Infomu • Aug 21 2022 • 29 Dilihat
ANAKKU BRIGADIR YOSUA
Oleh Ibrahim Gultom
Anakku Brigadir Yosua! Sungguh aku prihatin dan turut berbelasungkawa atas kematianmu yang tragis itu. Aku kehabisan kamus merenungi peristiwa yang menimpa dirimu. Jujur saja, tak tahan aku melihat andung-andung (ratapan tangis) ibumu lewat televisi ketika jasadmu terbaring di peti mati saat tiba di rumahmu.
Karena aku seorang Batak, tentu aku tau makna isi ratapan ibumu yang memilukan itu. Doaku semoga kedua orang tua dan familimu diberi ketabahan dan kekuatan dalam menerima musibah ini serta mengikhlaskan kepergianmu. Mungkin inilah satu-satunya peristiwa langka yang pernah terjadi di institusi kepolisian dunia, seorang bos menganiaya dan menghabisi anak buahnya tanpa berperikemanusiaan.
Sebulan lebih beritamu menghiasi media sosial dan menyita banyak perhatian bukan saja polisi, tapi juga rakyat yang berempati denganmu. Ayahmu begitu gigih memperjuangkan keadilan di negeri ini dengan mendatangi Menkopolhukam, Mahmud MD dengan harapan kasus kematianmu dapat diungkap secara transparan.
Yosua anakku! Sepatutnya hidupmu lebih aman dan nyaman serta menjanjikan karirmu bersinar ke depan karena kau telah mengabdi kepada bosmu yang Jenderal itu. Ternyata ceritanya lain, dirimu jadi mangsa bagaikan pagar makan tanaman.
Ternyata Divisi Propam yang dikumandangkan F. Sambo selama ini sebagai Brand Ambassador Polri yang bermotto “Garda Terdepan Penjaga Citra Polri” dan “Benteng Terakhir Pencari Keadilan” hanya isapan jempol belaka.
Entah siapa yang salah asuh di tubuh Polri yang kau tinggalkan ini Yosua, sehingga terjadi peristiwa yang mengerikan ini pada dirimu. Setahu aku polisi itu sudah dewasa. Apalagi di usianya yang ke 76 ini sepatutnya sudah semakin profesional di bawah naungan jargon Presisi.
Tetapi ketika dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak begitu rumit, tindakan bosmu langsung kalap seolah tak punya iman dan kecerdasan emosional yang kuat. Tak mampu mengamalkan pepatah “berhambakan tangan, bersaksikan mata dan berhakimkan hati” sebelum tindakan dilaksanakan.
Yosua anakku! Tanggal 9 Agustus 2022 yang lalu Kapolri sudah mengumumkan siapa tersangka pembunuhmu. Kau tau anakku! Jasadmu telah dua kali diautopsi akibat ketidaktransparanan dan ketidakprofesionalan segelintir pejabat Polri dan penyidik dalam menjalankan tugas profesinya.
Tercium nuansa rekayasa guna mengaburkan fakta detik-detik dirimu dieksekusi. Ada upaya obstraction of justice dengan segala macam cara guna menggelapkan inti tindakan kriminal (actus aus) yang sebenarnya.
Semula drama pembantaian ini sudah hampir mentok di Polda Metro Jaya, syukurlah perkara ini diambil alih oleh Mabes Polri cq Kabareskrim Polri Komjen. Agus Andrianto. Kalau tidak film“sang prawira” ini akan lain ceritanya. Mungkin tanpa beliau kasus ini dapat dipastikan akan berjalan di tempat tanpa ada progres. Kalaupun ada duduk perkaranya akan lain dari yang sesungguhnya serta sulit untuk didapatkan keadilan.
Sandiwara ini semua terkuak tiada lain adalah berkat kelihaian para penyidik Bareskrim dalam membongkarnya. Otoritas yang mereka punyai tentu mempermudah terbukanya tabir siapa saja yang terlibat di dalamnya, terutama Bharada E yang sudah dijadikan sebagai tersangaka bersama 3 orang lainnya. Jadi bukan karena kelihaian kuasa hukum menyibak duduk perkara yang sesungguhnya melainkan karena keprofesionalan penyidik dalam menyisirnya.
Yosua anakku! Di tubuh polri yang kau cintai ini semasa hidupmu sebenarnya sudah memiliki manajemen mutu dan SOP yang baik menurut ukuran standar minimal. Namun terganggu dengan kehadiran Satuan Tugas khusus (Satgassus) non struktural. Terkesan seolah ada Mabes di dalam Mabes dan semacam ada perang bintang.
Sebahagian ada yang berhaluan kepada FS yang memimpin langsung Satgassus Merah Putih. Ada dualisme dalam penanganan kasus terutama kasus yang besar. Ada perilaku manajemen melintas batas Tupoksi dan Satkernya masing-masing sehingga menimbulkan organisasi tidak sehat. Syukurlah Satgassus Merah Putih ini telah dibubarkan Kapolri beberapa hari yang lalu.
Anakku Yosua! Di tengah hiruk pikuk pengusutan dan pendalaman perkara ini, mereka sanggup membangun imej amoral terhadap dirimu. Ditimpakan tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap PC yang notabene ibu yang kamu anggap sebagai orang tuamu.
Rupanya pembunuhan karakter pun bukan hanya lazim terjadi bagi orang yang masih hidup melainkan juga bagi orang yang sudah mati. Sudahlah kau dibunuh secara keji tanpa berperikemanusian, sanggup pula mereka membunuh karaktermu dengan tuduhan pelecehan yang mengada-ada. Lagi-lagi mereka tidak “berperikemayatan” alias tak menghormati orang yang sudah meninggal dunia.
Kami yakin cinta dan sayang ibu Putri kepadamu bukalah cinta erotis melainkan cinta antara seorang ibu dan anak. Demikian juga sebaliknya engkau mencintainya benar-benar seperti mencintai ibu kandungmu yang jauh dari nuansa cinta erotis serta jauh dalam kondisi oedipus complex sebagaimana terdapat dalam mitologi Yunani dahulu.
Kami kurang percaya akan pelecehan yang dituduhkan kepadamu karena kami tahu bahwa kau punya Iman Krintiani yang kuat dan menjujung tinggi nilai-nilai kekerabatan yang terdapat dalam sistem sosial Dalihan Na Tolu (DNT) dalam budaya Batak.
Sekiranya pun kau benar melakukan tindakan amoral itu, namun tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran untuk membunuhmu. Tenanglah kau di sisi Tuhanmu Yosua. Tak ada lagi gunanya aku menyabar-nyabari kau karena kau sudah berada di alam baka sana
Peristiwa yang menimpa dirimu ini justru membawa hikmah dalam rangka perbaikan institusi Polri ke depan. Mudah-mudahan kami yang masih hidup dapat memetik pembelajaran agar kami dapat terhindar dari sikap sombong alias membusungkan dada ketika berada di posisi atas. Pangkat dan jabatan tidak menjamin kita senantiasa aman. Tuhanlah yang punya siasat dan makar. Bak kata orang, di atas langit masih ada langit.
Anakku Yosua! Kematianmu hampir sama dengan peristiwa yang terjadi di KM 50. Bedanya engkau seorang polisi sementara mereka hanya Pertahanan Sipil (Hansip) seorang Ulama. Engkau beragama Kristen, sementara mereka beragama Islam. Semoga tidak ada lagi Youa-Yosua dan para syuhada KM 50 lainnya yang senasib dengan kalian. Dua kasus ini mudah-mudahan memperoleh titik terang tanpa diskriminasi dalam penyelesaiannya.
Locus delicti kejahatan itu memang ada di dunia, namun hukumannya bukan saja diterima di dunia melainkan azab yang pedih di akhirat kelak nanti. Seberapa besar hukuman di dunia yang dijatuhkan hakim tentu tergantung kepada esensi tindakan kejahatan (actus aus) itu sendiri serta mens rea yang melatarbelakanginya
Yosua anakku! Syukurlah peristiwa pembunuhanmu ini sudah mulai terungkap, kalau tidak malu aku merayakan apalagi memekikkan “merdeka” di HUT-RI yang ke 77 tahun ini. Bisikkanlah kepada para pejuang bangsa di alam barzakh sana tentang kondisi bangsa dan negara sekarang ini. Bila perlu suruh mereka turun menampari para pemimpin yang dzolim itu. Damailah kau di sisi Tuhanmu, damai di langit dan damai pula di bumi.
Ibrahim Gultom, Guru Besar UNIMED dan Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sum. Utara
Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...
Oleh: Sukron Abdilah* BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...
BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...
BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...
CIREBONMU.COM — SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...
BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...
No comments yet.