BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengajak warga Muhammadiyah untuk merefleksikan dan refreshing atas perjalanan panjang yang sudah ditempuh.
Mu’ti menjelaskan, refleksi sekurang-kurangnya dapat dimaknai dalam tiga hal. Pertama, muhasabah atau melihat ke dalam diri sendiri. Kedua, muzakarah atau mengingat kembali yang sudah dilakukan. Ketiga, munadarah atau mengkaji melihat jauh ke depan atas apa yang akan dilakukan.
“Tiga proses itu menurut saya bagian penting dari makna kita menyelenggarakan milad pada hari ini,” tutur Mu’ti saat menyampaikan tausiyah tablig akbar dalam rangka milad satu abad RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan ke-14 tahun Gamping,
Berkaca dari sejarah awal pendirian PKU, Mu’ti mengatakan bahwa kelahiran PKU merupakan bagian dari perintah Al-Quran. Sebagaimana Ketua Bahagian PKU Kiai Syudja mengatakan bahwa di Al-Quran ada perintah untuk menolong orang lain yang kesusahan, tetapi umat Islam enggan atau tidak mengamalkannya.
Selain itu, Kiai Syudja juga membandingkan dengan gerakan amal yang sudah dilakukan oleh kelompok agama lain yang sudah memiliki rumah sakit, panti asuhan, dan rumah miskin. “Saya rasa ini menjadi spirit bahwa ketika Muhammadiyah mendirikan amal usaha itu spirit yang pertama adalah spirit Al-Quran,” ungkap Mu’ti.
Hal itu menunjukkan bahwa Al-Quran di tangan tokoh dan pendiri Muhammadiyah bukan hanya menjadi wahyu ilahi dan sebagai alat mendapat ketenangan spiritual, melainkan menjadi inspirasi bagi umat Islam dan khususnya Muhammadiyah untuk mencapai kemajuan.
Al-Quran menjadi inspirasi yang pada 1923 Muhammadiyah berhasil mendirikan rumah sakit pertamanya yang kini disebut RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
“Menurut saya disebut amal itu karena memiliki dimensi ubudiya atau yang kita laksanakan itu tidak sekedar mencari profit, tidak sekedar kita bekerja, tetapi sesungguhnya kita beramal. Dinamai usaha itu awalnya merupakan bagian dari ikhtiar, tapi dalam perkembangannya menjadi sisi pembeda karena amal usaha dikelola dengan prinsip profesional,” tandas Mu’ti.
Guru Besar Bidang Pendidikan Agama Islam ini menegaskan bahwa pelayanan AUM merupakan gerakan yang berorientasi non-profit. Namun, pelaksanaannya dimaknai sebagai bagian dari amal dan amal tersebut merupakan aktualisasi dari keimanan.
Sisi lain yang menarik dari pelayanan yang diberikan oleh AUM adalah inklusif. Yakni meski milik Muhammadiyah, tetapi pelayanan rumah sakit, sekolah, dan lain sebagainya diperuntukkan bagi semua tanpa terkecuali.***
No comments yet.