Musik Populer lainnya oleh Nonesuch/Elektra Records.

Studio Jugala Gugum Gumbira di Bandung berfungsi sebagai dasar untuk orkestra Jugala itu sendiri dan kelompok tari telah menciptakan dan merekam beberapa musisi lainnya, termasuk Sabah Habas Mustapha dan The Residents.

Orkestra Jugala termasuk instrumen gamelan Sunda, drum, rebab dan suling, memainkan Jaipongan, dan musik degung kontemporer.

Melanglangbuana ke Hongkong

Gugum mulai menekuni dunia seni sejak usianya 20 tahun. Pada fase itu, Gugum Gumbira menikahi Euis Komariah, tepatnya pada 1968. Euis adalah seorang penyanyi Cianjuran kala itu.

Ketertarikan Gugum Gumbira dengan dunia seni bermula ketika ia bekerja di Pemerintah era rezim Soekarno.

Melansir buku “Apa Siapa Orang Sunda”, Gugum Gumbira pernah bekerja sebagai penagih pajak di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.

Berawal dari hanya pekerja honorer, Gugum Gumbira kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil atau saat ini dikenal dengan sebutan aparatur sipil negara (ASN).

Gugum Gumbira menjelma jadi penari yang berkelana dari kancah lokal sampai internasional. Tercatat pada 1979, ia pernah membawa Jaipongan ke negeri Hong Kong.

Setelah itu, dengan cepat tari Jaipong menjadi sangat populer dan banyak dimainkan dalam acara-acara pernikahan, khususnya di Jawa Barat. Hal ini membuat nama Gugum Gumbira makin dikenal sebagai maestro Jaipong.

Jadi manajer Persib

Selain aktif di kesenian, Gugum Gumbira juga pernah menjadi Manajer Persib Bandung pada 2001 hingga 2003.

Dekade 2000-an hingga 2010-an, Gugum masih aktif berkesenian, walau pamor Jugala terus berdinamika pasang surut.

Hingga akhir 2018, kabarnya ia masih aktif melatih dan berkesenian di tengah keterbatasan fisiknya yang mulai menderita sakit.

Akhirnya, seniman kahot Gugum Gumbira wafat pada 04 Januari 2020 karena sakit.

Gugum Gumbira mendapat anugerah tanda kehormatan Republik Indonesia di Istana Negara pada 2022.

Penghargaan diberikan Presiden RI Joko Widodo dalam rangka memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia. Nama Gugum bersanding dengan ratusan tokoh lebih.

______

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Editor: Feri A




sumber berita ini dari bandungmu.com

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Yang lain