Oleh: Ace Somantri
BANDUNGMU.COM — Hari pertama Muktamar Muhamamdiyah ke 48 melalui daring beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengikuti dan menyimak penyampaian dari PP Muhammadiyah dan PW Muhammadiyah se-Indonesia.
Ada hal yang cukup menarik ketika tanggapan dari PW Muhamamdiyah Jawa Timur. Suasana seragam yang terlihat guyub dan berwibawa menyita perhatian para peserta Muktamar.
Pasalnya selain seragam mencolok semua peserta kumpul satu ruangan, termasuk Mas Hajriyanto pun memberikan komentar terkait dengan seragam yang dipakai peserta Mukatamar dari PW Muhammadiyah Jawa Timur.
Peserta Muktamar Bandung Raya pun sempat memberikan apresiasi tepuk tangan terhadap pemaparan dan tanggapannya. Bahkan ada celotehan dari seorang peserta, “Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah Jawa Timur sebagai pimpanan yang memiliki status muzaki.”
Sementara kebanyakan pimpinan Muhamamdiyah masih tergolong mustahik. Tidak banyak disampaikan, KH Saad Ibrahim cukup menyampaikan dengan singkat bahwa Muhammadiyah Jawa Timur bergerak ke dalam dan keluar.
Apalagi oleh-oleh safari dakwah ke Eropa mereka membawa PR yang membuat bangga persyarikatan yaitu akan mengakuisisi gereja di Spanyol. Riuh tepuk tangan pun kembali di ruang muktamar Bandung Raya.
Pantas memang Pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur para penggeraknya mendapatkan apresiasi dan penghargaan yang layak dan pantas.
Sementara pimpinan Muhammadiyah yang masih status mustahik, lebih banyak menerima karena kemampuan produktivitas gerak dakwah masih tergolong duafa.
Harus diakui bahwa gerak langkah dakwah Muhammadiyah di berbagai wilayah dan daerah belum semua amal usahanya makmur. Tampaknya kita harus banyak belajar ke Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogjakarta.
Selain bertebaran amal usaha yang sehat dan makmur, mereka senantiasa antusias dan sangat menjadi kebanggaan ketika jumlah jamaah warga persyarikatan dalam pengajian selalu penuh tumpah ruah.
Beda di wilayah lain, jamaah pengajian ruitin nyaris jarang penuh karena pembinaan jamaah di akar rumput belum maksimal. Akibatnya untuk guyub berjamaah dengan gotong royong menyokong program sulit terwujud.
Kembali pada sesi muktamar daring. Giliran tanggapan oleh Pimpinan Wilayah Papua Barat. Namun, sayangnya terjadi gangguan suara dalam zoom meet sehingga audio tidak berjalan dengan baik.
Dengan berat hati, akhirnya dilewat dulu berganti ke yang lain. Inilah resiko kegiatan dengan daring atau online. PW Muhammadiyah Papua Barat langsung memperbaiki sistem operasional muktamar daring dan alhamdulillah bisa menyusul memberikan tanggapan.
Tanggapan muktamar memang kurang berasa, apalagi peserta dari PWM dan PDM-PDM terpisah jauh. Apalagi aktivitas permusyawaratan peserta dari PDM hanya sebagai pendengar dengan posisi lokasi tempat muktamar terpisah-pisah.
Di Jawa Barat saja terbagi enam zona. Situasi dan kondisi muktamar dalam pleno 1 dengan cara daring, konsentrasi dan kekhusuan kurang terasa kurang kondusif.
Berharap banyak, gerakan Muhammadiyah ke depan dengan jargon Islam berkemajuan tidak hanya maju dalam jumlah kuantitas struktur jaringan organisasi.
Namun, diimbangi juga kualitas para penggeraknya sehingga roda organisasi hidup tanpa membebani. Justru hadirnya organisasi harus memberi solusi permasalahan sosial kemasyarakatan.
Obrolan ringan yang terlontar dengan bahasa clotehan, bahwa ada Pimpinan yang tergolong sudah menempati posisi muzakki maupun pimpinan Muhammadiyah mustahik.
Secara kasatmata inderawi, PWM Jawa Timur sebagai urutan pertama sebagai persyarikatan Muhammadiyah yang masuk kategori muzaki. Mereka selalu memberi dan membantu pimpinan Muhammadiyah di luar teritori Muhammadiyah Jawa Timur.
Selain Jawa Timur, ada juga amal usaha di bawah PW Muhamamdiyah Jawa Tengah dan Yogjakarta yang amal usahanya banyak membantu dengan amal usaha diluar Yogjakarta.
Untuk pimpinan Muhammadiyah yang tergolong mustahik, dimana amal usaha yang dibina masih layak menerima bantuan cukup banyak.
Indikatornya sederhana, amal usaha yang ada masih terseok-seok akibat tidak sehat cash flow keuangan dan amal usaha dikembangkan masih memiliki beban besar untuk mengembalikan beban beberapa nilai material atas dasar dari pinjaman kepada pihak ketiga.
Semoga ke depan semua pimpinan wilayah, daerah, dan cabang Muhammadiyah yang masih tergolong mustahik untuk melakukan percepatan kenaikan kelas dari amal usaha duafa naik menjadi berdaya. Dari yang berdaya menjadi amal usaha yang memberdayakan. Wallahu ‘alam.***