Kontekstual Sebagai Kunci Islam Berkemajuan, Perempuan Punya Ruang Berkiprah Luas di Muhammadiyah

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Sejak berdiri pada 1912, Persyarikatan Muhammadiyah senantiasa bergerak mengamalkan visi Rahmatan lil-‘alamin dengan menghadirkan kemanfaatan luas di berbagai bidang amal usaha.

Tidak hanya menghadirkan kemanfaatan, Muhammadiyah berusaha memajukan kehidupan bangsa yang saat itu serba terbelakang baik di bidang sosial, agama, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

Uniknya, dalam pergerakannya itu Muhammadiyah melawan tabu dengan memberi ruang seluas-luasnya bagi perempuan Islam untuk berkiprah. Organisasi perempuan ‘Aisyiyah didirikan sebagai pelaksana Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

“Organisasi ini peduli pada kebutuhan masyarakat, dengan tema kerjanya mengharapkan, membina, membentuk masyarakat yang bahagia secara total. Artinya segenap aspek kehidupan fi-dunya wal akhirah. Hidup saat ini dan yang akan datang,” jelas Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, M.A.

Dalam forum Seminar Pra Muktamar di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Kamis (14/4) dirinya mengungkapkan bahwa pergerakan Muhammadiyah dalam setiap masa itu selalu membawa ciri tajdid dan Islam Berkemajuan, yakni memahami konteks zaman dalam memberikan jawaban dan solusi yang sesuai dengan zamannya.

“Maka Muhammadiyah bisa berlangsung terus sampai kapan pun karena mengikuti apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pertama, mengajak berbuat baik, menciptakan hidup bahagia. Karena masyarakat berubah, tuntutannya pun berubah sehingga perlu tajdid, pembaruan, memperbarui setiap kebutuhan,” jelas Chamamah.

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah periode 2000–2005 dan 2005–2010 itu lantas menyebut bahwa posisi perempuan di dalam Persyarikatan tidak berbeda dengan posisi laki-laki. Yaitu sama-sama mengemban misi rahmatan lil-‘alamin melalui corak tajdid.

“Kuncinya satu. Kalau kita bicara perempuan berkemajuan, itu sudah jadi label, esensi dan hakikat kalau kita melihat perempuan Muhammadiyah,” tuturnya.

“Apa yang wujud dari kegiatannya itulah Persyarikatan Muhammadiyah, bukan sekadar pemeluknya atau ditanya jumlah anggotanya  berapa, tapi apa yang menjadi proses kegiatannya, apa yang menjadi prinsip hidupnya untuk melaksanakan kegiatannya itu sehingga bisa diikuti, bisa mewujud, bisa dipersepsi dan bisa diapresiasi oleh masyarakat luas, tidak hanya oleh bangsanya sendiri tapi juga masyarakat di luar negeri sehingga Muhammadiyah jadi (organisasi untuk berkhidmat) yang terbesar di dunia,” tegas Chamamah. (afn)

klik sumber berita ini

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Takjil on The Road SD Mutu Jember Ajak Siswa – PWMU.CO

Read Next

Orang Tua Harus Pandu Anak Saat Pakai Internet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular