BANDUNGMU.COM, Bandung – Mahasiswa Psikologi UM Bandung berhasil meraih 10 besar dalam penulisan artikel ilmiah tingkat nasional.
Artikel tersebut berjudul ”Peran Keluarga Dalam Menghindari Toxic Family Bagi Perkembangan Remaja,” yang ditulis oleh Salsabila Az-Zahra.
Penghargaan itu ia raih dari acara konferensi online nasional ke-6 peneliti muda Psikologi Indonesia 2022 pada Kamis (14/4/2022).
Acara rutinan bagi Fakultas Psikologi UHAMKA tersebut bertujuan untuk membangun akademik excellent serta suasana akademik di tengah-tengah para mahasiswa.
Kegiatan bertema ”Optimalisasi Artificial Intelligence Dalam Psikologi untuk Hidup yang Berkualitas: Peluang dan Tantangan” itu menjadi ajang berbagi ide bagi seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Topik perlombaan
Dalam lomba itu, para peserta dapat memilih berbagai topik dalam menyusun artikel ilmiahnya, seperti Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial, dan sebagainya.
Adapun Salsabila, dalam artikelnya merujuk pada Psikologi perkembangan yang menjelaskan tentang usia remaja membutuhkan perhatian dari orang tuanya.
”Hal itu terjadi karena pada usia remaja seseorang mengalami peralihan emosi dan perkembangan fisik maupun psikis,” ucap Salsabilla.
Mahasiswa asal Cicalengka itu juga menjelaskan, bahwa peran orang tua sangat penting bagi anak-anaknya agar tidak salah dalam memilih jalan kehidupan.
”Bahkan objek yang saya wawancarai juga mengatakan bahwa peran keluarga itu sangat penting. Kalau tidak, perkembangan mereka pun akan terhambat,” tuturnya.
Kurang kasih sayang orang tua
Selain itu, dari dua objek yang ia teliti, mereka mengalami banyak kesulitan semasa hidupnya dari kedua orang tuanya.
”Mereka tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dari orang tua mereka, baik itu secara materi maupun kasih sayang,” kata mahasiswa Psikologi angkatan 2020 itu.
Pada akhirnya kurangnya perhatian dari orang tua menghasilkan dampak negatif bagi anak-anaknya.
”Objek yang saya amati ini, mereka sering keluar malam atau senang di luar rumah karena menghindari perlakuan yang tidak baik atau kekerasan dari orang tuanya,” ungkap Salsabilla.
Salsabilla menyarankan agar orang tua mampu memberikan kasih sayang yang cukup bagi anak-anaknya.
”Orang tua harus mendampingi langkah anak ke depan, mampu menerima kekurangan anaknya agar orang tua tidak dilabeli sebagai ‘toxic family’,” imbaunya.
Toxic family
”Toxic family” menjadi kesalahan orang tua dalam mengasuh maupun mendidik anak-anaknya.
Apa itu toxic familiy? Toxic family adalah sebuah perilaku anggota keluarga yang saling menyakiti satu sama lain karena kondisi batin mereka yang tidak sehat.
Dampaknya toxic familiy akan berpengaruh pada kepercayaan diri khususnya pada remaja yang pernah mendapatkan perlakuan buruk dari orang tuanya.
Salsabila berharap ajang konferensi tingkat nasional yang ia ikuti menjadi pelecut baginya untuk menjadi lebih baik.
“Ini pengalaman berharga. Semoga ke depan, saya bisa meningkatkan skill saya terutama dalam menulis,” ungkapnya ketika memberikan testimoni saat penutupan kegiatan via saluran YouTube beberapa waktu lalu. ** (FK)