Muktamar Hizbul Wathan, Internalisasi Jati Diri Kader Pandu Muhammadiyah

Oleh: Ace Somantri

BANDUNGMU.COM — Satu abad lebih kepanduan Hizbul Wathan (HW) lahir dan berdiri yang spirit dan nilai juang gerakannya hingga saat ini masih terasa. Sebagai kepanduan berbasis keagamaan dan memiliki sejarah panjang, HW lahir dari perut rahim Muhammadiyah bukan tanpa sebab dan tujuan mulia.

Dengan perjalanan panjang penuh dedikasi sangat tinggi, gerakan kepanduan Hizbul Wathan, sekalipun gerakan tersebut diawali dengan kepanduan milik Hindia Belanda, tetapi KH Ahmad Dahlan mampu mengambil nilai-nilai ajaran dari spirit penghambaan kepada Allah SWT.

Sehingga pada saat awal pembicaraan tentang komentar kegiatan baris-berbaris, baginya hal tersebut untuk ”melayani (djawa leladi) dan menghamba kepada Allah”. Begitu ungkapan KH Dahlan yang disampaikan kepada santri dan guru Muhammadiyah kala itu.

Objektivitas akal sehat KH Ahmad Dahlan saat melihat berbagai kegiatan dan peristiwa di sekitarnya. Manakala layak dan patut ditiru untuk kepentingan kemajuan pendidikan yang ia gagas, itu akan diambil. Tidak menjadi masalah.

Dari dulu hingga saat ini Kepanduan Hizbul Wathan berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan Muhammadiyah yang diperkuat program-program ekstrakurikuler sekolah atau madrasah.

Faktanya memang dapat diakui bahwa kepanduan sangat membantu dalam penguatan identitas diri dan mentalitas hidup anak-anak muda khususnya.

Banyak kegiatan kepanduan yang bisa memperkuat mentalitas dan ketangkasan yang memupuk kecerdasan sosial emosional, baik rasa sadar dan tanggung jawab maupun kepedulian dan kepekaan terhadap sesama.

Interaksi dan komunikasi dibangun atas dasar kebersamaan dan solidaritas sehingga jiwa tolong-menolong menjadi karakteristik dan identitas kepanduan.

Hal itu wajar karena saat awal berdiri kepanduan Hizbul Wathan terinspirasi dari ketangkasan anak-anak usia belia yang sedang baris-berbaris penuh kebersamaan.

Jati diri kepanduan Hizbul Wathan menekankan kepada ketahanan mental spiritual sebagai manusia yang mendapatkan amanah Ilahi yang berusaha untuk berbudi pekerti luhur.

Dari sikap tersebut melahirkan janji dalam jiwa dan raga seorang kader kepanduan: (1) setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Tuhan, Undang-undang dan Tanah air. (2) selalu menolong siapa saja, sedapat saya. (3) siap menepati Undang-undang Hizbul Wathan.

Saat mengucapkan janji tersebut, didahului mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai bentuk ikrar keyakinan seseorang yang beriman pada ajaran Islam.

Simbol-simbol ketangkasan dalam penjelajahan alam, selain menjadi model kegiatan yang khas bagi organisasi kepanduan, juga bisa mengasah kecerdasan kinestetik fisik. Manfaatnya dapat menstimulasi otak manusia lebih dinamik dan kreatif.

Sejak dasar, menegah, dan dewasa hingga usia lanjut pun tidak menjadi soal karena dalam kepanduan spirit tolong-menolong sebuah paham ajaran yang melekat dalam sifat dan karakater utama. Sifat itu selalu terpelihara dengan baik.

Keberpihakan dan keadilan bersikap, salah satu jati diri kader-kader kepanduan, terlebih kader kepanduan Hizbul Wathan.

Sumber ajaranya diambil dari berbagai ayat-ayat Ilahi, misal yang terdapat dalam QS Al-Mu’minun ayat 04 yang menjelaskan, ”Dan bahagialah orang-orang yang menjaga kepercayaanya serta menepati segala perjanjiannya…”

Penegasan ayat tersebut, dalam undang-undang kepanduan Hizbul Wathan menjadi urutan pertama, yaitu HW selamanya dapat dipercaya.

Pasalnya ada penegasan dan doktri selanjutnya bagi kader kepanduan HW bahwa manakala tidak dipercaya sudah dianggap tidak beriman dan bagi yang tidak menepati janjinya dianggap tidak punya agama.

Begitulah penjelasanya dalam buku naskah tuntuan Hizbul Wathan pada 1961.

Kedua, HW itu setia dan teguh hati. Ia senantiasa setia pada ajaran Islam yang diyakininya sepenuh hati dan tidak berpaling pada ajaran lain yang menyesatkan. Mereka berusaha tunduk dan patuh pada ajaran Islam sekaligus berusaha tidak mengkhianati segala yang diamanahinya.

Ketiga, HW itu selalu siap menolong dan wajib berjasa. Mereka senantiasa menolong pada sesama dan berusaha membantu siapa pun tanpa menunggu diminta bantuan.

Keempat, HW itu suka perdamaian dan persaudaraan. Penegasan sikap ini mengejawantahkan ayat Ilahi yang menyerukan harmonisasi dan persaudaraan agar saling menyayangi satu dengan yang lainnya.

Perdamaian dan persaudaraan antar sesama akan melahirkan konsep rahmatan lil aalamiin yang disyariatkan.

Kelima, HW itu sopan santun dan perwira. Seorang kader pandu HW dituntut berperilaku rendah hati dan ramah.

Namun, tetap berjiwa kesatria, senantiasa kokoh dalam memegang prinsip kebenaran, kejujuran, rasionalitas, dan objektivitas, kemudian berani karena benar.

Keenam, HW itu menyangi semua makhluk. Sikap rahmah (penyayang) bagi kader pandu sebuah keniscayaan karena alam terbuka dan isinya, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan, menjadi sahabat dekatnya.

Doktrin-doktrin dan sifat kepanduan HW akan menjadi jati diri yang menanamkan sikap dan perilaku yang berahlak karimah.

Undang-undang HW ketujuh, yakni Hizbul Wathan itu melaksanakan perintah tanpa membantah. Sikap loyal yang tegas menjadi perangai seorang pandu penuh wibawa dan disegani.

Perintah pimpinan yang baik dan benar tak pernah disanggah. Mereka akan melaksanakan dengan tulus dan ikhlas.

Kedelapan, HW itu sabar dan pemaaf. Sikap tersebut cerminan seorang kader pandu yang arif dan bijak.

Karena sadar betul dalam kehidupan itu sangat dinamis sehingga banyak hal yang memungkinkan terjadi gesekan kepentingan yang berdampak negatif pada interaksi dan komunikasi.

Oleh karena itu, hal yang harus diusahakan yakni memiliki sikap pemurah dan pemaaf karena akan lebih menenteramkan hati dan jiwa seorang pandu berkarakter.

Kesembilan, HW itu teliti dan hemat. Sikap hati-hati membantu diri lebih teliti sehingga diharapkan mampu mengendalikan hawa nafsu orientasi materi yang berlebihan. Kesepuluh HW itu suci dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Lengkap sudah profil seorang kader pandu berkarakter jika menjalankan undang-undang HW dengan komitmen dan keyakinan hati.

Andaikan semua kader pandu mampu menginternalisasikan perjanjian dan undang-undang HW, tampaknya para pejuang kebenaran dan keadilan di lingkungan Muhammadiyah akan memperkuat barisan terdepan.

Mereka akan mengawal panji-panji Islam secara bersama-sama induk organisasi untuk mengakselerasi nilai-nilai ajaran Islam yang unggul dan berkemajuan.

Doktrin sikap kepanduan yang berkarakter membawa kebahagiaan. Terlebih cara, model, dan pendekatan kepanduan HW menampakan sifat-sifat kesalehan individu maupun kesalehan institusional.

Gerakan kepanduan Hizbul Wathan memiliki positioning yang dapat diperhitungkan oleh semua pihak yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal Muhammadiyah.***