Oleh: Dodi Umartin (Ketua Alumni PD KA KAMMI Kota Bengkulu)
BANDUNGMU.COM — Ba’da tahmid dan salam ….
Sejak tahun 2019 hingga sekarang, kita dikejutkan dengan musibah banjir yang terus melanda sejumlah daerah di Propinsi Bengkulu terutama di Kota Bengkulu .
Musibah tersebut tak hanya menyebabkan kerugian materi akibat terendam dan hanyut, tapi juga menyebabkan korban meninggal dunia.
Bagaimana sikap kita sebagai muslim menghadapi musibah banjir ini?
1. Sabar
Sikap pertama sebagai seorang muslim ketika menghadapi musibah atau hal-hal yang tidak disukainya adalah bersabar.
Sabar bukan berarti menyerah dan berdiam diri tanpa ikhtiar. Sabar dalam menghadapi musibah adalah meneguhkan diri untuk tidak menyalahkan takdir Allah dan bertahan dalam mentaati-Nya serta menahan diri dari bermaksiat kepada-Nya.
Sebab itu, ketika menghadapi musibah, termasuk banjir, seorang muslim yang sabar tidak akan marah kepada Allah.
Pun tidak akan menyalahkan Allah. Kalimat pertama yang ia ucapkan adalah istirja’ yang berangkat dari kesadaran iman.
… Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali). (QS Al Baqarah: 156)
Kesadaran bahwa semua milik Allah dan semua akan kembali kepada-Nya membuat kita lebih ringan saat menghadapi musibah.
Kenapa? Sebab kita menyadari semua adalah milik-Nya. Kita pun menjadi tak terlalu kecewa dan depresi menghadapi musibah seperti ini.
Dan yang lebih menggembirakan, orang-orang yang bersabar dengan mengucapkan kalimat istirja’ ini, Allah akan memberinya keberkahan, rahmat, dan petunjuk.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam ayat selanjutnya. Yakni Surat Al Baqarah ayat 157.
Bahkan dalam hadis shahih dijelaskan, orang yang bersabar dan mengucapkan istirja’ saat menghadapi musibah, ia akan mendapat pahala dan ganti yang lebih baik.
Tidaklah seorang muslim mengalami musibah, lalu dia mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ (dan berdoa) ‘ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya’. Melainkan Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti dengan yang lebih baik (HR Muslim).
2. Membantu korban banjir
Orang-orang mukmin itu bagaikan satu tubuh. Saat yang satu terkena musibah, selayaknya yang lain membantu. Jangan justru mem-bully orang yang terkena musibah.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bahkan kalaupun kita juga terkena musibah, namun saudara kita lebih membutuhkan, Islam mengajarkan untuk membantunya. Semampu kita.
Meskipun hanya dengan ucapan yang baik dan untaian doa. Tentu lebih baik lagi jika mampu membantu evakuasi, membantu memberikan konsumsi dan bantuan-bantuan lain yang diperlukannya.
Pertolongan ini bukan hanya dibatasi untuk saudara seiman. Saudara sebangsa dan sesama manusia pun perlu ditolong.
Dan menolong orang yang membutuhkan seperti inilah yang akan mendatangkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga musibah bisa berubah menjadi berkah.
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (HR Muslim).
3. Muhasabah dan introspeksi diri
Datangnya musibah termasuk banjir tahun 2022 ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi kita. Muhasabah.
Sebab pada umumnya musibah datang kepada kaum muslimin dalam dua jenis. Pertama, sebagai ujian. Kedua, peringatan.
Sebagai ujian, kita kuatkan kesabaran. Namun yang tak kalah penting, dengan berbagai fakta lapangan kita perlu introspeksi bahwa ada peringatan dalam musibah banjir ini.
Peringatan seperti apa? Peringatan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Ar Rum: 41)
Sering kali bencana terjadi karena kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Termasuk banjir juga demikian.
Kerusakan ini ada dua macam.
Pertama: Kerusakan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya bencana. Dan ini merupakan bagian dari sunnatullah.
Ketika hutan digunduli, air yang melaluinya langsung lewat tanpa terserap sehingga mudah terjadi banjir dan tanah longsor.
Tatkala sampah dibuang sembarangan termasuk ke sungai, ia akan menutup saluran air dan menjadi salah satu faktor banjir.
Saat gedung-gedung dibangun tanpa memperhatikan keseimbangan alam dan aliran air, juga menjadi salah satu faktor banjir.
Kedua, kerusakan jiwa manusia. Yakni dengan semakin banyaknya dosa dan kemaksiatan, Allah pun menegur manusia untuk kembali kepada-Nya.
Kerusakan semacam ini sangat dikhawatirkan para sahabat sehingga ketika terjadi gempa di Madinah, Khalifah Umar bin Khattab meminta seluruh penduduknya untuk bertaubat.
BNPB menyebutkan, banjir yang meluas di awal tahun 2022 ini dipengaruhi oleh curah hujan yang sangat tinggi dan merata.
Curah hujan pada 1 Januari 2022 tergolong ekstrim. Tertinggi selama 24 tahun terakhir. Yakni 377 mm/hari.
Karena itu, untuk mencegah bencana banjir, mari kita lakukan dari hal sederhana. Misalnya kita bisa membuang sampah pada tempatnya.
Kita bisa menanam kembali hutan dan pepohonan. Namun, kita tak bisa mengendalikan curah hujan. Di sinilah pentingnya taubat nasuha serta menjauhi segala kemaksiatan dan dosa. **