BANDUNGMU.COM, Bandung — Sumber utama ajaran Islam adalah Al-Quran dan As-Sunah. Dalam konteks ini, Muhammadiyah terus menyerukan umat untuk kembali kepada kedua sumber ini. Namun, apa yang dimaksud dengan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunah menurut pandangan Muhammadiyah?
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Khaeruddin Hamsin, menjelaskan bahwa kembali kepada Al-Quran dan As-Sunah tidak hanya berarti mengambil teks secara harfiah. Sebaliknya, ini mencakup mempertimbangkan berbagai pendapat fikih yang sudah ada untuk menentukan mana yang lebih sesuai dengan semangat Al-Quran dan As-Sunah serta lebih maslahat untuk diterima.
“Dengan kata lain, pendekatan ini menekankan pentingnya penggunaan akal dan pengetahuan dalam memahami teks-teks keagamaan,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah pada Rabu (05/06/2024).
Dalam dokumen penting yang lahir pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta tahun 2022, yaitu Risalah Islam Berkemajuan, disebutkan bahwa kembali kepada Al-Quran dan As-Sunah berarti penggalian terhadap makna kedua sumber tersebut dilakukan dengan memanfaatkan akal, warisan intelektual, dan ilmu pengetahuan. “Pendekatan ini tidak terikat pada mazhab tertentu, tetapi lebih kepada pemahaman yang komprehensif dan dinamis,” katanya.
Muhammadiyah memahami bahwa ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah perlu dijelaskan dengan menggunakan berbagai perangkat analisis. Dalam Manhaj Tarjih hasil dari Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 di Pekalongan 2024, perangkat ini disebut sebagai sumber paratekstual yang mencakup ijmak, qiyas, maslahat mursalah, istihsan, istishab, tindakan preventif, pendapat sahabat, syariat umat terdahulu, dan ‘urf.
“Dengan demikian, kembali kepada Al-Quran dan As-Sunah bukanlah proses yang statis, melainkan dinamis dan kontekstual, menggabungkan pemahaman klasik dengan pendekatan modern. Pendekatan Muhammadiyah ini menekankan bahwa Islam adalah agama yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi dari ajaran yang terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunah,” ungkapnya.
Dengan memanfaatkan berbagai sumber paratekstual, lanjut Khaeruddin, Muhammadiyah berusaha memberikan jawaban yang relevan dan kontekstual terhadap berbagai persoalan kontemporer sehingga ajaran Islam tetap menjadi rahmat bagi seluruh alam.***