Hasil Survei: Pemilih Muda dan Pemula Percaya Pilkada Aman Dari Sisi Kesehatan

Tren Pandemi yang masih tinggi membuat banyak pihak mengkhawatirkan perhelatan Pilkada menjadi pemicu penularan Covid-19. Partisipasi politik pun dikhawatirkan menurun yang berakibat pada kredibilitas hasil. Namun berdasarkan survei dari Institut Faqih Usman dan Pemuda Muhammadiyah Gresik, mayoritas pemilih pemula dan pemilih muda menyatakan akan tetap datang ke TPS untuk memberikan hak suara meski pilkada digelar di tengah pandemi.

“Sebagian besar responden (85,1%) pemilih muda dan pemula menyatakan tetap akan datang ke TPS, meski 52%-nya merasa takut Covid dan 33,1% tidak takut. Hanya 10,2% yang tidak ke TPS dengan alasan Covid, dan 4,7% yang tidak datang tanpa kaitan Covid,” terang Ahmad Faizin Karimi, ketua Institut Faqih Usman dalam acara Rilis Hasil Penelitian dan Diskusi Terbatas di Cafe Waktu Kopi, Gresik (7/10).

Dalam penelitian bertajuk “Partisipasi Politik Pemilih Muda dan Pemula dalam Pilkada di Tengah Pandemi” ini, Institut Faqih Usman mengambil 127 sampel pemilih muda dan pemula dari kecamatan se-Kabupaten Gresik dengan tingkat kepercayaan 90% dan margin of error 7%. Kesimpulan utamanya ada dua, pertama Pandemi Covid-19 diperkirakan tidak menyebabkan penurunan partisipasi politik pada pemilih muda dan pemilih pemula. Kedua, tingkat kepercayaan pemilih muda dan pemilih pemula pada keamanan dari sisi kesehatan dalam penyelenggaraan pemungutan suara sangat tinggi.

“Tingkat kepercayaan pada penyelenggara pemilu dalam menjaga keamanan proses pemungutan suara cukup tinggi. Responden yang cukup percaya hingga sangat percaya mencapai 81,1%,” lanjut Faizin. Untuk kelompok pemengaruh, dalam konteks partisipasi politik di tengah Pandemi, sebagian besar pemilih pemula dan muda sudah tidak menjadikan orang tua sebagai pihak pengaruh (59,8%). “Karenanya sosialisasi kepada kelompok pemilih muda dan pemula ini, lebih efektif jika langsung menyasar mereka dan bukan melalui orang tua,” lanjutnya.

Faizin menekankan bahwa penelitian ini tidak dalam posisi mendukung atau menolak Pilkada tetap digelar di tengah pandemi. Namun hanya sebagai potret atas fenomena yang bisa menjadi referensi kebijakan. Menyikapi hasil penelitian ini, Aditama ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik berharap agar KPU semakin ketat dalam penerapan protokol kesehatan. “Dengan begitu, penyelenggaraan pemilu nanti tidak menjadi pemicu kenaikan tren pandemi,” harapnya.

Di sisi lain, Hamim Farhan akademisi dan pengamat sosial mengingatkan adanya variabel lain yang bisa mengubah perilaku politik tersebut. “Misalnya isu geopolitik seperti radikalisme, dan isu lokal seperti bencana tahunan. Hal-hal semacam itu berpotensi mengubah sikap pemilih,” terang dosen Unmuh Gresik yang menjadi salah satu pengulas dalam diskusi hasil penelitian itu.  

Menyikapi hasil penelitian tersebut, Abdullah Sidiq Notonegoro komisioner KPU Gresik yang juga hadir dalam diskusi menyatakan apresiasinya. “Banyak pihak meragukan keamanan pilkada dari sisi kesehatan. Namun hasil penelitian ini mengungkapkan hal yang berbeda,” sambutnya. Menurut Sidiq, tingkat kepercayaan yang tinggi itu mungkin juga sebagai dampak dari sosialisasi dan konsistensi penyelenggara dalam menerapkan protokol kesehatan dalam semua tahapan. “Justru pergerakan dari paslon dan tim kampanyenya yang lebih perlu diwaspadai,” tegas Sidiq.[]

Author

Vinkmag ad

Read Previous

IMM Gresik Turun Jalan Tolak UU Omnibus Law

Read Next

Tingkatkan Imun Guru SD Almadany Senam Bersama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular