Inilah Dua Energi yang Menjadikan Muhammadiyah Kokoh Berdiri Sampai Saat Ini

banner 468x60

BANDUNGMU.COM — Kesuksesan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Surakarta beserta Muktamar Nasyiatul Aisyiyah di Bandung baru-baru ini menuai banyak pujian dari banyak pihak. Persyarikatan Muhammadiyah disebut telah memberikan contoh keteladanan.

Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, kesuksesan Muktamar berasal dari energi yang dimiliki Muhammadiyah, yaitu energi yang bersifat ruhaniah dan metafisik. Energi itu kata Haedar adalah nilai tauhid yang termanifestasi dalam alam pikiran dan amaliyah warganya.

“Jadi, bukan dalam pandangan-pandangan tauhid yang bersifat pemurnian semata, tapi ada dinamisasi transformasi. Al-Maun misalnya adalah contoh paling nyata dimensi tauhid yang memunculkan gerakan dan seluruh amal usaha,” jelasnya dalam iftitah Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, Jumat (09/12/2022).

Dimensi tauhid kata Haedar telah dijadikan sebagai energi kolektif Muhammadiyah dalam beramal saleh sejak masa awal. Dimensi ini juga memiliki distingsi yang membedakan Muhammadiyah dengan kelompok Islam lainnya.

“Di Muhammadiyah, tauhid itu tidak dibiarkan menjadi pandangan-pandangan metafisik yang dogmatik, tapi dipancarkan sehingga melahirkan manifestasi dan dorongan bagi kita. Dengan tauhid itu melahirkan pergerakan kita yang mau berbuat dengan keikhlasan. Jadi, tauhid ditampilkan dalam bentuk ikhlas dan ikhlas itu tidak dibicarakan di Muhammadiyah, tapi dipraktekkan dalam hidup dan itu bisa jadi jargon, hingga state of mind,” ujar Haedar.

Penampakan dari dimensi tauhid itu, lanjut Haedar, dapat dilihat pada energi keikhlasan yang ada dalam penyelenggaraan Muktamar.

“Ketika mau Muktamar, semua punya energi ikhlas bahwa kita ini tidak mengejar jabatan. Sehingga muncul adagium jangan cari jabatan di Muhammadiyah, tapi ketika mendapat harus ditunaikan dengan amanah,” imbuhnya.

Bahkan, amanah bukan patokan untuk beramal saleh. Kata Haedar, banyak warga Persyarikatan yang tidak memiliki jabatan, tetapi khidmatnya untuk Muhammadiyah sangat luar biasa.

“Itulah energi ruhaniah yang hidup dan sifatnya punya kekuatan abadi dan sunatullah yang kokoh dan tidak bisa terkalahkan oleh apa pun. Inilah yang jadi kekuatan Muhammadiyah,” kata Haedar.

“Dengan energi itu maka orang Muhammadiyah punya jiwa tulus yang itu teruji di kala titik-titik kritis seperti kecewa, tidak dihargai, tidak berjabatan, di situlah ujian ikhlas. Tapi itu yang hidup dan jadi kekuatan Muhammadiyah,” tambahnya.

“Maka ketika (energi dan dimensi tauhid) itu luruh, terkontaminasi oleh kepentingan-kepentingan jangka pendek dan inderawi, maka yang muncul adalah pragmatisme. Maka ketika kita ingin energi baru, kekuatan energi ruhani (tauhid dan ikhlas) ini harus tetap hidup,” tandas Haedar.***

___

Sumber: muhammadiyah.or.id

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author