BANDUNGMU.COM, Bandung – Kaprodi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Bandung Ririn Suharsih menyoroti pentingnya pemanfaatan big data untuk meningkatkan efektivitas filantropi saat mengisi program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat belum lama ini.
Dalam pemaparannya, Ririn menjelaskan bahwa big data, yang mencakup data dalam jumlah besar dan berasal dari berbagai sumber, dapat memberikan wawasan mendalam yang bermanfaat bagi organisasi filantropi dalam memahami kebutuhan masyarakat secara lebih akurat.
Menurut Ririn, data digital terus berkembang membentuk “datasphere global” yang diperkirakan akan mencapai 163 zettabyte pada 2025. Data ini mencakup segala sesuatu dari data di perangkat pribadi hingga data transaksi dan media sosial. ”Datasphere global ini dapat menjadi sumber informasi yang sangat berharga bagi organisasi filantropi untuk merancang program yang lebih relevan dan efektif,” ujar Ririn.
Pemanfaatan big data dalam filantropi memungkinkan organisasi untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai perilaku dan kebutuhan masyarakat. Dengan insight ini, organisasi dapat merancang program yang lebih sesuai dan meningkatkan akuntabilitas serta transparansi dalam pengelolaan dana. Ririn menekankan bahwa memahami dan memanfaatkan big data merupakan kunci untuk mengoptimalkan strategi filantropi di era digital.
Proses pengumpulan data menjadi langkah awal yang penting. Organisasi filantropi perlu mengidentifikasi sumber data relevan, seperti data internal, media sosial, survei, dan database publik. Setelah terkumpul, data tersebut perlu divalidasi untuk memastikan keakuratannya. ”Proses pengumpulan yang teliti merupakan landasan penting bagi analisis yang akurat,” tambah Ririn.
Setelah data terkumpul, analisis data menggunakan metode seperti machine learning dapat membantu organisasi mengelompokkan penerima manfaat. Misalnya, metode klastering K-Means dapat mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berbeda sesuai dengan kebutuhan spesifik sehingga organisasi dapat menyesuaikan program bantuan secara lebih tepat sasaran.
Selain segmentasi penerima manfaat, big data juga bermanfaat untuk memahami pola donasi dari para donatur. Dengan mengelompokkan donatur berdasarkan karakteristik tertentu, organisasi dapat mengembangkan strategi komunikasi dan pendekatan yang lebih personal. Ririn menekankan bahwa personalisasi pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas donatur.
Sebagai penutup, Ririn Suharsih menyampaikan bahwa masa depan filantropi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan organisasi dalam memanfaatkan data. ”Organisasi yang mampu beradaptasi dengan teknologi data akan memiliki keunggulan dalam menciptakan dampak sosial yang lebih besar,” tandas Ririn.***(FA)