Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Harokatul Amal dan Minimnya Keteladanan di Muhammadiyah

    Oct 18 202232 Dilihat

    Oleh : Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

    BANDUNGMU.COM — Gerak langkah persyarikatan Muhammadiyah kian hari semakin penuh tantangan.

    Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan atau apa yang dicita-citakan para founding fathers masih jauh dari yang diharapkan.

    Sejak beralih estafeta kepemimpinan dari KH Ahmad Dahlan diteruskan oleh generasi penerusnya pasang surut pun menjadi bagian dinamika organisasi persyarikatan.

    Dengan luasnya wilayah Indonesia, untuk menjangkau ke seluruh pelosok negeri membutuhkan energi extra.

    Kalau boleh memuji diri pada organisasi, memang gerakan dakwah amar maruf nahyi munkar berjalan baik dari pada yang lain.

    Harokah Al Amal Muhammadiyah

    Namun, harus disadari bahwa titik tolak bukan hanya pada penyampaian lisan, melainkan diikuti oleh harokatul amal yang tercermin dalam sebuah karya dan cipta.

    Harokah al amal harus ditunjukkan sebagai tanggung jawab intelektual dan moral seorang aktivis persyarikatan.

    Hanya sayang sekali, dalam keseharian menjalanan roda persyarikatan kadang selalu saling mengandalkan satu dengan yang lainnya.

    Akibatnya, tidak ada langkah pasti dan eksekusi. Walaupun berharap ada wujud nyata dari ide dan gagasan yang disampaikan harus dijalankan sendiri.

    Dalam istilah orang Sunda, untuk menggambarkan hal demikian sering disebut pok, prek, prak.

    Dengan ungkapan lain, segala sesuatu harus dijalankan sendiri, bahkan seluruh kebutuhan material penuhi oleh dirinya sendiri.

    Perbuatan tersebut, dalam sebuah organisasi, apa pun alasannya adalah sesuatu yang salah! Masalahnya, jika tidak melakukan hal itu produktivitas organisasi kian menurun.

    Sekali lagi, harokah al amal menjadi trademark gerakan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.

    Pertanyaannya, sejauh mana efek dan vibrasi harokah al amal itu selama ini? Apakah ia semata hanya slogan, tapi tak tampak dalam karya?

    Sementara kita hanya sebagai penikmat karya dan berkeliling ke sana ke mari memberi petuah kata, bukan petuah amal dan karya.

    Muhammadiyah eksis hingga akan besar jika semua urun rembug dan guyub membuat rumusan sederhana, tetapi langsung eksekusi dengan langkah pasti.

    Satu abad lebih Muhammadiyah lahir, harapan besar dari seluruh pelosok negeri sudah tidak ada yang terlewat sama sekali hingga pulau terluar Indonesia.

    Pun sama, seharusnya dengan usia satu abad lebih baiknya sudah mencengkeram semua lini dan sektor kehidupan manusia Indonesia dan dunia.

    Juga mampu melakukan penetrasi harokah al amal bagi negara dan bangsa di mana Muhammadiyah hadir menancap bendera di sana.

    Ketidakpastian jumlah warga Muhammadiyah

    Lalu, bila ditanya berapa jumlah objektif anggota persyarikatan Muhammadiyah atau warga yang berafiliasi dengan Muhammadiyah?

    Sepertinya sulit untuk mengatakan melebihi 10 persen dari populasi penduduk NKRI. Contoh Jawa Barat dengan jumlah penduduk kurang lebih 45 juta jiwa.

    Saya meyakini  warga Muhammadiyah jauh dari 10 persen dari total populasi penduduk di provinsi tersebut.

    Ketika dalam kajian Muktamar di IBM Bekasi, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bertanya terkait jumlah warga Muhammadiyah di Jawa Barat.

    Sayangnya, tidak ada satupun yang menjawab jumlah yang pasti. Artinya, di situ menjadi catatan kita semua, bahwa masih banyak kelemahan dalam harokah al amal.

    Sebagai organisasi Islam modernis, Muhammadiyah sudah sepatutnya menjadi teladan, baik dalam gerakan amal, intelektual, maupun moral.

    Bila misalnya dalam forum pengajian maupun kajian Muhammadiyah jamaahnya mulai sepi, itu pertanda ada yang hilang dari keteladanan.

    Itu adalah tanda atau peringatan keras bagi persyarikatan bahwa pasti ada yang hilang di mata jamaah. Apa itu?

    Selain tidak menarik cara dan metode, sangat mungkin keteladanan para pimpinan dan warga persyarikatan tidak terlihat baik, bahkan banyak mengecewakan jamaah.

    Auto kritik dan evaluasi tidak boleh berhenti, hal itu wajib kala harokah al amal tidak ada efek baik bagi diri kita dan orang lain. Wallahu alam ***

     

    Bandung, Oktober 2022



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Kampus UMG

    Urun Rembug Pilrek UMG Periode 2025-2029

    by Jan 31 2025

    Secara resmi panitia pemilihan rektor (Pilrek) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG)  telah mensosi...

    Me-Muhammadiyahkan AUM secara Kaffah

    by Dec 30 2024

    Oleh: M. Islahuddin* Diakui atau tidak, bagi yang saat ini bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM),...

    Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren N...

    by Nov 22 2024

    Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan b...

    Indonesia Berkemakmuran, Kemakmuran untu...

    by Nov 19 2024

    Menyongsong Milad ke-112 tahun ini, Muhammadiyah mengambil tajuk “Menghadirkan Kemakmuran untuk Se...

    Inilah 9 Rekomendasi Simposium Beda Seta...

    by Nov 16 2024

    IBTimes.ID – Simposium Best atau Beda Setara telah selesai digelar. Acara ini berlangsung selama d...

    Keberagaman Bukan Hanya Soal Kerukunan, ...

    by Nov 13 2024

    IBTimes.ID, Yogyakarta – Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad,...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top