Jamaah Sekarang Lebih Banyak Nyantri di Pondok Pesantren Facebookiyah, Whatsappiyah, dan Youtubeiyah

banner 468x60

BANDUNGMU.COM, Bantul — Dalam keadaan hujan lebat, seorang muslim diperbolehkan menjalankan salatnya di rumah masing-masing. Apalagi jika hanya undangan pengajian, tentu diperbolehkan tidak menghadiri apabila berhalangan karena hujan lebat.

Selain karena gangguan alam seperti hujan, tidak bisa dimungkiri bahwa sepinya majelis taklim atau pengajian-pengajian yang diselenggarakan di masjid-masjid disebabkan karena beralihnya jamaah “nyantri” ke media sosial maupun digital dalam menyimak materi kajian.

Dalam menyikapi persoalan-persoalan tersebut, pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah harus punya solusinya, yakni menyiarkan pengajian-pengajian melalui saluran media sosial maupun media digital yang bisa disimak dari mana saja.

Demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman di acara pengajian kader yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamantirto Selatan, Kasihan, Bantul, Jumat 27 Januari 2023 lalu.

Dokter yang dikenal piawai dalam menyampaikan materi ceramah dengan renyah ini berseloroh bahwa sepinya majelis taklim di masjid semakin sepi peminat karena mereka berpindah ke “pondok pesantren” yang saat ini ramai diminati oleh banyak orang yaitu pondok pesantren Facebookiyah, Whatsappiyah, sampai Yautubeiyah.

“Karena memang sekarang ‘pesantren’ yang paling banyak santrinya itu adalah pesantren Facebookiyah, pesantren Whatsappiyah, dan pesantren Youtubeiyah, itu pesantren yang paling banyak santrinya, di samping tentunya yang pakai IG dan TikTok,” ujar Agus seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Perubahan tersebut, imbuh Agus, sulit dihindari karena kehidupan manusia termasuk umat muslim saat ini sedang digeser dengan adanya dunia digital. Menurut Agus, kenyataan tersebut menjadi sebuah keniscayaan sehingga tidak perlu ditakuti dan disesali, tetapi justru dicarikan solusi.

Teringat pesan gurunya di masa kecil, dokter spesialis saraf ini menuturkan bahwa merawat jamaah dengan jumlah banyak ataupun sedikit tetap seorang mubalig atau dai harus tetap optimis, dibuktikan dengan tanpa mengurangi ilmu yang akan disampaikannya.

“Kata guru kami, jangan mengurangi kualitas berapa pun yang datang. Karena pahala Allah itu bukan dari berapa banyak yang mendengarkan, melainkan sejauh mana kita bersungguh-sungguh menyampaikan pesan Islam sebagaimana tugas kita bersama,” tandasnya.***

____

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author