Oleh: Ace Somantri
BANDUNGMU.COM — Rutinitas akhir tahun sering mengalami, baik tahun Masehi maupun Hijriah. Hitungan waktu bukan karena tanggal, bulan, dan tahun dalam kalender. Begitu pun awal tahun yang mengganti posisi akhir tahun, rutinitas biasa yang sebenarnya tidak ada apa-apa saat setelah dialami selama ini.
Dirasa tidak ada bedanya dengan sebelum-sebelumnya hingga waktu yang datang. Namun, entah dari mana asal mulanya realitas dan fakta setiap akhir dan awal tahun terlihat kasatmata banyak orang sangat antusias menyambutnya bak hari atau waktu yang istimewa.
Sependek yang diketahui, hal paling yang dianggap menjadi pemantik bahwa saat akhir dan awal tahun menjadi hari atau waktu yang istimewa bagi umat selain Islam meyakini sebagai hari istimewa yang ada kaitannya dengan religiusitas keyakinannya.
Hanya, sangat disayangkan bagi umat Islam sebagian besar banyak yang merayakan bak hari raya besar dalam Islam. Padahal, sama sekali tidak ada kaitannya. Sikap yang ditunjukan malah justru memperlihatkan kegiatan yang melanggar etika dan moral sehingga tidak sedikit mendekati keyakinananya dan bergeser kepada sikap kekufuran.
Akhir dan awal tahun sesuatu yang biasa, hari libur dalam kalender, sebagai bentuk penghargaan negara pada salah satu umat yang meyakini hari tersebut sebagai hari raya yang waktu dalam tanggal beriringan tidak jauh dengan hari Natal.
Bagi kita sebagai umat muslim sebaiknya menyikapi hal tersebut tidak berlebihan. Fakta terlihat kadang-kadang sikap yang diperlihatkan banyak yang melebihi orang-orang yang memiliki hubungan dengan keyakinan beragama.
Apakah memang benar tidak mengetahui seluk-beluk dan makna di balik akhir dan awal tahun Masehi yang dirayakan dengan kegiatan pesta-pesta yang tidak ada guna sama sekali?
Atau memang sengaja menunjukkan sikap kebahagiaan tanpa tujuan yang mengikat pada keyakinan diri?
Padahal, Islam mengajarkan setiap perbuatan yang dilakukan harus ada sandaran ajarannya, minimal ada nilai manfaatnya. Sia-sia hari libur hanya digunakan menghabiskan waktu.
Bahkan, menghabiskan uang untuk sekedar pesta dan foya-foya yang tidak ada tujuan dan guna yang bermanfaat jangka pendek ataupun jangka panjang. Apalagi sengaja menghambur-hamburkan uang untuk berpesta pora dalam kegiatan yang melanggar ajaran agama yang membawa sikap dan perbuatan kufur nikmat.
Akhir dan awal tahun haus disikapi dengan rasa syukur sebagai bagian dari kenikmatan yang diberikan Sang Pencipta bahwa pergantian atau berakhirnya tahun kapan pun terjadi sebuah hal biasa.
Itu merupakan pergeseran waktu dan masa. Ruang dan waktu yang terlewati tidak akan pernah akan kembali lagi.
Termasuk yang paling penting dipahami bahwa pergeseran waktu dalam kalender harus dijadikan sebagai time table kegiatan hidup dan kehidupuan di alam nyata. Hal itu sebenarnya adanya kalender tahunan dibuat oleh para ahli astromi dan ilmuwan saintis dan ilmu falak dalam pemikiran keislaman.
Kalender tahunan tidak dijadikan sebagai hiasan yang terpampang dalam tembok dan meja kerja. Namun, media dan instrumen pengingat diri setiap saat dalam putaran waktu satu hari satu malam.
Apalagi bagi umat Islam, kalender, tanggal, bulan, dan tahun ada banyak waktu dalam masa sangat erat hubungannya dengan kewajiban diri menghamba pada Ilahi sebagai diri pribadi, dan juga tanggung jawab sebagai khalifah fil ardl.
Pergeseran waktu mulai dari detik dalam jam, memutar dalam satu putaran waktu selama 60 detik menjadi satu menit. Begitu pun putaran menit dalam satu putaran selama 60 menit menjadi satu jam benar-benar menjadi pengingat diri tanpa henti.
Butuh kesadaran diri tingkat tinggi bahwa waktu dalam masa tidak ada ujung. Dia merupakan masa yang terbentang panjang hingga berabad-abad yang telah menyimpan rangkaian sejarah manusia dan makhluk lain mengalami masanya.
Cerita dalam kisah nyata, banyak ajaran dan ibrah yang menelan masa bagi siapa pun yang mengalaminya. Putaran roda waktu tidak pernah berhenti, kecuali para penghuni waktu setiap dalam rentang masa yang dibatasi ruang hidup. Waktu tidak mati, apalagi masa tidak akan berakhir selama Sang Pencipta menghendaki.
Kisah nyata manusia-manusia masa lalu yang tidak lama mengisi dunia karena dibatasi jatah usia. Pemilik alam semesta sebagai pemilik hak veto setiap deretan makhluk-Nya dalam menikmati waktu dalam rentang masa pada ruang dan waktu.
Manusia tidak memiliki hak mengatur waktu. Manusialah yang sebenarnya harus mengatur diri saat di mana dan kapan kewajiban dilakukan. Waktu tanpa diatur tetap saja tidak ada perubahan dari masa ke masa. Ia tidak akan mengubah dirinya, tetapi manusia sendiri yang harus mengubah aktivitasnya sesuai dengan kebutuhan hidup.
Rutinitas akhir dan pergantian tahun sebagai pengingat kalender hidup di dunia. Setiap detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun semata-mata untuk memberi pelajaran kepada manusia bahwa hidupharus diatur dengan penataan waktu yang tersedia.
Waktu dalam masa itu tidak mundur, tetapi maju sesuai dengan putarannya secara astronomis. Konsekuensi logika yang dibangun dalam nalar intelektual mengajarkan manusia bahwa saat ketika menjalani hidup, manusia harus berpikir maju dan berkemajuan.
Indikator dan kriteria maju dalam berpikir, ide dan gagasannya kreatif dan inovatif dalam ruang dan waktu yang berbeda. Sekalipun sama waktu dalam masa yang ada, nilai kualitas kondisi dan situasi yang diciptakan sehingga membedakan apakah ide dan gagasan itu tergolong kreatif dan inovatif.
Sangat berbeda kreativitas seseorang dari ide dan gagasannya saat berada dalam kumpulan sekelompok orang-orang terdidik dan terpelajar yang memiliki intelektual di atas rata-rata.
Kalender penanggalan sangat familiar di lingkungan masyarakat luas. Sejak sekolah usia dini dan sekolah dasar, aktivitas belajar diatur dan ditata sesuai dengan waktu kalender yang tersusun yang kemudian disebut istilah kalender pendidikan. Isinya mengatur kegiatan pembelajaran dan ujian-ujian dari hari ke hari, pekan ke pekan, bulan ke bulan, dalam satu tahun.
Begitu pun kita sebaiknya memiliki aturan waktu kegiatan sebagai kalender hidup sehari-hari, bahkan tahapan target-taget capaian visi dan misi hidup. Saat masih kecil, belum sadar, bahkan memang tidak disadarkan secara langsung oleh orang tua dan guru di sekolah akan pentingnya kalender akatiVitas hidup.
Mereka fokus pada kalender sekolah, kapan masuk belajar dan tidak masuk karena libur serta kapan jadwal masing-masing mata pelajaran. Sementara itu, jadwal target capaian hidup dari masa ke masa hidupnya, dari sekian banyak orang tua, dapat dikatakan sangat minim.
Tidak ada pembimbingan dan motivasi untuk menata diri mengatur kegiatan secara tertata hingga rangkaian tersusun baik tahapan tercapainya cita-cita yang akan diraih ada “road map” yang dijadikan acuan kegiatan hidup.
Manusia dalam hidupnya mengalami fase perkembangan, baik pertumbuhan biologis dan perkembangan psikilogis. Hampir dipastikan semua orang tua terhadap anak-anak yang dilahirkan senantiasa selalu ada kata dan kalimat yang familiar, “Nak, nanti kamu harus jadi dokter, guru, suster, pilot, dan sebagainya.”
Dan pada saat tertentu orang tua melontarkan pertanyaan pada anaknya, “Nak, apa cita-citamu kelak?”
Begitu pengalaman yang dialami setiap orang saat sejak kecil hingga remaja. Setelah dewasa anak-anaknya memilih profesi sesuai dengan minat bakat. Pemintaan dan pertanyaan di atas, sudah menjadi tradisi dan hal yang lumrah bagi orang tua kepada anaknya.
Hanya disayangkan, permintaan dan pertanyaan di atas tidak disertakan dengan memberikan arahan kepada anak-anaknya bagaimana membuat kalender waktu untuk dirinya agar mendekati tercapainya cita-cita dan harapan yang diinginkan.
Sekalipun tidak tepat tahapan yang dicapai dalam kalender hidup, minimal setiap saat evaluasi diri dapat disadari bahwa kesalahan bukan diakibatkan oleh orang lain.
Akhir dan tahun baru tidak lagi sesuatu yang luar biasa. Apalagi menjadi hal yang sakral sehingga tidak boleh absen untuk dirayakan dengan pesta yang tak ada guna.
Justru di awal akhir tahun merenung mengevaluasi diri untuk mengetahui waktu-waktu tertentu yang sudah direncanakan dalam kalender hidup yang tidak terpenuhi.
Selanjutnya menata ulang kembali kalender hidup untuk lebih efektif dalam proses hingga menghasilkan situasi masa yang produktif.
Kelemahan demi kelemahan dan kesalahan pada masa yang terlewati untuk tidak kembali terulang hingga menghambat target capaian yang dicita-citakan.
Hitungan detik dalam jam sering terlewati begitu saja tanpa disadari. Apalagi tanpa diingatkan putaran detik waktu jam entah bagaimana jadinya hidup manusia.
Sangat penting bagi siapa pun yang sadar, mengatur kalender hidup harus menjadi kebutuhan dan tradisi yang dibudayakan.
Ketercapaian hasil bergantung pada sejauh mana perencanaan waktu dalam masa dipetakan berdasarkan perkembangan zaman dari masa ke masa yang disesuaikan dengan dinamika sosial kemasyarakatan hari ini dan tuntutan perkembangan esok yang akan datang.
Al-Quran sangat jelas memberi inspirasi dan informasi pengetahuan banyak menjelaskan masa lalu dan masa yang akan datang hingga menggambarkan kehidupan setelah kematian dari dunia. Wallahu’alam.***