Mengukir Moderasi Keindonesiaan: Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Haedar Nashir

banner 468x60

BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — PC IMM Djazman Al-Kindi bekerja sama dengan DPD IMM DIY melaksanakan Seminar Kebangsaan dan Lauching Buku bertempat di Gedung Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) DIY pada Selasa (05/12/2023).

Judul buku yang dilaunching adalah “Moderasi Keindonesiaan dalam Pendidikan Islam: Telaah Kritis Pemikiran Haedar Nashir”.

Buku tersebut merupakan buah pikiran dari Muh Akmal Ahsan atas tesis magisternya dalam bidang Pendidikan Islam. Muh Akmal Ahsan juga merupakan Ketua Umum DPD IMM DIY.

Pada kegiatan ini turut mengundang Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebagai Keynot Speaker. Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga Irwan Akib sebagai pembedah buku.

Kapolda DIY Suwondo Nainggolan sebagai pembicara pidato kebangsaan dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) M Afnan Hadikusumo untuk memberikan sambutan.

Ketika kegiatan ini dibuka, sambutan pertama disampaikan oleh M Haidar Albana selaku Ketua Umum PC IMM Djazman Al-Kindi sekaligus koordinator acara.

Pada sambutannya M Haidar Alban menyampaikan bahwa adanya karya ini merupakan inspirasi bagi semua dalam membangun peradaban.

“Mas Akmal memberikan inspirasi kepada seluruh kader IMM DIY bahwa intelektualitas perlu dikaryakan karena hal itu merupakan instrumen membangun peradaban. Semangat membangun peradaban adalah sunah Rasul yang dimiliki oleh Muhammadiyah,” kata Haidar.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh DPD RI M Afnan Hadikusumo yang menyambut baik kegiatan-kegiatan dalam pengembangan literasi.

Menurut Afnan, kegiatan ini juga senapas dengan agenda-agenda DPD RI yang terus berupaya nenjalankan cita-cita kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selanjutnya adalah penyampaian testimoni oleh Muh Akmal Ahsan selaku penulis buku.

Akmal menyampaikan bahwa karya ini merupakan upaya yang dilakukan oleh penulis dalam menelaah secara mendalam dan kajian komperhensif terkait gagasan moderasi keindonesiaan Haedar Nashir.

Akmal juga menekankan bahwa dorongan besar dalam menulis buku ini bukan karena kekaguman subjektif dan sosok Haedar Nashir.

Namun, untuk menguji kemungkinan dan potensi penerapan gagasan moderasi keindonesaan Haedar Nashir.

“Buku ini merupakan upaya intelektual saya untuk menobjektifikasi kekayaan pemikiran, konsistensi sikap yang dimiliki Prof Haedar Nashir, serta memperluas radius pemikiran beliau. Saya ingin agar pemikiran Prof Haedar Nashir dapat kita proyeksikan menjadi agenda praksis di seluruh kehidupan,” pungkasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pidato kebangsaan yang disampaikan oleh Kapolda DIY Suwondo Nainggolan yang selalu mengapresiasi agenda-agenda yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Suwondo juga mengapresiasi lahirnya karya dari Muh Akmal. Baginya buku merupakan dokumentasi dari pemikiran dan juga perbuatan.

Bahkan ia menyarakan kepada penulis agar dapat menjadi tokoh yang terus berbicara tentang moderasi keindonesaan.

Ia juga berharap Muh Akmal menggaunkan persatuan dan perdamaian agar bangsa Indonesia terus mengedepankan kemanusiaan bagi sesama.

“Kami sangat menyambut baik adanya buku ini, maka kepada penulis buku, Mas Akmal, jadilah tokoh dan guru besar yang terus berbicara mengenai masalah ini,” pungkas Suwondo.

Keynot Speaker oleh Haedar Nashir yang menegaskan bahwasanya moderasi dalam pendidikan Islam yang harus menjadi titik tumpu yang teguh adalah Pancasila.

Hal itu penting agar tidak terjadi tarik-menarik antara ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Pancasila merupakan buah pemikiran yang moderat.

“Ketika saya mendalami betul pemikiran para tokoh Indonesia, saya sampai pada simpulan bahwa konstitusi kita dan Pancasila merupakan buah dari pemikiran yang moderat. Karena perdebatan dalam BPUPKI sarat akan pemikiran yang beragam sehingga hal ini merupakan kompromi moderat yang dalam Muhammadiyah menjadi fiqih siyasah yaitu negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah,” tutur Haedar.

Haedar juga sangat berterima kasih kepada Muh Akmal Ahsan. Ia menuturkan banyak jurnalis dan mahasiswa yang ingin menulis biografi dan pemikirannya tetapi tidak diizinkan.

“Khusus untuk Mas Akmal terima kasih atas bukunya. Sudah lama ada yang mau nulis terkait biografi dan pemikiran saya tetapi tidak saya izinkan. Karena punya Mas Akmal ini merupakan tesis yang sudah disetujui oleh pembimbing karena itu saya tidak memiliki hak di sana. Ketika saya dihubungi Mas Akmal untuk diwawancarai, saya sampaikan untuk mengambil tulisan-tulisan saya di sosial media agar tidak ada campur tangan saya terkait isi di dalam karya ini,” pungkas Haedar.

Bagi Haedar buku ini juga penting mengingatkan agar jangan malas belajar terkait pemikiran-pemikiran tokoh. Karena perjalanan bangsa ini masih sangat panjang dan semua harus tetap banyak belajar.

Setelah pemnyampaian oleh Haedar, Acara kemudian dilanjutkan dengan bedah buku oleh Irwan Akib bersama dengan Muh Akmal Ahsan yang dimoderatori oleh Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK IMM DIY) Haryono Kapitang.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author