BANDUNGMU.COM, Bandung — Amanah, sebuah prinsip luhur yang menjadi kewajiban utama seorang pemimpin, menjadi inti dari kesuksesan kepemimpinan yang berdasarkan prinsip-prinsip syari.
Makna syari amanah tidak hanya mencakup kepercayaan dan keandalan. Namun, juga menyiratkan tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Wakil Sekretaris I LP2PPM Cecep Taufiqurrohman dalam Gerakan Subuh Mengaji belum lama ini, amanah bukanlah sekadar norma etika, melainkan suatu nilai suci yang diemban oleh malaikat sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah, “Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS An-Nahl: 50).
“Tidak hanya malaikat, para nabi pun diamanahi dengan tanggung jawab besar,” kata Buya Cecep–sapaan akrabnya–seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id pada Senin (01/01/2024).
Firman Allah SWT dalam Al-Quran menyatakan, “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (QS Al-Araf: 68).
Dengan demikian, kata Buya Cecep, pemimpin yang membawa beban amanah seharusnya juga mampu memberikan pedoman yang adil dan terpercaya kepada yang dipimpinnya.
Amanah bukan hanya panggilan bagi malaikat dan para Nabi, melainkan menjadi sifat terpuji bagi setiap orang beriman. Firman SWT Allah menyatakan, “Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.” (QS Al-Mu’minun: 8).
Dalam konteks ini, kata Buya Cecep, seorang pemimpin yang menjunjung tinggi amanah menjadi teladan bagi masyarakatnya, menciptakan fondasi kepercayaan dan harmoni di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Secara lebih dalam, amanah bukan sekadar norma, melainkan sebuah akidah yang melekat pada hati seorang muslim. Manifestasi keimanan dalam hati seorang pemimpin tercermin dalam setiap tindakannya yang didasarkan pada prinsip-prinsip amanah.
“Oleh karena itu, untuk mencapai kepemimpinan yang benar-benar mencerahkan, seorang pemimpin perlu mengartikulasikan amanah sebagai fondasi utama dalam setiap kebijakan dan tindakan yang diambilnya,” tutur Wakil Dekan FAI Universitas Muhammadiyah Bandung ini.
Buya Cecep mengatakan bahwa amanah bukan sekadar tugas atau tanggung jawab, melainkan sebuah nilai luhur yang menjadikan seorang pemimpin dihormati dan diikuti oleh masyarakatnya.
Membawa beban amanah, seorang pemimpin harus senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip syari serta menjadikan amanah sebagai panduan utama dalam setiap langkah dan keputusannya.
“Hanya dengan demikian, kepemimpinan yang adil, terpercaya, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dapat terwujud,” tandas Buya Cecep.***