BANDUNGMU.COM, Yogyakarta – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Ikhwan Ahada mengatakan tahun baru Hijriah 1445 menjadi momentum yang amat berharga bagi tonggak perjalanan umat Islam.
Menurut Ikhwan Ahada, di dalamnya terkandung tiga dimensi keterlibatan hijrah: spiritual, psikologis, dan fisik.
1. Dimensi spiritual
Hijrah adalah manifestasi ketundukan seseorang kepada Ilahi yang erat kaitannya dengan perintah Allah SWT dan contoh Rasulullaah SAW.
Allah mengungkapkanya sebanyak 31 kali dalam Al-Quran, termasuk derivatnya. Kata hijrah mengandung makna positif dan perilaku hijrah menandakan laku seseorang menuju kepada kebaikan dan ridha Allah.
Perihal hijrah ini, Allah SWT berfirman:
.. فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَآءَ حَتّٰى يُهَا جِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ
“Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman-(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah.” (QS An-Nisa [4]: 89)
Perintah dalam ayat di atas, menuntut ketaatan kita sebagai hamba-Nya. Begitu pula dalam ayat-ayat lain dengan makna yang bervariasi.
2. Dimensi Psikologis
Seseorang yang berhijrah, berarti orang tersebut telah melibatkan kesiapan psikologis yang matang, seperti keberanian mengambil resiko atas keputusan hijrahnya.
Tidak hanya itu, termasuk juga kepercayaan diri atas keyakinannya sehingga mampu mengorbankan kesenangan sesaat untuk tujuan yang mulia.
Berpisah dan meninggalkan kondisi awal dan mapan, baik secara finansial dan sosiologis, bisa jadi sangat berat secara kejiwaan bagi seseorang.
Bagi orang yang tidak siap dan tidak memiliki tekad hijrah yang kuat, pastilah orang tersebut enggan untuk berhijrah. Dengan demikian, orang yang telah berazam dan melaksanakan hijrah, tidak lagi diragukan kesiapan dan kematangan psikologisnya.
3. Dimensi fisik
Rasulullaah SAW dan para sahabatnya berpindah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah) yang jaraknya kurang lebih 281 mile.
Jarak tersebut setara dengan 450 KM. Bukan jarak yang dekat saat peristiwa hijrah tersebut terjadi.
Jangankan kendaraan bermesin, kendaraan yang ada saat itu belum tentu bisa digunakan, lantaran perjalanan Rasulullah SAW dan para sahabat di bawah bayang-bayang ketat dan petugas intel dari kaum kafir Quraisy.
Demikian juga saat ini, pengorbanan fisik dan bahkan materi sering terjadi manakala mereka hendak menuju dunia baru dalam hidupnya.
Bisa jadi bukan soal jarak tempuh saja, melainkan kelelahan dan kepenatan fisik, dalam menghadapi tekanan dan resiko jasmani, sering dijumpai bagi mereka yang sedang berproses menuju perubahan hidup lebih baik.
Ketiga aspek di atas tidak terpisahkan ketika seseorang hendak menjadikan kehidupan masa depannya lebih baik.
Dalam hadis riwayat Umar bin Khattab RA disebutkan bahwa Rasulullaah SAW bersabda:
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Amal itu bergantung pada niatnya dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR Bukhari, Muslim, dan empat imam ahli hadis).
“Hadis di atas berbicara tentang niat dan kegiatan hijrah menjadi contoh terapan niat yang nyata sehingga niat seseorang merupakan landasan ideologis dalam menggapai tujuan akhir,” ungkap Ikhwan Ahada.
Karena untuk melaksanakan hijrah perlu pengorbanan fisik material, kesiapan mental psikologis, dan kekuatan iman yang mantap.
Ketiganya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketaatan, kesiapan, dan harapan membutuhan pengorbanan, baik materiil maupun non materiil untuk kita bisa berhijrah sesuai dengan landasan tahun baru Hijriah.
Tahun baru Hijriah yang bertepatan pada 19 Juli 2023 Masehi ini membawa harapan besar bagi umat Islam. Oleh karena itu, Ikhwan Ahada berharap tahun baru hijriyah 1445 Hijriah ini dapat dimaknai untuk bersama meraih rida Allah SWT.
“Mudah-mudahan ketaatan dan kesiapan kita secara psikologis dan sekaligus kesiapan kita dalam berkorban secara fisik dan materiil menjadikan perjuangan menjadi mudah dan yang terpenting mendapatkan rida Allah SWT,” tutur Ikhwan.***