MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir tiga tahun di Indonesia mengakibatkan beban berat dalam masalah sosial dan ekonomi. Namun ternyata ada fakta menarik di balik itu, yakni kemampuan Indonesia keluar sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan survei Charity Aid Fondation (CAF) tahun 2021.
Indeks CAF sendiri diukur dari tiga indikator, yakni kesediaan membantu orang yang tidak dikenal, donasi ke lembaga amal, dan kesediaan menjadi relawan dalam suatu organisasi.
“Dari indeks kedermawanan atau world giving index, Indonesia adalah negara yang masyarakatnya paling derwaman sedunia. Jumlahnya 69%. Lebih tinggi dari tahun 2018 yang berjumlah 59%,” ungkap Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
Dalam program Kolak di kanal youtube Tvmu, Senin (11/4) Mu’ti menyebut fenomena ini secara kasat mata sulit dimengerti. Sebab berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di tahun ini saja masih berjumlah 26,50 juta jiwa dengan jumlah pengangguran sebanyak 9,1 juta jiwa.
Namun, Mu’ti mengaku tidak terlalu terkejut setelah membaca lima faktor penyebab prestasi bangsa Indonesia ini berdasarkan penjelasan CAF. Penyebab kedermawanan pertama adalah faktor agama, terutama agama mayoritas di Indonesia yaitu agama Islam yang memiliki ajaran terkait zakat, infak dan sedekah. Meskipun dalam hal ini, pada bidang zakat saja misalnya, dari potensi umat sebanyak 233 Triliun rupiah, yang terealisasi baru 8 Triliun saja. Faktor kedua menurut CAF adalah budaya.
Mu’ti sepakat dengan ini karena menurutnya orang Indonesia memiliki budaya tolong menolong atau yang populer disebut sebgai gotong royong. Ketiga, adalah faktor alokasi dana dari pemerintah untuk membantu mereka yang kesulitan.
“Keempat, adalah faktor transformasi digital terhadap tingkat kedermawanan di Indonesia, di mana selama Covid-19 donasi digital mencapai 75% yang sebagian besar dilakukan secara crowd funding,” ungkap Mu’ti.
Sedangkan faktor kelima adalah pengaruh influencer muda dan publik figur. “Mereka yang memiliki kepribadian baik, keteladanan dan follower yang sangat banyak. Mereka ini punya pengaruh besar mendorong kedermawanan,” ucap Mu’ti.
“Sehingga banyak masalah, kemiskinan masih tinggi, pengangguran masih tinggi, tapi pada saat itu pula kedermawanan juga masih sangat tinggi,” pungkasnya. (afn)