BANDUNGMU.COM, Bandung – Wakil Rektor I UM Bandung Dr Hendar Riyadi MAg menjelaskan komponen-komponen utama dari iman, Islam, ihsan, dan keadaban digital dalam program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat belum lama ini.
Dalam kesempatan ini, wakil rektor menjelaskan materi tersebut dengan merujuk kepada hadis popuper riwayat Imam Muslim. Hadis ini menceritakan malaikat Jibril yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang tiga komponen tersebut.
Hendar mengatakan bahwa komponen iman dan Islam berkaitan dengan rukun iman dan rukun Islam seperti yang digambarkan dalam hadis.
Berbeda dengan keduanya, Hendar mengutip penjelasan pakar tafsir terkemuka Indonesia Quraish Shihab bahwa ihsan merupakan satu tingkatan dalam amalan-amalan ibadah.
“Quraish Shihab menyebut ihsan adalah tingkatan dalam menjalankan keimanan dan keislaman atau amal-amalan ibadah lainnya,” tutur Hendar.
Beberapa fatwa menjelaskan ihsan itu yakni melaksanakan ibadah dengan penuh kesungguhan karena Allah SWT menyaksikan langsung.
“Ihsan lebih ke sungguh-sungguhan dalam melaksanakan ibadah karena dia seolah-olah melihat Allah SWT sehingga kesungguhan dalam ibadah itu sangat kuat,” lanjut Hendar.
Ketiga komponen utama tersebut membangun nilai-nilai dasar, yakni Islam, percaya, aman, dan amanah hingga memperlakukan sesuatu dengan yang lebih baik.
“Iman, Islam, dan ihsan itu bisa melahirkan nilai dasar berkaitan dengan penyucian jiwa, masyarakat, dan peradaban,” ungkap alumnus UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Keadaban digital
Hendar menuturkan jika seorang muslim mengimplementasikan iman, Islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari, akan muncul keadaban yang baik dan mulia dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di ranah digital.
Pasalnya, ungkap Hendar, komponen iman, Islam, dan ihsan akan memunculkan nilai-nilai dasar. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut, umat Islam khususnya warga Muhammadiyah sejatinya mengetahui dan mengamalkan sepuluh pedoman praktis keadaban digital.
Pedoman yang pertama adalah praktik dan perilaku digital harus mendorong untuk memperkuat makrifat.
“Dalam menggunakan teknologi, harus dapat memperkuat makrifat, bukan justru melemahkan kedalaman spiritualitas,” ucap Hendar.
Kedua, menghindari cyberbullying atau menyebarluaskan informasi palsu dan konten yang tidak pantas.
Kemudian yang ketiga bertindak, bertanggung jawab dengan memperkuat nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kasih sayang dalam bergaul secara digital.
Selanjutnya yang keempat yakni menghormati privasi, mempertimbangkan dampak sosial dari tindakan secara digital.
Kelima, bersikap toleransi terhadap perbedaan dan memastikan bahwa interaksi secara digital tidak menyerang, merendahkan, menghasut, dan merugikan individu atau kelompok tertentu.
Lalu yang keenam yakni amanah, menjaga privasi dan keamanan, kerahasiaan data pribadi sendiri maupun orang lain.
Ketujuh, berbagi informasi yang bermanfaat dan menghindari membuat konten merendahkan atau menyakiti perasaan orang lain.
Yakni menciptakan lingkungan digital yang aman dan positif dengan memberikan dukungan dan mempromosikan hal-hal yang baik dalam komunitas online.
Kesembilan adalah menjaga etika dalam bisnis online dan menghindari penipuan online. Terakhir, yakni menjaga sopan santun atau akhlak dalam berkomunikasi serta tetap jujur dan terbuka.
“Kalau iman, Islam, dan ihsan dikembangkan sesungguhnya bisa membangun tazkiyatun nafs, tazkiyatun ijtimaiyah, dan tazkiyatun madaniyah atau peradaban. Kalau dihubungkan dengan keadaban digital, maka keadaban digital itu bisa melahirkan keadaban digital yang positif,” tandas Hendar. *** (MPAF)