Peran Mahasiswa dalam menghadapi Covid-19 dan Dampaknya terhadap Perekonomian di Sumatera Utara
Oleh : H.Ahmad Arif, S.E., M.M.
Dampak pandemi covid-19 ini telah menghambat dan merampas ruang gerak masyarakat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Dampak lainnya juga dirasakan Mahasiswa yang merujuk pada surat edaran Mendikbud
Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 pada satuan pendidikan, dan Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 yang mengharuskan mahasiswa melakukan kegiatan pembelajaran online dirumah.
Namun, apakah pembatasan sosial berskala besar ini membuat mahasiswa tidak dapat melakukan apa-apa?
Apakah mahasiswa hanya bisa berkutat dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen dan menyelesaikan
maraton film dan series di atas kasur?.
Sangat disayangkan, jika mahasiswa yang merupakan agen perubahan yang seharusnya lebih peka terhadap
masalah terkait dengan kehidupan sosial malah menutup mata apalagi apatis terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh pandemi ini. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa yang dapat berdampak
besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan sosialisasi terhadap
warga sekitar tempat tinggal.
Pandemi ini sudah terlalu lama ada, hingga banyak orang yang menganggap masalah pandemi ini adalah
masalah sepele. Maka dari itu sosialisasi tentang pentingnya memakai masker dan cuci tangan menggunakan
sabun sangat diperlukan untuk meningkatkan lagi kewaspadaan warga terhadap virus ini.
Informasi tentang covid yang terupdate juga penting karena banyak warga yang memandang covid sebagai
penyakit mematikan dan aib bagi penderitanya, hal tersebut harus diluruskan agar tidak menjadi stigma
negatif bagi masyarakat.
Mahasiswa dapat memanfaatkan media sosial untuk membuat gerakan bersama, baik satu angkatan maupun
seluruh Indonesia untuk mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan menjaga jarak kontak fisik atau
juga dapat untuk menggalang donasi yang untuk korban-korban pandemi secara online.
Hal lain yang bisa dilakukan mahasiswa di sosial media adalah dengan memfilter informasi yang tersebar di
kalangan warga sekitar atau dalam keluarga, melakukan cross check untuk mengkonfirmasi apakah informasi
yang didapat adalah dari sumber yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Dengan begitu mahasiswa dapat menyumbangkan ilmunya untuk masyarakat dan menjadi agen perubahan
yang peka terhadap masalah-masalah sosial yang timbul saat pandemi covid-19 ini.
Krisis ekonomi global akibat pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), membuat kondisi
perekonomian negara menjadi terganggu. Berangkat dari hal itu, Dengar Yang Muda mengadakan
Webinar episode 18 yang bertajuk “Krisis Ekonomi Karena Covid-19, Siapa Takut” dengan tagar I’am
the Agent of Change, pada Senin (26/10), melalui Youtube Dengar Yang Muda.
Acara tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemuda tidak hanya mencari solusi kreatif, namun juga
menjadi Agent of Change bagi bangsa agar keluar dari krisis ekonomi di masa pandemi Covid-19.
Founder Melek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Akbar Nikmatullah Dachlan
mengatakan, terdapat dua hal yang perlu dipersiapkan saat pandemi yaitu kemandirian dan perlu
inisiatif yang tinggi untuk melihat opportunity yang ada. Di masa pandemi anggaran bantuan sosial,
penyelamatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan lainnya itu lebih besar dari pada saat normal.
Hal tersebut dapat dijadikan peluang untuk generasi muda, agar selamat pada kondisi saat ini.
“Pada proses resesi ini, justru yang dapat kita manfaatkan adalah program yang disalurkan oleh
pemerintah, karena konsumsi masyarakat, ekspor dan impor menurun maka yang dapat diandalkan
adalah government standing atau APBN,” ucapnya.
Ia melanjutkan, pada program dana desa, arah kebijakannya lebih kepada bagaimana masyarakat
diberdayakan. Di satu sisi pemerintah inisiatif untuk mensosialisasikan dan di sisi lain masyarakat harus
pandai untuk menjemput program yang telah disediakan pemerintah. Hal tersebut menjadi tantangan
pemerintah pusat untuk memberikan edukasi pada pemerintah daerah, bagaimana dapat mengatur
dana desa sehingga dapat efektif dikelola.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), jurusan Ekonomi Pembangunan (EP), semester lima,
Nabila Nurhidayah mengungkapkan, krisis ekonomi saat ini mahasiswa sebagai agent of change tentu
harus dapat menganalisis dan mempelajari perubahan yang terjadi dalam segala aspek baik ekonomi,
sosial dan lainnya.
“Perubahan yang terjadi saat ini juga mengharuskan kita untuk tetap inovatif dan kreatif dalam
memanfaatkan peluang, agar tidak semakin terpuruk dalam keadaan krisis. Jika kita tidak peduli dan
tidak dapat menangani itu dengan baik, maka dikhawatirkan pada masa yang akan datang akan
terulang kesalahan yang sama sehingga ekonomi akan terus mengalami penurunan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, peran perguruan tinggi dan mahasiswa dalam upaya pemulihan ekonomi, yakni
bertindak sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan teori dan ilmu yang dimiliki,
seperti meningkatkan daya beli atau laju ekonomi terutama pada UMKM di sekitar yang sedang lesu.
Respon yang terjadi di masyarakat yakni mengurangi belanja akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dan lainnya, sehingga mereka harus cermat dalam mengelola keuangan.
“Disamping itu, adanya kebijakan social distancing dan Work From Home (WFH) sebagian besar
masyarakat memanfaatkan keadaan tersebut untuk berkreasi dan berinovasi dengan membuka usaha
kecil, yang akhirnya dapat membantu pemulihan ekonomi walaupun belum secara total,” tutupnya