BANDUNGMU.COM, Bandung — Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah bersabda. “Hari terbaik di mana matahari terbit di dalamnya ialah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan ke surga, dikeluarkan daripadanya, dan kiamat tidak terjadi kecuali di hari Jumat.” (HR Riwayat Muslim).
Dalam riwayat yang lain Rasulullah juga pernah bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah selawat kepadaku di dalamnya, karena selawat kalian akan ditunjukkan kepadaku.”
Kemudian para sahabat berkata: “Bagaimana ditunjukkan kepadamu, sedangkan engkau telah menjadi tanah?” Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasai).
Intinya hari atau ibadah Jumat merupakan momen yang sangat istimewa bagi umat Islam karena pada saat itu, keutamaannya salah satunya, terkandung waktu dikabulkannya doa oleh Allah.
Namun yang menjadi persoalan, kita sering menyepelekan hari Jumat dan ibadah Jumat dengan perilaku-perilaku yang kurang pantas. Perilaku-perilaku tersebut dikhawatirkan menggugurkan pahala ibadah Jumat kita di hadapan Allah. Apa saja?
Pertama, mengobrol. Coba perhatikan di dalam masjid, terlebih yang kebagian duduk di teras luar masjid, sering kali ada jemaah yang mengobrol, bahkan mereka baru berhenti mengobrol ketika ikamat dikumandangkan. Ironis sekali.
Sejatinya sambil menunggu khatib naik mimbar, kita memperbanyak zikir dan doa kepada Allah. Hari Jumat hanya berlangsung sekali dalam seminggu. Sayang sekali kalau ibadah Jumat dicampuri oleh obrolan-obrolan dunia yang kurang berfaidah.
Kedua, main ponsel. Selain mengobrol, ada juga sebagian jemaah ibadah Jumat yang asyik dengan ponselnya, baik saat sebelum khutbah maupun ketika khutbah sedang berlangsung.
Khutbah dianggap angin lalu. Khutbah dianggap tidak penting. Padahal khutbah itu isinya nasihat-nasihat kebaikan. Apa tidak bisa ponselnya dimatikan untuk kemudian khusyuk mendengarkan khutbah.
Ketiga, jemaah yang terpisah. Ukuran dan luas masjid tentu saja berbeda-beda. Untuk yang ini memang tidak bisa diganggu gugat. Kita tidak bisa berbuat banyak karena kenyataannya seperti itu.
Namun, bukan berarti harus membuat saf shalat yang terkesan asal-asalan. Satu kerumunan di sebelah kanan, satu kerumunan di sebelah kiri, belakang, bahkan ada yang sampai di seberang jalan raya. Maksudnya, janganlah kita membuat saf shalat tidak beraturan.
Karena tidak beraturan sehingga saf shalatnya tidak rapi, tidak enak dipandang mata, kemudian antara jemaah dan imam shalat juga terhalang jauh. Akhirnya khutbah tidak terdengar dengan jelas dan kita pun tidak mendapat hikmat khutbah Jumat tersebut.
Apa yang terjadi? Jemaahnya ada yang tidur, mengobrol, asyik main ponsel, atau malah melakukan aktivits lain yang tidak ada kaitannya dengan ibadah Jumat. Ini sering terjadi di beberapa masjid di Indonesia. Perhatikan saja kalau tidak percaya.
Meskipun safnya kadang-kadang berjauhan karena daya tampung masjidnya tidak sebanding dengan jumlah jemaah ibadah shalat Jumat, idealnya kita menempatkan saf shalat dengan baik dan rapi. Hal ini bisa diatur kok asal kitanya mau.
Hari Jumat, ibadah Jumat, merupakan kegiatan yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya. Sejatinya kita melaksanakan dan memperlakukannya dengan baik dan mulia dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu khusyuknya ibadah.***