bandungmu • Nov 11 2023 • 57 Dilihat
BANDUNGMU.COM — Pentingnya menjaga aib dan perasaan orang lain tercermin dalam sebuah cerita yang menggambarkan kisah dari masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Meskipun cerita ini mungkin terdengar sederhana, ia mengandung pelajaran yang mendalam dan relevan untuk kita terapkan dalam konteks kehidupan modern.
Cerita tersebut bermula ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya berkumpul untuk makan bersama.
Tiba-tiba, salah seorang sahabat mengalami momen yang mungkin memalukan: melepaskan gas alias kentut.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya adalah contoh nyata tentang etika dalam bertindak dan sikap menghormati orang lain.
Tidak ada satu pun sahabat yang merendahkan atau mencela sahabat yang mengalami momen tak nyaman tersebut.
Mereka memilih untuk menghormati privasi dan kenyamanan sahabat tersebut yang merupakan tindakan mulia dalam hubungan sosial.
Tidak ada yang melemparkan komentar atau membuat lelucon yang dapat memalukan sahabat tersebut.
Tidak lama setelah menyantap kudapan daging unta, azan Magrib pun berkumandang. Waktu salat telah tiba.
Rasulullah SAW menyarankan agar mereka yang makan daging unta berwudu sebelum melaksanakan salat Magrib.
Rasulullah SAW pun bersabda, “Siapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Perintah Rasulullah SAW agar mereka yang makan daging unta berwudu bukanlah berarti bahwa memakan daging unta secara otomatis membatalkan wudhu.
Namun, ini adalah contoh bagaimana Rasulullah SAW bertindak dengan bijaksana dan penuh perasaan terhadap perasaan sahabat yang sebelumnya melepaskan gas.
Rasulullah SAW ingin memastikan bahwa sahabat tersebut tidak merasa malu atau terpapar dalam situasi tersebut.
Selain itu, Rasulullah SAW juga pernah memberikan nasihat tentang menghormati dan tidak perlu merendahkan orang lain.
Bahkan dalam situasi yang bisa dianggap lucu atau memalukan.
Nabi SAW pernah bertanya kepada para sahabat mengapa mereka tertawa ketika mendengar kentut, padahal mereka juga mengalami hal serupa. “Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW di atas mencerminkan perubahan budaya sosial dari masa jahiliyah ke masa Islam.
Dalam budaya Arab pra-Islam, peristiwa memalukan seperti buang gas dianggap sebagai insiden yang perlu dirayakan dengan perundungan dan gelak tawa.
Namun, setelah menerima ajaran Islam, mereka belajar untuk lebih bijaksana dan menghormati satu sama lain.
Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan:
“Dulu mereka (para sahabat) di masa jahiliyah, apabila ada salah satu peserta majelis yang kentut, mereka pada tertawa. Kemudian beliau (Rasulullah SAW) melarang hal itu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 9/189).
Pesan dari kisah ini sangat relevan dalam kehidupan saat ini. Ini mengajarkan semua orang untuk selalu berperilaku sopan, menghormati privasi, dan kenyamanan orang lain.
Mengajarkan juga bagaimana menjaga kebersihan dalam ibadah, dan tidak merendahkan orang lain, bahkan dalam situasi yang mungkin memalukan atau lucu.
Etika adalah hal yang tidak ternilai dalam membentuk hubungan sosial yang sehat dan bermakna dalam masyarakat.***
sumber berita ini dari bandungmu.com
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.