Oleh: Ace Somantri, Wakil Ketua PWM Jawa Barat
BANDUNGMU.COM – Saat ini, Muhammadiyah memasuki usia ke-114 tahun Hijriah setelah didirikan berdiri oleh KH Ahmad Dahlan di komplek santri Kauman Yogjakarta.
Kiprah nyata sudah terasa sebelum berdiri. Warga Nusantara kala di bawah kekuasan Hindia Belanda menjadi saksi sejarah akan keberadaan gagasan dan eksistensi Kiai Dahlan di masyarakat.
Ia adalah merupakan seorang mujahid yang peka dan peduli pada warga pribumi. Tetesan air mata mengalir tanda iba pada mereka yang ditindas.
Akhirnya, Kiai Dahlan tergerak untuk melangkah, membangun gerakan pembaruan, dan membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan.
Teologi Al-Ma’un sebagai spirit pembaruan digelorakan. Ia menancap semangat dalam jiwa. Ia mampu membakar gairah jihad untuk hijrah dari penjajahan kepada kemerdekaan yang membebaskan.
Algoritma dari ayat-ayat Ilahiyah menjadi rumusan dalam membuat sistem aplikasi gerakan pembebasan.
Muhammadiyah berdiri sebelum Indonesia lahir dan diakui atau tidak bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi berkelas internasional.
Gerakan dan kiprahnya dapat menembus ke pelosok Nusantara yang mencakup negara-negara ASEAN dan negara tetangga lainnya.
Sekaligus sudah melahirkan banyak tokoh internasional. Selain tentu Kiai Dahlan sendiri yang saat itu sebagai tokoh muslim mewakili daratan Asia Tenggara dalam kancah dunia.
Selanjutnya sebut saja ada Buya Hamka yang sangat digandrungi masyarakat Melayu seperti di Malaysia dan Brunei Darusalam.
Berikutnya ada Dien Syamsudin yang tidak diragukan lagi ketokohannya.
Hal itu terbukti dari banyak diberi kesempatan oleh organisasi dunia untuk memberikan sumbang saran, ide, dan gagasan dalam kerukunan umat beragama dan perdamaian dunia.
Peran aktif Muhammadiyah bak sinar matahari yang tidak pernah padam. Ia terus mencerahkan alam semesta dalam kegelapan bak cahaya bulan yang menerangi gelapnya malam.
Cahaya memancar dari gagasan sang pencerah, Kiai Dahlan, dari tangan dan pikirannya lahir generasi-generasi pemuja dan pemuji Ilahi Rabbi.
Hingga kini cahaya itu terus menerangi dan memberi jalan kebajikan bagi alam semesta serta isinya.
Muhammadiyah sudah kebal dengan rentetan isu-isu murahan dari pihak yang merasa terganggu keberadaanya.
Bahkan, mereka berusaha sekuat tenaga mempreteli kader-kadernya dengan berbagai cara.
Saking banyaknya kader, sekalipun ada kader terpeleset dan masuk kolam, berharap dapat menjadi ibrah dan rahmat saat disadari dan diperbaiki manakala melanggar kaidah berislam.
Dengan program nyata internasionalisasi, tahapan demi tahapan dilalui, selain selalu berkolaborasi dengan NGO luar negeri.
Tidak kalah penting dari itu, yakni masifikasi rantingisasi dan cabangisasi di berbagai negara di dunia. Walaupun saat ini baru tahapan menghimpun warga Muhammadiyah yang berada di luar negeri.
Namun, langkah selanjutnya yakni merekrut warga negara penduduk asli tempat cabang istimewa Muhammadiyah berdiri.
Fungsinya ke depan bukan hanya sebatas diplomat atau duta besar yang mewakili Muhammdiyah di Indonesia.
Namun, menjadi agen perintis lahirnya Muhammdiyah sebagai organisasi resmi yang dilindungi hak-hak dan kewajiban organisasi yang berlaku di negara bersangkutan.
Kita berharap hal itu tercapai dalam kurun waktu tertentu sehingga menjadi bagian agen dakwah Islam yang berkemajuan dengan wajah Islam penuh damai.
Sangat mungkin Muhammadiyah menjadi tempat berteduh warga negara tersebut saat membutuhkan pencerahan dan penerangan jalan keselamatan.
Muhammadiyah semakin hari semakin mewarnai. Bahkan, sangat mungkin di saat negara membutuhkan patriotisme, Muhammadiyah menjadi katalisator kemajuan bangsa.
Kenapa tidak Muhammadiyah segera menurunkan pasukannya untuk urun rembug menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Hal itu bukan hanya dilakukan saat-saat Indonesia menghadapi turbulensi politik yang bersifat sesaat dan pragmatis seperti sekarang.
Namun, Muhammadiyah sejatinya menjadi solusi atas turbulensi kehidupan lainnya yang berpengaruh pada sendi-sendi berbangsa dan bernegara.
Negara jangan canggung dan bingung, apa lagi malu-malu kucing seperti tidak kenal pada Muhammadiyah.
Harus diingat bahwa Muhammadiyah bagian entitas milik bangsa, negara, agama, dan umat manusia di mana pun Muhammadiyah berada.
Bahkan seharusnya bangsa Indonesia bangga akan kehadiran Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat saat negara tidak hadir.
Muhammadiyah hadir mewakili tanpa pamrih membersamai warga negara yang saat-saat tertentu membutuhkannya.
Hal itu sudah menjadi watak dan karakter Muhammadiyah di mana pun berada.
Termasuk Muhammadiyah selalu hadir di tengah-tengah warga Palestina yang setiap saat ada di bawah bayang-bayang indtimidasi, persekusi, dan bahkan ancaman pembunuhan.
Pilu dan sangat menyedihkan, jiwa dan raga umat muslim di Palestina tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Warga masyarakat Gaza hingga saat ini mengalami kehancuran peradaban. Kejahatan Zionis Yahudi telah melampiaskan kemarahannya atas alasan tindakan yang dilakukan militan Hamas.
Disinyalir hal tersebut hanya sebuah alasan untuk membumihanguskan Gaza untuk kepentingan perluasan kekuasan Zionis Israel.
Serangan Zionis terus membabi-buta ke Gaza tanpa belas kasih dan iba kepada warga sipil yang didominasi anak-anak dan wanita yang menjadi korbannya.
Bahkan secara kasatmata Zionis Israel tidak mengindahkan kaidah peperangan yang berlaku di dunia.
Oleh karena itu, sangat wajar, malah seharusnya, berbagai negara untuk sepakat dan mufakat memberikan sanksi keras terhadap pendudukan dan penjajahan Palestina oleh Zionis Israel.
Peristiwa Gaza, tidak ada kata selain kalimat “pray for Gaza”, untuk bebas dan merdeka secara terbuka hingga disepakati oleh seluruh negara di dunia tanpa kecuali.
Muhammadiyah, saat kondisi warga Gaza dikepung oleh tentara Zionis Yahudi, dengan kesigapannya, sudah mempersiapkan tim medis dan bantuan material lainnya hingga miliiaran rupiah.
Muhammadiyah tanpa menunggu perintah negara karena Muhammadiyah merupakan organisasi internasional yang menjalankan misi kemanusiaan di muka bumi tanpa membeda-bedakan ras, suku, bangsa, dan agama apa pun.
Selama untuk misi kemanusiaan, di mana pun, Muhammadiyah selalu hadir dengan tetap mengedepankan kaidah-kaidah yang berlaku di negara bersangkutan dan tata aturan yang berlaku di dunia Internasional.
Kegiatan itu semua sudah berjalan dengan baik. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, Muhammadiyah memiliki aset yang digunamanfaatkan oleh negara di luar Indonesia untuk kepentingan kemanusiaan.
Maka wajar dan tidak ada alasan bagi bangsa dan negara Indonesia tidak bangga akan kehadiran Muhammadiyah di Indonesia sebagai pusat peradaban manusia.
Tajdid kemanusiaan
Namun, penting juga bagi Muhammadiyah untuk membangun komunikasi bilateral antar NGO di dunia untuk mempelopori berbicara dalam meja bundar membahas perdamaian dunia atas nama kemanusiaan.
Saat ini, Muhammadiyah sudah saatnya menunjukkan tajdid kemanusian universal yang sudah ditanfizkan di Muktamar di Surakarta, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Pengejawantahan kemanusiaan bersifat universal, ini menjadi momentum Muhammmadiyah menggagas pertemuan warga dunia melalui berbagai NGO di berbagai negara.
Mereka merupakan entitas atau kelompok legal yang fokus dalam misi perdamaian dan kemanusiaan.
Langkah Muhammadiyah seperti itu, hemat saya, menjadi pemantik kebajikan negara-negara lain di dunia untuk urun rembung berpartisipasi bersama.
Bukan hanya bertemu, melainkan memikirkan nasib bangsa-bangsa di belahan dunia yang senantiasa dilanda pertikaian dan peperangan untuk dicarikan solusinya.
Kita sangat paham, pada umumnya bangsa-bangsa di dunia sangat egois, tidak peduli negara lain, apa pun yang terjadi.
Bahkan, menurut Bung CT, ke depan negara-negara di dunia semakin egois, jauh dari peka dan peduli pada negara di luar dirinya.
Nah, dalam kondisi inilah Muhammadiyah dituntut keras untuk menjadi pelopor dan mediator pemantik perdamaian dunia.
Bukan hanya ikut membantu misi kemanusiaan dari bangsa-bangsa di dunia. Namun, harus berupaya mencerahkan manusia untuk saling tolong menolong dan saling bantu dalam kebajikan.
Hal itu termaktub dalam algoritma ayat Ilahi yang sudah satu abad lebih. Ia menjadi platform aplikasi gerakan al-Ma’un sebagai babon rujukan gerakan sosial kemanusiaan universal.
Muhammadiyah bisa dan pasti bisa melakukan semua itu. Namun, harus dilandasi dengan niat dan spirit kemajuan dari Muhammadiyah untuk dunia internasional.
Muhammadiyah selalu siap sedia membantu warga dunia sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Wallahu’alam.***