
Dai Ulung Lahir dari Keadaan Berlubang; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Dai khusus harus orang militan: tahan banting, tidak kenal mengeluh, dan tidak kenal menyerah! Jangan bilang tempat saya Muhammadiyahnya minim. Sambatan itu tidak militan.
Demikian Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs Nur Cholis Huda MSi menegaskannya pada peserta Bimbingan Teknis Dai Komunitas Regional V di Hotel Horison Gresik, Ahad (28/8/22) siang. Dia menyampaikannya usai menyimak laporan dakwah komunitas dari masing-masing perwakilan regional.
Nur–sapaannya–juga menyatakan, “Dai khusus itu dai plus! Dai khusus memasuki daerah yang tidak biasa, maka dai khusus harus punya bekal khusus.”
Menurutnya, misi pencerahan mereka tetap tiga hal yaitu membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Meski lapangan yang dimasuki sangat luas, sambungnya, anggarannya terbatas. “Bahkan tidak ada anggaran khusus!” imbuh Nur.
Dai Ulung dan Keadaan Berlubang
Tak hanya ceramah, Nur juga menyampaikan pesannya lewat video motivasi. Maka, tampillah video menyentil bertuliskan, “Selamat datang para pemenang!”
“Seorang pemenang tidak pernah menyerah karena yang menyerah tidak pernah menang. Jatuh itu biasa. Bangkit itu luar biasa!”
“Awali dengan niat yang kuat dan benar. Tidak masalah berapa kali Anda terjatuh. Yang penting, berapa kali Anda bangkit setelah Anda terjatuh.”
“Not trial and error, but trial and learn! Sukses itu penting, tapi bersyukur jauh lebih sukses!”
“Pelaut ulung tidak lahir dari laut tenang. Maafkan masa lalumu. Tawakkalkan masa depanmu. Perindah hari esok dan ceriakan hari ini.”
Jangan katakan, “Wahai Allah, masalahku sangat besar!” Tapi katakan, “Wahai masalah, Allah itu Maha Besar!”
“Berbagai masalah itulah yang membuatmu tetap bertahan dan ber-Tuhan. Jika menyerah, berarti engkau lari dari kasih sayang Allah SWT.”
“Kesombongan adalah awal dari kehancuran. Rendah hati dan terus berbagi itulah yang membuat orang lain ikhlas dipimpin oleh Anda.”
Dari video itu, Nur menyampaikan hikmahnya. Menurutnya, dai khusus sama halnya dengan pelaut ulung. Mereka tidak lahir dari pelaut yang tenang, tapi lahir dari keadaan yang berlubang.
Kebaikan Sebenarnya
Dalam kesempatan itu, Nur juga menunjukkan video motivasi lainnya. Kali ini seorang perempuan muda yang mengizinkan pria tua menempati kursinya di kereta. Saat itu, penumpang lain bersikap tak peduli. Meski perjalanan berlangsung lima jam, dia tetap berbesar hati menyilakan pria itu duduk di kursinya.
Setelah kondektur datang mengecek karcis, barulah wanita itu tahu sang kakek sebenarnya memesan karcis tanpa tempat duduk. Sedangkan wanita muda itu yang memang memesan karcis dengan tempat duduk, meminta kondektur membiarkan sang kakek tertidur pulas di kursinya.
Karena kebaikan hatinya, kondektur mempersilakannya pindah tempat duduk di kursi gerbong depan yang masih kosong. Wanita itu setuju kemudian mengambil tongkatnya di bagasi atas. Dia berjalan melewati para penumpang lain hingga mereka terkejut ternyata wanita yang berdiri berjam-jam itu mengalami disabilitas.
Nur pun menyampaikan hikmahnya, “Kebaikan sebenarnya ketika kita mengorbankan sesuatu yang kita butuhkan untuk orang lain.”
Selain itu, Nur menyampaikan empat penyakit kerja yang biasa muncul. Pertama, kudis atau kurang disiplin. Kedua, kurap atau kurang rapi. Ketiga, kutil atau kurang teliti. Keempat, kuman atau kurang iman.
“Jika empat penyakit kerja itu muncul, maka tandanya komitmen lemah. Malas dan suka menunda adalah sumber
kegagalan!” imbuhnya. (*)