Friday, November 22, 2024
29.4 C
Gresik

Kang Darso dan Era Keemasan Musik Sunda di Tahun 1990-an

BANDUNGMU.COM, Bandung — Ketika alunan musik pop Sunda menggetarkan hati pendengarnya, satu nama akan selalu dikenang: Kang Darso. Pria kelahiran 12 Agustus 1945 ini bukan sekadar penyanyi, ia adalah penyair kehidupan yang menuangkan ribuan cerita dalam ratusan lagu.

Perjalanan musiknya dimulai dari panggung sederhana pada 1962, saat ia memetik bas di grup Nada Karya dan Nada Kencana. Bahkan, bakatnya mengantarkannya bergabung dengan band Pusat Persenjataan Kavaleri Bandung. Namun, gejolak politik G 30 S/PKI sempat menghentikan langkahnya.

Namun, jiwa seni Darso tidak pernah padam. Pada 1968, bersama sang kakak, Uko Hendarso, ia bangkit kembali dengan mengeksplorasi calung, alat musik tradisional Sunda. Lagu “Kiamat” yang mereka ciptakan menjadi pertanda kebangkitan kreativitasnya.

Titik balik kariernya terjadi ketika S Hidayat mengajaknya tampil di RRI bersama grup Baskara Saba Desa. Di bawah naungan Asmara Record, Darso mulai merekam karya-karyanya. “Kembang Tanjung”, “Cangkurileung”, dan “Panineungan” menjadi bukti kejeniusannya dalam meracik melodi.

Era 1990-an menjadi masa keemasan Kang Darso. Wajahnya sering menghiasi layar TVRI. Sementara itu, musiknya berkembang dengan hadirnya terompet dan organ. Ia tidak hanya piawai dalam pop Sunda, tetapi juga dangdut. “Randa Geulis”, “Maribaya”, “Dina Amparan Sajadah”, dan “Kabogoh Jauh” menjadi lagu-lagu yang tidak lekang oleh waktu.

Dedikasi dan kontribusinya dalam melestarikan musik Sunda mendapat pengakuan. Pada 2005, Gubernur Jabar Danny Setiawan menganugerahkan Anugerah Musik Jabar dan diikuti Anugerah Budaya Kota Bandung dari Wali Kota Dada Rosada pada 2009.

Meski telah meninggalkan dunia pada 12 September 2011, warisan musikal Kang Darso tetap hidup. Bersama istrinya, Epong (almarhum) dan kemudian Lina Marlina, ia telah mengukir jejak yang tidak terhapuskan dalam khazanah musik Sunda.

Kepergiannya yang mendadak dalam perjalanan ke RSUD Soreang mungkin mengejutkan banyak pihak. Namun, melodi-melodinya tetap mengalun, menjadi pengingat akan seorang maestro yang telah mengabdikan hidupnya untuk musik Sunda. Kang Darso bukan sekadar penyanyi, ia adalah pembawa cerita yang menghidupkan jiwa Pasundan melalui setiap notasi yang ia ciptakan.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author

Hot this week

PCIM dan PCIA Pakistan Gelar Seminar Kesehatan Mental Untuk Keluarga Multikultural

BANDUNGMU.COM, Pakistan – Perbedaan budaya sering menjadi tantangan bagi...

Exploring bisexuality – uncovering the possibilities

If you’re unsure just what youare looking for, or...

Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU),...

Milad Muhammadiyah: Gerakan Keterbaruan Persyarikatan (2)

Oleh: Ace Somantri* BANDUNGMU.COM – Gerakan keterbaruan bukanlah hal yang...

Topics

spot_img

Related Articles