Kolom Wardijah : Membaca dan Menulis Perintah Pertama dalam Ajaran Islam

banner 468x60

Membaca dan Menulis Perintah Pertama dalam Ajaran Islam

Oleh Drs. WARDIJAH, M.SI

Pustakawan Ahli Madya pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi

A. Pendahuluan
Bagi umat muslim paham betul bahwa surat dalam Al-Quran yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malikat Jibril adalah Surat Al ‘Alaq, ayat 1 sampai dengan 5. Surat Al ‘Alaq dalam Mushaf Ustmani adalah suart ke-96 dan diturnkan di Makkah maka disebut Surat Makkiyah. Disebut Surat Al-‘Alaq karena pada akhir ayat ke-2 surat tersebut ada disebut kata ‘’alaq” dalam bentuk nakirah, yang artinya segumpal darah. Segumpal darah di sini menandakan cikal bakal penciptaan makluk Allah yang bernama manusia. Makluk manusia itu disebut dengan istilah al-insan, yang berati pelupa, makluk yang suka lupa dan Al-Quran menyebutnya dalam bentuk makrifat (the definitif), yang artinya makluk itu bernama manusia, bukan makluk yang lain.

Dalam Surat Al‘Alaq tersebut kata al-insan Allah sebut sampai dua kali, yaitu pada ayat ke-2 dan ke-5. Sementara kata “iqra’” yang artinya membaca Allah sebut sampai dua kali, yaitu pada awal ayat pertama dan awal ayat ketiga. Setelah itu pada ayat ke-3 Allah sebut kata “al-qalam”, yang berati menulis. Isi kandungan Surat Al‘Alaq tersebut, mengingatkan kita tentang penciptaan Nabi Adam, manusia pertama yang diturunkan ke planet bumi. Kisah itu Allah terangkan pada Surat Al-Baqarah, surat ke-2 ayat 31, di mana pada saat Allah menciptakan Nabi Adam di surga Allah telah mengajarinya nama-nama benda, sehingga Allah mengadu kepintaran Nabi Adam dengan para malaikat. Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda, semua para malaikat kompak menjawab “laa ‘ilma lanna”; tidak tahu kami.

Dengan demikian perintah membaca dan menulis satu rangkain dengan penciptaan manusia. Nenek moyang kita Nabi Adam karena diajari oleh Allah untuk membaca nama-nama benda menyebabkan derajatnya lebih mulia daripada para malaikat. Dengan demikian Islam sebagai “ad-dinu al-hadharah” agama berkemajuan menempatkan perintah membaca dan menulis sebagai perintah pertama dan utama bagi umat manusia.

B. Perintah Membaca

Umat Muslim paham betul bahwa Surat Al“Alaq ayat 1 sampai dengan 5 diturunkan pada bulan Ramdhan ketika Nabi Muhammad bertahanus di Gua Sur. Peristiwa itu terjadi pada bulan yang mulia dan momen yang mulia juga karena berkenaan dengan peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah dan Nabi akhir zaman. Ini menujukkan bahwa membaca bagian yang sangat penting bagi peradaban umat manusia. Kemudian perintah memaca diulang sampai dua kali menunjukkan bahwa membaca adalah persoalan sangat urgen
bagi hidup dan kehidupan manusia.

Begitu beratnya perintah membaca yang dirasakan oleh Nabi sampai badan Nabi merasakan panas yang teramat berat, sehingga Nabi cepat-cepat pulang menemui istrinya Khadijah binti Khuwailid untuk diselimuti. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun pertama masa kenabian. Peristiwa tersebut terekam Dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, karya Profesor Quraish Sihab dijelaskan bahwa ketika Malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah, yaitu Surah Al ‘Alaq, surah ke-96 ayat 1-5 beban berat sangat dirasakan oleh Nabi. Beban berat tersebut dirasakan oleh Nabi sebagai proses awal kematian. Sebagaimana dituturkan oleh Nabi sendiri dalam peristiwa tersebut Nabi begitu keras dirangkul oleh Malaikat Jibril untuk membaca. Malaikat Jibril berkata :
“Iqra !”, yang artinya “bacalah”. Nabi pun menjawab, “Maa ana biqori,” yang artinya “saya tidak dapat membaca”. Setelah diperintahkan oleh Malaikat Jibril sampai tiga kali, lalu Nabi bertanya, “Apa yang harus saya baca ?” Lantas Malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah SWT sebagaimana tertulis dalam Surah Al ‘Alaq ayat 1 sampai dengan 5, yaitu, “Bacalah nama Tuhanmu yang menciptakan, yang menciptakan manusia dari segumpal darah; bacalah dan muliakan Tuhanmu, yang mengajarkan manusia dengan pena, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Peristiwa yang disebutkan oleh Profesor Quraisy Shihab bahwa Nabi yang Umi, tidak bisa baca tulis dipaksa oleh Malaikat Jibril sampai tiga kali untuk membaca. Dalam Al-Quran ayat pertama yang diturunkan Allah ke bumi tersebut “Iqra”, yang berarti bacalah. Dalam kaidah bahasa Arab, “Iqra” merupakan bentuk fi’il amar, artinya perintah, yaitu perintah membaca (read command). Karena yang diperintah membaca seorang Nabi yang “ummi” tidak dapat baca tulis, Allah menyebut kata “Iqra” sampai dua kali yaitu, pada ayat pertama dan ayat kedua. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya perintah membaca. Kata “Iqra” sebagaimana tersebut pada ayat pertama dan ayat ketiga Surah Al ‘Alaq, dalam konteks ilmu managemen dapat dimakanai sebagai berikut:

Pertama, how to read, bagaimana cara membaca ? Ada beberapa cara untuk membaca yang baik dan benar :
1. Ask (bertanya) : Artinya jika merasa kesulitan dan kurang paham bertanyalah kepada orang yang lebih mengerti. Al-Quran beberapa kali menyebut fas alu ahlad dzikra, yang berarti bertanyalah kepada ahlinya. Kalau seorang murid harus sering bertanya kepada gurunya karena guru itu yang mengajari muridnya. Maka ada
pepatah lama, yang menyatakan malu bertanya, sesat di jalan.

2. Continue (lanjutkan): Ketika membaca, hindari mengulang-ulang kata atau kalimat karena akan mengurangi kecepatan membaca. Upayakan untuk mendapatkan pesan yang baik terhadap naskah obyek yang dibaca, bacalah secara lengkap dan menyeluruh.

3. Choose (pilih): Dalam proses membaca memilih obyek bacaan itu perlu, supaya mendapatkan manfaat dari yang dibca. Pemilihan atau diksi judul yang akan dbaca dan juga nama pengarang juga penting agar mendapatkan informasi yang baik dan benar.

4. Discuss (diskusikan): Untuk mendapatkan nilai tambah (added value) terhadap buku atau obyek yang
telah dibaca perlu didiskusikan dengan kawan-kawan agar obyek yang dibacadapat dimengerti dan dipahami dengan baik dan benar.

5. Search (cari): Untuk mendapatkan kenyamaan terhadap buku yang dibaca carilah tempat yang nyaman, teduh dan tenang sehingga merasa betah untuk lama-lama membaca.

6. Conclude (simpulkan): Menyimpulkan sesuatu yang dibaca itu perlu, apalagi yang dibaca sebuah buku. Tujuan menyimpulkan sesuatu yang dibaca untuk menguji danmengetahui sejauh mana pemahaman terhadap isi atau konten buku yang dibaca, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih integral. 7. Not too fast (jangan terlalu cepat) Sekalipun sudah dikenal metode membaca cepat, yang disebut skimming, mengulang obyek yang dibaca juga perlu untuk mendapatkan pemahaman terhadap obyek yang dibaca hindari jangan terlalu cepat, bacalah dengan baik, kata demi kata, kalimat demi kalimat dan paragraf demi paragraf. Dalam Surah Al-Muzammil, surah ke-73 ayat 4 Allah berfirman Warat-tilil Qurana tartila, yang artinya dan bacalah Al Quran itu dengan tartil, tertib. Maknanya kalau membaca Al Quran jangan terburu-buru. Begitu juga kalau membaca buku pun jangan terlalu buru-buru karena buru-buru itu pekerjaan syetan.

8. Jika Ingin Cepat: Jika ada keinginan untuk membaca cepat karena tersedianya waktu yang sangat terbatas, lakukanlah membaca judul buku, daftar isi, dan kata pendahuluan kemudian baca biografi pengarang. Itu cara cepat untuk mendapatkan subtansi atau subyek buku yang dibaca.

9. Catat:  Untuk membatu memori terhadap obyek yang dibaca, catatlah poin-poin penting, ini sangat membantu untuk memahami subyek dari isi buku yang dibaca.

Kedua, how to learn, bagaimana cara mendalami ? Ada beberapa cara untukmendalami buku yang dibaca :
1. Teruskan membaca sampai paham betul;
2. Baca kembali bagian kalimat atau paragraf yang membingungkan;
3. Uraikan secara rinci bagian-bagian yang membingungkan;
4. Cermati hal-hal yang membingungkan tersebut.

Ketiga, how to understand, bagaimana memahami isi buku yang dibaca ?
1. Gunakan kemampuan metode berpikir HOTS (Higher Order Thinking Skill), yaitu cara berpikir untuk mengingat, mengerti, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi konsep-konsep materi yang dibaca;

2. Lakukan teknik membaca scanning, yaitu teknik membaca secara parsial atau loncat. Artinya yang dibaca dan yang diingat hal-hal yang dianggap penting saja.

3. Membuat mind mapping, yaitu memetakan informasi yang telah dibaca secara berurutan sesuai ide utama yang dipikirkan.

Keempat, mukasyafah, bagaimana mengungkap pesan-pesan yang dibaca, baik tersurat maupun yang tersirat. Untuk mengungkap pesan-pesan yang terkandung dalam obyek yang dibaca tentu dibutuhkan pendalaman dan pengamatan secara konprehensif.

C. Pengertian Membaca

Membaca atau read dalam bahasa Inggris dan “qara’a” dalam bahasa Arab, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung 5 makna : 1 melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis; 2 mengeja atau melafalkan yang tertulis; 3 mengucapkan; 4 mengetahui, meramalkan dan, 5 memperhitungkan, memahami. Adapun menurut para pakar, seperti Nurhadi (2016:2) mengartikan membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreaktif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang obyek yang dibaca.
Ana Widyastuti (2017:2), mengartikan membaca merupakan kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Lebih lanjut Ana mengungkapkan kemampuan membaca dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku dengan cara memegang atau membolak-balik buku merupakan alat komunikasi utama anak mengungkapkan keinginan maupun kebutuhan. Dalman (2014:5) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi
yang terdapat dalam tulisan.

Dengan demikian membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Membaca juga bukan sekedar melihat kumpulan huruf, kumpulan kata, kumpulan frase, kumpulan kalimat, kumpulan paragraf dan wacana, tetapi juga mencakup aspek yang lebih jauh yaitu pesan tersirat yang perlu diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari

D. Perintah Menulis

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa perintah membaca terkandung dalam Surat Al‘Alaq. Begitu juga halnya dengan perintah membaca tekandung dalam Surat al‘Alaq, ayat ke-4 yang mengajarkan manusia dengan “qalam”. Kata “qalam” berasal dari bahasa Yunani “kalamos”, artinya gelagah (saccharun spontaneum), sejenis rumput besar anggota suku Poaceae, yang berupa rumput buluh yang menyebar luas di wilayah tropika dan ugahari. Dalam bahasa Arab, Turki dan bahasa Kurdi modrn, kata “qalam" berarti pena atau pensil, sedangkan dalam bahasa Farsi, Hindi, Benggala, dan bahasa Urdu kata “qalam” berarti pena.

Dengan demikian Al-Quran dengan runtut mengajarkan kepada kita bahwa perintah membacalebih awal kemudian dibarengi dengan perintah menulis. Secara metodologis mengandung pengertian bahwa perintah membaca lebih dini kemudian dalam proses berikutnya dibarengi dengan perintah menulis. Oleh karena itu sesuai konsep Al-Quran metode pelajaran pada PAUD, anak-anak lebih diajarkan belajar membaca, belajar menghapal karen sesuai dengan perkembangan aqiu anak.

E. Pengertian Menulis

Menulis dalam bahasa Inggris write; dalam bahasa bahasa Arab kataba dapat diartikan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada satu media dengan menggunakan aksara atau huruf. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:968) menulis dimaknai adalah melahirkan pikiran atau perasaan. Menurut pakar, seperti Burhan Nurgiyantoro (2001:298) menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa.

F. Penutup

Perintah membaca dan menulis merupakan awal mula Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk membaca Surat Al ‘alaq , surat ke-56 ayat 1 sampai dengan ayat 5. Surat Al’Alaq sekalipun diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, tapi perintahnya untuk seluruh umat manusia karena Al-Quran sejatinya diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Dengan demikian Islam melaui Al-Quran sudah memberikan fondasi dasar bagi hidup dan kehidupan umat manusia, yaitu baca, baca, dan tulis. Esensi perintah membaca dan menulis merupakan modal pokok bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan peradaban umat manusia dari zama
ke zaman. Kalau sebagian besar umat Islam masih banyak yang buta huruf, tidak pandai baca tulis, yang salah bukan Islamnya, yang salah umatnya yang tidak mau mengamalkan ajaran Al Quran.

Kalau dewasa ini sebagian besar umat Islam masih diselimuti oleh kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan karena sebagian besar umat Islam sudah meninggalkan ajaran dan pesan-pesan Al-Quran. Al-Quran hanya dipanjang sebagai hiasan, bukan diamalkan. Oleh karena itu, kata Muhammad Abdu AlIslamu mahjubun bil muslimin, yang artinya Islam tertutup oleh umatnya sendiri.
Semoga saja tulisan ini bermanfaat. Amin.

Drs. WARDIJAH, M.SI, Pustakawan Ahli Madya pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi

Sumatera Utara. E-mail wardijah67@gmail.com

 

sumber berita dari infomu.co

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *