Tuesday, September 17, 2024
25 C
Gresik

Empat Pilar Perkaderan Ini Kunci Sukses Persyarikatan | PWMU.CO

Empat pilar perkaderan
Fathurrahim Syuhadi, kedua dari kiri, mengisi Baitul Arqam Pucuk Lamongan.

PWMU.CO– Empat pilar perkaderan Muhammadiyah menjamin eksistensi persyarikatan ini bertahan hingga akhir zaman.

Empat pilar perkaderan itu meliputi keluarga, Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan pimpinan.

Begitu disampaikan Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Lamongan Fathurrahim Syuhadi di Baitul Arqam Dasar PCM Pucuk Lamongan, Kamis (7/4/2022).

Acara bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Pucuk diikuti kepala dan guru sekolah Muhammadiyah PCM Pucuk.

Rahim menjelaskan, Mohammad Djazman Al-Kindi orang pertama yang menyusun perkaderan Muhammadiyah secara sistematis, formal, berjenjang.

Konsep perkaderan Djazman memiliki dua karakter yakni man of thinking dan man of action.  ”Dua karakter tersebut dapat dimaknai sebagai manusia yang mampu berpikir dan bertindak,” tuturnya. 

”Djazman pendiri Majelis Perkaderan. Konsep perkaderan Djazman terus digunakan oleh Muhammadiyah hingga saat ini, salah satunya Pondok Kader Hajjah Nuriyah Shabran di Universitas Muhammadiyah Solo,” ungkap Rahim yang meraih penulis produktif PWMU.CO.

Proses kaderisasi, kata Rahim, menopang laju gerak organisasi. Persoalan yang dihadapi persyarikatan semakin kompleks berhadapan dengan tantangan besar sosial, ekonomi, politik.

”Misi dan arah perkaderan Muhammadiyah diharapkan dapat menyiapkan kader-kader atau tenaga penggerak yang berkemampuan dan memiliki integritas yang kuat dalam mengemban misi gerakan Muhammadiyah baik internal maupun eksternal,” katanya.

Jenjang Perkaderan

Dia menerangkan, jenis kegiatan kaderisasi yang terarah, terencana dan berkesinambungan. Jenis kaderisasi yang dapat dilaksanakan secara umum terdiri dari dua kategori,

Pertama, Perkaderan Utama. Kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta sistem dan aksi gerakan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Persyarikatan atau Majelis Pendidikan Kaderdan Amal Usaha Muhammadiyah.

Punya standar kurikulum yang baku dan waktu penyelenggaraannya. Contoh Darul Arqam dan Baitul Arqam.

Kedua, Darul Arqam. Darul Aqram merupakan bentuk kaderisasi utama dan khas dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Tujuannya membentuk cara berpikir dan bersikap.

Darul Arqam tingkat pusat selama satu pekan. Tingkat wilayah selama lima hari, dan pimpinan AUM selama empat hari. Peserta Darul Arqam diprioritaskan pimpinan Persyarikatan, Unsur Pembantu Pimpinan dan pimpinan tertentu (top manager) Amal Usaha Muhammadiyah.

Ketiga, Baitul Arqam, merupakan modifikasi dan penyederhanaan dari Darul Arqam yang diselenggarakan untuk tingkat Pimpinan Daerah, Cabang dan Ranting serta AUM.

 ”Penyederhanaan agar kegiatan kaderisasi dapat menjangkau peserta yang lebih luas terutama para anggota, simpatisan dan pimpinan dalam waktu lebih singkat,” ujarnya.

Keempat, Pengkaderan Fungsional. Yaitu kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus atau kajian intensif.

Bentuk kegiatan kaderisasi yang masuk kategori perkaderan fungsional di antaranya Sekolah Kader, Pelatihan Instruktur, Dialog Ideopolitor, Pelatihan yang diselenggarakan oleh Majelis dan Lembaga, Pengajian Pimpinan, Pengajian Khusus, Pelatihan Tata Kelola Organisasi atau Up-Grading, dan Diklat Khusus,” pungkasnya.

Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan  Editor Sugeng Purwanto

sumber berita by [pwmu.co]

Author

Hot this week

Topics

spot_img

Related Articles