Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Memaknai Tahun Baru Bagi Umat Muslim

    Dec 30 202227 Dilihat

    BANDUNGMU.COM, Bantul — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir hadir dalam acara Refleksi Akhir Tahun Masjid Husnul Khatimah Kampung Rukeman-Peleman Tamantirto Kasihan, Bantul, Rabu (28/12/2022).

    Pada kesempatan tersebut Haedar menyampaikan apresiasi dan rasa terharu karena yang hadir pada kesempatan tersebut banyak dari generasi milenial. Menurut Haedar itu merupakan rahmat di akhir tahun dan jelang tahun baru miladiyah. Pasalnya, jika ada acara-acara seperti itu biasanya justru dihadiri oleh generasi kolonial.

    Kemudian, Haedar menyinggung tentang pergantian tahun. Menurut Haedar, kita sering merayakan dua pergantian tahun pertama di bulan Hijriyah ketika 1 Muharram tiba, kedua di akhir tahun Miladiyah seperti akhir desember ini.

    “Dua-duanya baik tidak ada yang buruk, bahkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk di negara Timur Tengah, Arab Saudi, dua kalender selalu dipakai yang sehari-hari termasuk untuk transaksi itu menggunakan tahun Miladiyah tetapi untuk penentuan hari raya Idulfitri dan Iduladha itu menggunakan tahun Hijriyah, jadi tidak perlu mempertentangkan dua waktu ini,” ungkap Haedar.

    Yang paling penting, kata Haedar, memaknai lepasnya tahun lama dan hadirnya tahun baru. Kenapa harus memaknai? Orang “merayakan” tidak apa-apa sejauh itu untuk syiar.

    Namun, yang menjadi keliru itu kalau merayakan hari datangnya tahun baru dan lepasnya tahun lama secara berlebihan dan hanya lahiriyah semata-mata apalagi yang bersifat mubazir baik waktu, uang, kesempatan, dan lainnya.

    “Supaya kita tidak berlebihan dan punya arti syiar boleh, gembira boleh. Masak sih manusia tidak boleh gembira? boleh, kalau yang tidak boleh gembira itu hanya patung dan polisi tidur. Manusia berhak untuk gembira, bahagia, ada suasana lahir dalam hidup itu. Misalnya, bertemu teman gitu kan senang,” kata Haedar.

    “Tetapi bagi kita kaum muslim ada batas-batas dan ada makna-makna yang harus kita pedomani dan kita maknai dalam melepas tahun lama dan lahirnya tahun baru,” tandasnya.***

    ___

    Sumber: muhammadiyah.or.id

    Editor: FA



    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    Banjir Lampung

    Banjir Bandang Melanda Lampung Tiga War...

    by Jan 22 2025

    Hujan deras dengan intensitas tinggi melanda delapan kabupaten/kota di Provinsi Lampung, termasuk La...

    Hak Pejalan Kaki – bandungmu.com

    by Nov 23 2024

    Oleh: Sukron Abdilah*  BANDUNGMU.COM — Kita selalu beranggapan bahwa untuk berbuat baik harus mem...

    Pelajaran dari Kehati-hatian Rasulullah ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Bandung – Diskusi mengenai tobat pelaku zina yang belum menjalani hukuman sering me...

    Islam Berkemajuan Harus Jadi Arus Utama ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad secara resmi membuka...

    SDIT Muhammadiyah Harjamukti Latih Keman...

    by Nov 23 2024

    CIREBONMU.COM  —  SDIT Muhammadiyah Harjamukti Kota Cirebon adakan kegiatan camping yang penuh d...

    UAH Ajak Umat Islam Perkuat Akidah Demi ...

    by Nov 23 2024

    BANDUNGMU.COM, Jakarta — Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz A...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top