Inilah Tiga Etos Dasar Muhammadiyah dan Warganya | PWMU.CO

banner 468x60
Prof Haedar Nashir saat di Universitas Muhammadiyah Gresik. Inilah Tiga Etos Dasar Muhammadiyah dan Warganya. (Tangkapan layar YouTube UMG/Sayyidah Nuriyah)

Inilah Tiga Etos Dasar Muhammadiyah dan Warganya; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Aries Kurniawan dan Sayyidah Nuriyah

PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi menyatakan, dalam diri Muhammadiyah dan orang-orang Muhammadiyah ada sesuatu berharga yang dalam referensi keilmuan disebut etos. 

Prof Haedar—sapaannya—lantas menerangkan makna etos. “Maknanya, pandangan hidup bersifat khas yang dimiliki bangsa, kelompok, masyarakat, bahkan orang; yang dengan etos itu punya kelebihan dibanding dengan yang lain,” terangnya pada pengajian Penguatan Kemuhammadiyahan di lantai 8 Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). 

Etos inilah yang kata Prof Haedar membedakan sebuah kelompok atau golongan. Membuat kelompok itu berada di depan alias di atas rata-rata baik dalam bekerja, alam pemikiran, maupun manfaat yang diberikan. 

Dalam Muhammadiyah, sambungnya, etos—sebagai pandangan hidup yang khas—punya basic value (nilai dasar) yang kuat. “Etos yang hidup di Muhammadiyah, termasuk di kampus-kampus, pertama etos Islam berkemajuan,” ungkapnya, Senin (11/7/22) siang.   

Etos Islam Berkemajuan 

Prof Haedar menjelaskan, Islam berkemajuan itu punya etos dalam tradisi, teologi, dan ideologi iqra. ”Iqra bismirabbikalladzi khalaq itulah yang disebut dengan dan melahirkan pandangan hidup prophetic, tetapi dia mampu membumi untuk mengubah keadaan,” jelasnya. 

Ilmu kenabian itulah yang lahir dari perpaduan antara akal pikiran dan berbagai macam pandangan yang melahirkan ilmu (epistemologi) di mana berpusat pada nilai-nilai Ilahi. 

Dia menekankan, “Bagi kita di Muhammadiyah, tradisi, orientasi, teologi, ideologi, bahkan epistemologi iqra itulah yang membuat kita punya daya hidup untuk menjadi gerakan Islam yang modern, tajdid, reformis!” 

Yakni mereka yang tradisi nalarnya maju karena tidak mengadopsi nalar modern Barat yang murni pada rasionalitas dan ilmu yang bersifat empiris, tapi juga ada nilai propheticnya. 

Kalau ada nilai prophetic, ilmuwan selain terus mendapat daya eksplorasi tinggi untuk mengembangkan pemikiran, juga ada spirit: “Atas nama Tuhan kita berpikir, berilmu, kita ajarkan imu itu, kita amalkan itu untuk mencerahkan.” 

Dorongan dari ‘bismirabbikalladhi khalaq’ itulah yang paling fundamental dalam menggerakkan, ruhnya ilmu. “Sehingga dosen dan tenaga kependidikan yang ada di kampus-kampus tidak hanya menyebar ilmu, tapi menjadikan ilmu itu mencerahkan dirinya, keluarganya, masyarakat, apalagi mahasiswanya,” imbuhnya. 

Baca sambungan di halaman 2: Etos Berubah Jadi Lebih Baik

sumber berita by [pwmu.co]

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *