BANDUNGMU.COM, Solo – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan bahwa Muhammadiyah itu identik dengan kegiatan pers dan literasi dari awal berdiri hingga hari ini. Di samping Ahmad Dahlan, tokoh penggerak pers di Muhammadiyah dan Indonesia salah satunya adalah Fachrodin.
“Haji Fachrodin itu sejak awal bergabung dengan Muhammadiyah sudah memikirkan bagaimana membuat salur publikasi yang bisa dibaca oleh semua orang. Dari mulai membuat pamflet yang sangat sederhana hingga majalah Suara Muhammadiyah yang sudah berumur 99 tahun. Satu-satunya majalah tua di Indonesia yang masih eksis adalah Suara Muhammadiyah,” ujar Dadang saat membuka acara Festival Pers dan Literasi Muhammadiyah di UMS pada Sabtu (24/08/2024).
Pada saat majalah dan surat kabar sekarang ini banyak yang mulai redup dan bahkan gulung tikar tidak terbit lagi, seperti Republika, lanjut Dadang, Suara Muhammadiyah masih tetap eksis terbit menemani warga Persyarikatan.
Bahkan, saat ini eksemplarnya semakin meningkat. Belum lagi ditambah dengan semakin terus berkembangnya Suara Muhammadiyah menjadi perusahaan yang merambah kepada berbagai bidang bisnis (holding company).
Lebih jauh, guru besar sosiologi agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini menyampaikan bahwa di dalam Al-Quran banyak memuat tentang semangat literasi dan pers. Di antaranya tercantum dalam wahyu pertama yakni QS Al-Alaq (ayat 1-5) yang mengupas tentang iqra atau perintah membaca.
“Namanya perintah itu artinya merujuk kepada hal yang wajib. Namun, sayang sekali bahwa perintah yang sering kita abaikan itu justru tentang iqra ini. Padahal, Muhammadiyah dari dulu menegaskan bahwa literasi itu sesuatu yang sangat penting. Tidak mungkin orang itu bisa modern, maju, dan pintar kalau tanpa membaca,” tutur Dadang.
Semangat literasi juga, kata Dadang, tercantum dalam QS Al-Baqarah ayat 31. Ayat tersebut menurut Dadang merupakan inspirasi dan titah Allah kepada Nabi Adam sebelum mengurus dan mengelola dunia terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan yang cukup.
“Diberilah Nabi Adam itu bekal ilmu pengetahuan oleh Allah SWT untuk mengurus dunia. Jadi, tidak mungkin orang itu bisa sukses tanpa bekal ilmu pengetahuan, belajar, dan banyak membaca. Siapa saat ini orang-orang yang menguasai dunia? Yakni mereka yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan orang yang senang membaca,” tegas Dadang.
Dadang menyayangkan kondisi bangsa Indonesia yang rendah daya dan minat bacanya. Hal ini sangat memprihatinkan sehingga tidak mengherankan kalau negara-negara yang sukses dan bahagia itu, kata Dadang, bukan negara-negara timur seperti Indonesia, misalnya, melainkan negara-negara Barat.***